Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu - Bab 230 Timothy, Aku ingin menciummu

Aku tidak memiliki banyak waktu untuk terus mengurusi masalah ini karena sedang sibuk membicarakan proyek di Kota J bersama Monica. Setelah setengah jam berlalu, ternyata berita itu benar-benar sudah meredup, barulah aku menghela napas.

Berita ini cukup parah, setelah selesai membicarakan pekerjaan dengan Monica, ia langsung bertanya padaku tentang berita yang menyangkut diriku itu.

Aku sedikit terkejut, tapi tahu maksud dari Monica yang peduli denganku, akhirnya aku berkata padanya bahwa Timothy yang mengurusi masalah ini.

Monica bilang sepertinya ada orang yang sengaja ingin menjatuhkanku, ia meningatkanku untuk tidak lengah dan benar-benar memeriksa siapa di balik semua ini.

Sudah ada dua orang yang mengingatkanku seperti ini, aku berpikir lagi dan merasa semua hal ini terjadi dengan sangat tiba-tiba, tidak ada angin dan hujan, tapi semua tertuju untuk menyerangku.

Sebentar lagi sudah jam pulang kerja, aku mematikan komputer, mengambil tas dan turun ke lantai satu.

Aku yang baru saja keluar dari lift mendapat panggilan telepon dari Tiffany, aku segera mengangkat telepon darinya tanpa melihat apa yang ada di depan, "Tiffany, ada apa?"

"Jane, sekarang kamu jangan......."

"Nyonya Huang, apakah anda dan Tuan Mike sebelumnya pernah menjalin hubungan?"

"Nyonya Huang, apakah anak yang diakui Tuan Timothy sebenarnya adalah anak dari Tuan Mike?"

"Nyonya Huang, dengar-dengar Tuan Mike akan berdiam di Kota A selama setengah bulan, apakah anda dan Tuan Mike jatuh cinta lagi?"

.............

Satu demi satu pertanyaan dilontarkan, aku tidak dapat menghindarinya dan sama sekali tidak tahu harus berbuat apa.

Para wartawan itu mengerumuniku yang sedang menggenggam ponsel, sehingga terdesak hingga ke ujung tembok. seketika aku mendengar Tiffany yang memanggilku dari luar.

Aku melihat ada sekitar belasan orang yang mengerumuni, Tiffany dan Deasy mencoba untuk menerobos masuk kerumunan para wartawan itu, tapi mereka tidak berhasil.

Para wartawan ini sangat mengerikan!

Entah oleh siapa kakiku terinjak, seketika aku tidak dapat berdiri seimbang dan merasakan diriku akan jatuh, satu tanganku sudah bersiap untuk menahan.

Seketika, seseorang menarikku ke pelukkannya.

Bau yang tidak asing bagiku, aku memanggilnya, "Timothy."

"Tidak apa-apa kan?"

Dia melihat ke bawah dan melihatku, aku menggelengkan kepala, "Tidak apa-apa."

Dia pun mengalihkan pandangannya, ekspresinya sangat dingin dan memandangi wartawan yang mengerumuni, "Perbuatan kalian hari ini sudah menimbulkan fitnah, aku akan meminta sekertarisku untuk mengirim surat pengacara ke kantor kalian!"

Mungkin karena perkataan Timothy sangat kejam, para wartawan itu terdiam, selain beberapa wartawan yang masih berjalan kedepan dan menghimpit, sisanya tidak berani bergerak.

Di saat ini Timothy sangat dingin, ia memandangi para wartawan yang sangat banyak itu, wajahnya seperti gunung es, seketika tidak ada orang yang berani mendekat.

Aku dilindungi olehnya dan keluar dari kerumunan para wartawan sampai ke masuk ke dalam mobil,

Setelah masuk ke dalam mobil barulah hatiku merasa tenang, aku menolehkan kepala dan melihat Timothy, ekspresinya masih sangat serius, terlihat dia sangat marah akan kejadian yang barusan terjadi.

Aku menggenggam tangannya, "Timothy, sebaiknya kamu meminta Irfan untuk mencari tahu siapa dibalik semua ini."

Aku sangat jarang mencari suatu hal sampai ke akarnya sampai seperti ini, tapi orang yang ada dibalik semua ini terlalu kejam, sampai memasukan Victor ke dalamnya, karena itu jangan pikir aku akan melepaskannya begitu saja!

Timothy melihatku sejenak, "Kamu tenang saja, bila ada yang berani menyakitimu dan VIctor, aku tidak akan membuat mereka hidup dengan tenang!"

Ia mengatakan hal itu dengan penuh emosi.

Mobil itu berhenti, aku melihat sekitar dan tidak mengetahui dimana mobil ini berhenti, terlihat ini adalah jalan kecil di pinggir kota.

Sebelum aku merespon, tiba-tiba Timothy memelukku.

Aku terdiam dan merespon, Timiothy sudah menundukkan kepala dan melepaskan sepatu yang kupakai.

Demikian juga dengan kaos kaki yang aku pakai turut dilepasnya, tangannya sangat hangat, menempel di kakiku, dengan lembut ia memijit kakiku yang terinjak barusan, "Apakah mau mengeceknya ke rumah sakit?"

Aku menggelengkan kepala, "Tidak usah, bukan luka yang besar."

Tangannya masih terus mengelus, jari-jari panjangnya ada pada kakiku, Timothy tidak sedikitpun merasa Kotor.

Aku melihatnya, entah mengapa, tiba-tiba aku berkata, "Timothy, aku ingin menciummu."

Aku benar-benar ingin mencium Timothy, ia melihat tatapanku dengan dalam, membuatku berpikir dia akan segera enciumku.

Saat mengatakan hal ini aku merasa jantungku mau copot, awalnya aku pikir sebagai perempuan bila mengatakan hal ini terlebih dahulu akan membuat Timothy langsung menciumku.

Tapi dia hanya memandangiku dan tidak bergerak.

Aku terdiam dan merasakan rasa canggung yang sebelumnya tidak pernah kurasakan, baru saja aku ingin melepaskan diri, tapi tiba-tiba tangannya mengunci pergelangan tanganku.

Aku mengangkat alis, mengira dia akan menciumku, tapi ia hanya berkata "Bukankah kamu ingin menciumku?"

"....." Aku menggertak gigi, mengalihkan pandanganku dari kedua matanya yang sangat memikat hati, "Sekarang sudah tidak ingin."

"Mengapa kamu sangat suka menyerah di tengah jalan?"

Aku tertusuk oleh perkataannya barusan, aku segera mengangkat kepala untuk melihatnya dan berkata, "Mana ada aku seperti itu?"

"Bukankah kamu sekarang...."

Aku dapat memikirkan apa yang dikatakan olehnya, jadi aku segera menarik kerah kemejanya dan mencium Timothy.

Sebenarnya aku tidak bisa mencium lebih dulu, Timothy yang mengajariku semuanya. Biasanya saat kami berciuman, selalu dirinya yang memulai, tapi sekarang berubah menjadi aku yang memulai terlebih dahulu, aku ingin belajar tekniknya yang dapat membuka gigi dengan lidah.

Entah apakah teknikku terlalu jelek atau Timothy yang sengaja tidak mau diajak bekerja sama, tapi saat aku menjulurkan lidah dan mencoba berkali-kali, aku tidak berhasil membuka giginya dengan lidahku.

Aku membuka mata dan melihat tidak ada sedikitpun perasaan menikmati ciuman dariku di kedua mata Timothy.

Sebelumnya aku tidak pernah gagal seperti ini, aku melihatnya dengan sedih, dan melepas ciuman itu. Saat aku mau menjauh dari tubuhnya, tiba-tiba ia menarik dan mendekapku ke pelukannya.

Napasnya yang panas menghembus, aku melihatnya dan sedikit tidak percaya akan tatapan jahilnya, belum selesai aku merespon, dia berkata, "Lihat, kamu menyerah di tengah jalan lagi."

Setelah mengatakan itu dia langsung menundukkan kepala dan menciumku.

Aduh berandalan ini, ternyata ia mengerjaiku!

Tangannya yang semula berada di kakiku tiba-tiba berpindah merangkul pinggulku, aku terdiam, melihat kaca film yang gelap perlahan naik dan menutupi jendela mobil.

Seketika aku merasa sedikit bingung, "Timothy, di sini...."

"Nyonya Timothy, kamu dulu yang mulai menggodaku!"

Teknik berciuman Timothy jauh lebih baik dariku, tapi setelah beberapa menit aku merasa tidak jelas apakah aku sedang berada di kenyataan atau di dalam mimpi.

Awalnya aku hanya menarik kerah kemejanya,entah kapan tanganku sudah melingkar di lehernya sekarang, saat Timothy memberi sedikit ruang bagiku, aku mendapati diriku sudah ditimpa olehnya, saat dia memberi ruang sekali lagi, bahunya sudah ada di atas kepalaku.

Novel Terkait

Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Break-up Guru

The Break-up Guru

Jose
18+
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Doctor Stranger

Doctor Stranger

Kevin Wong
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Pejuang Hati

Pejuang Hati

Marry Su
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku CEO Misterius

Ternyata Suamiku CEO Misterius

Vinta
Bodoh
4 tahun yang lalu