Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu - Bab 142 Lusa Pergi

"Jane, kamu kenapa?"

Aku menggeleng, Irfan melihat aku, seperti ingin mengatakan sesuatu, namun Timothy lewat dari sampingnya, pada akhirnya dia cuma mengangguk sama aku : "Nona Tsu."

Aku pun balik mengangguk dan diam di situ, tiba-tiba merasa kakiku seperti diborgol.

"Jane, kamu kenal cowok tadi? Kayaknya dia Timothy, benar gak?"

Pertanyaan Megan Lee membuyarkan lamunanku, aku meremas jariku dan menggeleng : "Gak kenal, ayo kita pulang."

"Lalu kok sekretarisnya tadi manggil kamu?"

Aku tidak ingin banyak ngomong, jadi ku jawab seadanya : "Pernah ngobrol saja." Melihat dia seperti mau ngomong sesuatu lagi, aku segera mengernyitkan alis, pura-pura merasa sakit sekali, "Megan Lee , tanganku sakit, ayo kita pulang."

Dan memang, sekali aku bilang sakit, Megan Lee langsung mengabaikan hal tadi : "Haa, tanganmu sakit? Bagaimana ini, dokter bilang mau tak mau beberapa hari ini harus merasa sakit, kita buruan pulang ke hotel saja, lalu kamu baik-baik istirahat, soal proposal biar aku saja."

Sejujurnya aku tidak terlalu tenang kalau langsung semua diserahkan ke Megan Lee , jelas sekali dia sama Florence Lee sudah tidak baik hubungannya. Tapi aku benaran sakit sekali, lumayan parah, habis dikasih obat pun terasa sakit bercampur gatal.

"Jane, Megan Lee !"

Aku dan Megan Lee baru saja keluar dari lift sudah melihat Max Lin.

Teringat dengan Florence Lee, senyum di wajahku jadi agak menghilang : "Manajer Lin."

"Gak apa-apa kan?"

"Gak"

"Bagaimana mungkin tak apa-apa manajer Lin, aneh sekali omongan kamu ini, tadi kamu juga sudah lihat, air sepanas itu. Tidak apa-apa? Kamu kira Jane itu dinding besi apa?"

Megan Lee itu demi kebaikan aku, jadi aku tidak berkomentar dan diam di situ.

Max Lin menatapku dengan rasa bersalah : "Jane, soal ini aku pasti bakal beri penyelesaian."

Penyelesaian?

Aku tertawa : "Gak usah, kami datang buat kerja, saya cuma berharap manajer Lin bisa membuat anggota tim kamu mengerti akan hal ini. Luka di tanganku memang agak sakit, soal proposal beberapa hari ini aku serahkan ke Megan Lee dulu, nanti kalau sudah ditetapin proposal awalnya aku baru pergi saja."

"Jane, maaf sekali, aku yang tidak mengurus urusan pribadiku dengan baik."

Kalau dulu aku sama sekali tidak curiga sikap Max Lin ke aku, tapi untuk sekarang mau tak mau harus perhatikan lagi.

Jujur saja, sikap Max Lin ke aku itu sebenarnya seperti teman biasa pada umumnya, tapi sekarang dia mengatakan ini, membuat aku jadi bingung : "Semua sudah terjadi, aku tidak ingin memperpanjang masalah, kalau tidak ada urusan apa lagi aku mau masuk istirahat."

Dia mengangakan mulut, seperti mau menyuruh aku berhenti, tapi dihalang oleh Megan Lee .

Tidak tahu apa yang mereka bicarakan di luar, suaranya tidak terlalu keras, tapi aku tidak mendengar terlalu jelas.

Sekarang pikiranku kacau sekali, teringat sorotan mata Timothy ketika menatap aku tadi.

Oh tidak, itu tidak termasuk menatap aku.

Sebenarnya dia itu terbiasa cuma melihat sekilas, seperti ketika ketemu sama orang asing di jalan saja, yang melihat sekilas hanya karena sedikit rasa penasaran.

Hanya sekilas, dia bahkan tidak bertahan selama satu detik, dan langsung pergi melewati sampingku, seolah-olah sungguh tidak mengenal.

Aku merasa harusnya aku senang, tapi aku malah tak bisa senang.

Saat malam Megan Lee yang datang membawakan aku makanan, aku sangat tidak beruntung, tangan yang kena air panas kebetulan di tangan kanan, sehingga makan dengan tangan kiri jadi lambat sekali.

"Jane, tangan kamu masih sakit gak? Hari ini si Florence Lee pas ketemu aku kayak tikus ketemu kucing saja, satu kata pun tak berani dia ngomong."

Aku tertawa : "Bukannya ini sesuai sama keinginan kamu?" Lagian juga tidak ada sengaja mau mendekatkan atau apa, dan manajer Lin cuma banyak ngomong saja sama kamu, terus lagian kalian juga masih sama-sama single, kalau pun ada sesuatu, dia juga bukan pacarnya manajer Lin, apa hak dia buat cemburu."

Aku tidak ingin memperhitungkan masalah ini lagi, aku menghela napas : "Sudahlah, urusan orang lain, kita jangan banyak ngomongin, lagian beberapa hari lagi, tunggu sampai proposal sudah ditetapin, kerjaan kita disini pun juga selesai."

Karena nafsu makan yang hilang, aku jadi tak mau makan lagi, kututup makanannya : "Beberapa hari ini kamu sabar-sabar saja, nanti kalau sudah pulang, semua masalah juga jadi gak ada, kita gak perlu disusahin sama masalah kecil seperti ini."

Megan Lee menatapku sejenak : " aku juga tahu, tapi aku gak bisa nahan emosi ini."

Aku cuma tertawa tanpa mengatakan apa-apa.

Luka ini benar-benar sakit sekali, semalaman aku tak bisa tidur, sampai akhirnya aku tak tahan lagi, aku bangun dan berdiri di tepi jendela untuk menghirup udara segar.

Di pertengahan bulan Mei ini sudah hampir memasuki musim panas, angin di malam hari sejuk, tidak termasuk dingin.

Teringat Timothy, aku langsung mengangkat tangan menekan kedua mataku.

Keesokannya aku pergi sarapan dengan Megan Lee , lalu ke rumah sakit sendiri buat ganti obat.

Untung sekarang masih belum benar-benar musim panas, jadi lukaku tidak gampang infeksi, kalau tidak , bakal repot jadinya.

Ketika keluar dari rumah sakit belum sampai jam 11, masih termasuk pagi, setelah mikir-mikir, aku memutuskan untuk pulang ke hotel dan nyari-nyari data yang diperlukan saja.

Pas siang Max Lin dan Megan Lee datang bersama, tidak tahu apa karena kemarin Florence Lee menyemburi aku air panas, atau karena tak ada aku, mereka jadi tidak bersikeras dengan pendapat mereka lagi, sehingga proposal pun sudah di tetapkan pagi ini.

Selanjutnya sisa detail-detail lainnya yang perlu didiskusi lagi, tapi ini tidak termasuk urusan besar, serta yang penting kami sudah sepakat soal proposal, mengenai detailnya kami bisa persiapkan masing-masing.

Max Lindan Megan Lee memberitahu aku garis besar hasil rapat tadi, aku pun menghela napas lega : "Kalau begitu, berarti aku dan Megan Lee lusa sudah bisa pulang."

Tidak tahu kenapa Max Lin menatapku dengan agak tercengang, sampai akhirnya dia mengangguk : "Besok kita bisa menetapkan semua isi proposal, lalu kamu dan Megan Lee bisa pesan tiket pesawat untuk besoknya."

Setelah itu dia jeda sejenak : "Tapi besok itu hari sabtu, kalau kalian tak ada urusan apa-apa, boleh tinggal satu hari lagi, aku bawa kalian keliling kota A, sekalian beli produk ataupun makanan khas disini."

Aku tertawa dan ingin menggeleng, tapi teringat Megan Lee belum pernah datang ke kota A sini, sehingga aku telan kembali kata-kata penolakan yang mau aku ucapkan : "Megan Lee , menurut kamu bagaimana?"

Megan Lee melihat aku sekilas, "Tidak mau, kita awalan pulang saja."

Aku tahu apa maksud dia, memang beberapa hari sudah emosi terus.

"Tidak perlu repotin manajer Lin lagi deh, lusa kami pergi."

Max Lin tertawa, "Oke juga. Bagaimana tangan kamu?"

"Sudah baik, dokter bilang masih harus beberapa hari lagi baru lukanya bisa menutup dan sembuh, jadi beberapa hari ini harus ganti obat ke rumah sakit.

Setelah proposal ditetapkan, urusan pun selesai.

Akhir tugas keluar kota kali ini, aku sudah bisa menghela napas lega.

Dua hari yang lalu masalah dibuat jadi rumit, sehingga Max Lin bermaksud, nanti malam makan bersama, sebagai permintaan maaf, karena dia sudah bilang begitu, aku pun tak enak untuk menolak.

Lagian kami juga sudah mau pergi, tidak perlu banyak perhitungan lagi, kalau aku tahu bakal ketemu dengan Timothy, malam itu juga aku bakal beli tiket dan pulang.

Novel Terkait

My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Secret Love

My Secret Love

Fang Fang
Romantis
5 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu