Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu - Bab 79 Ada hal yang penting yang ingin ku sampaikan

" Jane!"

Aku baru saja keluar dari Lift, Diana Yang sudah menarik ku: " Aku pikir kamu tak jadi menemani ku!"

Aku tertawa: " tak mungkin, aku kan sudah janji!!"

Dia mengangguk, raut wajahnya gelisah.

Aku tahu apa yang ia khawatirkan, hanya bisa mengganti topik: " Kamu sudah makan belum?"

Seperti yang ku pikirkan, Diana Yang langsung menggelengkan kepala: " Belum, aku tidak berselera."

" Bagaimana akhirnya, cepat atau lambat tidak dapat diubah, kita pergi makan dulu ya, kalau tidak nanti kamu akan pusing karena lapar, aku tak kuat membawa mu!"

Aku berusaha mengucapkan nya dengan tawa, tapi sepertinya tidak ada gunanya, Diana Yang tak bisa tersenyum.

Melihat dia yang begini, aku hanya bisa menghelan nafas: " Okay, kita makan dulu, aku tahu dekat-dekat sini ada restoran mie pangsit yang enak, sangat cepat, selesai makan kita pergi ke rumah sakit, kamu ambil antrian dulu."

" Ah, benar, ambil antrian!"

Mengobrol tentang itu, dia sedikit bersemangat.

Saat makan mie pangsit Diana Yang tak ada nafsu, semangkok mie pangsit, hanya dimakan sedikit saja.

Aku melihatnya, tak tahu harus berkata apa.

Di mobil aku sebenarnya ingin menenangkan perasaan nya, tapi dia selalu melihat ke jendela, sepertinya sedang tak ingin memperdulikan ku, aku hanya bisa diam.

Di jalan, di dalam mobil sangat sunyi.

Hari ini adalah hari kerja, tapi di poli kandungan sangat ramai.

Diana Yang mengambil nomor antrian dan masih harus menunggu sekitar satu jam lebih, saat menunggu Diana Yang duduk tidak tenang, berjalan kesana kemari.

Dan sementara itu ponsel nya berbunyi berapa kali, dia tidak menjawab nya langsung menutupnya.

Aku melihatnya tahu kira-kira telepon dari siapa, tapi semuanya ada di tangan Diana Yang, aku tak bisa berkata apa-apa.

Saat hampir gilirannya, telepon nya terus berdering, Diana menatap ku dan berkata: " Jane, pacar ku datang, dia diluar, aku tak ingin bertemu dengan nya."

Aku agak tak enak: " Tapi, kalau dia mau masuk, aku tak bisa menahanya, dan juga aku tidak pernah melihat pacar mu."

Dia tiba-tiba menunduk memngeluarkan satu kotak dari tasnya: " Dia datang untuk ini, kamu bantu aku mengembalikannya, dan bilang aku tak ingin bertemu dengan nya."

" Bukan, aku tak pernah melihat pacar mu."

" Kamu bawa tasku keluar, dia akan tahu itu kamu."

Aku masih ingin bicara, tapi dokter sudah memanggil namanya.

Diana Yang langsung memberikan tas dan kotak nya kepada ku: " Tolong bilang padanya, beberapa tahun ini, aku tidak meminjam apapun darinya."

Setelah bicara, dia masuk ke dalam.

Aku melihat bayangannya, dan tidak tahu harus bagaimana, hanya saja merasa tak enak.

Seperti yang Diana Yang bilang, aku membawa tasnya ke lobby rumah sakit, di dalam perjalanan telepon nya berdering, aku melihat namanya, aku tebak itu adalah mantan pacar Diana Yang, aku mengangkatnya.

Orang itu mendengar suara yang bukan seharusnya, bertanya aku siapa, aku memberitahunya siapa aku, dia bertanya aku dimana.

Suara orang itu sangat buru-buru, aku mendengarnya sangat kesal.

Aku mengkontrol emosi ku, lalu berjalan keluar rumah sakit.

Tak sampai lima menit, aku melihat pria memakai sweater berjalan kemari, dia melihat ku: " Mana barang yang disuruh Diana berikan pada ku?"

Aku dengan raut wajah dingin memberikan nya, lalu memberitahu yang Diana Yang suruh: " Diana bilang, beberapa tahun ini, dia tidak meminjam apapun dari kamu."

Pria itu melihat ku, wajahnya aneh, dan merebut kotak itu, mendengus: " Kamu suruh dia tenang, aku tak akan mencarinya."

Selesai bicara, pria itu berjalan pergi.

Aku melihat bayangan nya, tak tahu kenapa, ingin memberi tahunya bahwa Diana Yang hamil, tapi akhirnya aku juga tidak memberitahunya.

Ini masalah Diana Yang, dan bila Diana Yang tak memberitahynya, aku punya hak apa untuk itu.

Aku kembali, Diana Yang belum juga keluar, beberapa menit kemudian, Diana Yang keluar.

Dia melihat ku, mengambil tas nya: " Dia bilang apa?"

Aku melihatnya, agak tak enak, kalimat pria itu agak menyakitkan, aku hanya seorang penyampai saja merasa tak enak.

" Tak apa, kamu bilang saja, orang itu, memang tidak baik."

Aku berpikir, lalu memutuskan memberi tahunya: " Dia bilang kamu tenang saja, dia tak akan mencari mu lagi."

Diana Yang tersenyum pahit: " oh ya?"

Kelihatanya ia, ia sedikit sedih. tapi aku juga tak tahu harus bagaimana menenangkan nya, apa lagi mungkin dia hamil anak lelaki itu.

Saat menunggu hasil, Diana Yang agak tenang, setelah melihat hasilnya, dia memeluk ku: " Jane, terima kasih."

Dia yang begitu, aku takut dia berpikir yang tidak-tidak, aku buru-buru menenangkan nya: " Diana, tidak apa-apa, kamu---"

Dia tersenyum, melepaskan pelukannya: " Kamu pulang saja, aku ingin sendiri."

Melihat dia yang begini, aku mana berani membiarkan nya sendiri.

Tapi Diana Yang sangat tegas: " Jane, aku ingin sendiri."

Bagaimana pun aku dan Diana Yang tidak terlalu dekat untuk membantunya memutuskan masalah, melihatnya yang tegas, aku hanya bisa mundur: " Kamu jangan pulang terlalu malam, kalau ada apa-apa hubungi aku." Keadaan nya sekarang, membuatku khawatir.

Dia mengangguk, kami berdua keluar dari rumah sakit bersama, aku melihat Diana Yang pulang dengan taxi.

Masalah Diana Yang membuat ku tak fokus, bus sudah melewati stasiun aku juga tidak menyadarinya, saat aku sadar, ternyata sudah terlewat tiga stasiun.

Dan itu membuat, aku yang awalnya jam 6 bisa sampai kerumah, akhirnya jam 7 baru sampai ke komplek.

Aku baru saja ingin menelpon Timothy Huang, bertanya apakah dia sudah kembali, tapi telepon nya masuk, " Kamu dimana?"

Nadanya tidak mengenakan, aku berjalan ke lift, sambil menekan tombol: " Di lift, ada apa?"

" Oke, kamu balik dulu, ada hal penting yang aku ingin sampaikan."

Aku ingin bertanya hal apa, tapi Timothy Huang tak memberi ku kesempatan, dan langsung mematikan telepon.

Dia yang misterius, aku juga tidak tahu hal apa, beberapa menit itu, membuat hati ku berdebar.

Saat sampai dirumah, aku langsung menekan bel.

Aku menunggu sebentar, tak ada Timothy Huang yang membuka pintu, hanya bisa mengeluarkan kunci dan membukanya sendiri.

Mendorong pintu, melihat yang di depan, aku terpaku, dengan tak percaya menutup mulut: " Bagaimana....."

Novel Terkait

Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu