Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu - Bab 276 Terima Kasih Atas Susah Payahnya Kamu, Direktur Lu

“Maksud kamu apa?”

“Panggilan video.”

“… …”

Timothy Huang tidak setuju aku sabtu keluar dari ruamh sakit, lebih tidak setuju lagi aku hari minggu

pulang ke Kota A.

Pada akhirnya aku hanya dapat panggilan video dengan Victor, beberapa hari tidak melihat Victor, aku malah tidak terpikir, Victor gemukan!

Dan lihat wajahnya, dia di paman bibi situ hidupnya sangat bagus, setumpukan mainan.

Melihat putra yang di dalam video, aku sedikit bersenyum masam, pada mulanya aku masih khawatir dia kangen aku akan nangis dan membuat ribut.

Bibi dia menyuruh aku beristirahat dan merawat sakit dengan baik-baik, Victor disitu dia akan baik-baik saja, suruh aku tidak usah khawatir begitu banyak.

Sebenarnya aku begitu buru-buru mau pulang ke Kota A ketemu Victor, juga takut Victor kangen aku, akhirnya melihat dia malah tidak seperti benar-benar bisa membuat ribut, aku juga sudah tenang.

Bagaimanapun juga sakit aku ini kalau tidak sembuh total, nantinya menularkan ke Victor, ini menjadi keuntungannya tidak dapat menutupi kerugiannya.

Mematikan video, aku tak tahan dan membuat keluhan: “Victor dulu masih sangat lengket aku.”

Timothy Huang melihat aku sekali, jawabnya sedikitpun juga tidak ragu: “Dia sudah tumbuh besar.”

Berkata, dia berhenti sekali, “Makanya kamu jangan selalu memikirkan dia, dia sudah tumbuh besar, sudah ada pemikiran sendiri.”

Aku tak tertahan mengangkat kepala mencengkam dia sekali: “Dia baru umur dua!”

“Anak laki-laki lebih awal dewasa.”

“… …”

Pastikah kita bersama di satu dunia?

Pada mulanya mengira demam sudah menurun sudah bagus, akhirnya ketika hari sabtu di tengah malam demam menaik lagi, demam sampai tiga puluh delapan derajat, kalau bukan Timothy Huang tiba-tiba memegang aku sekali , juga tidak tau bisa tiba-tiba demam menaik lagi.

Di tengah malam harus bangun makan obat lagi, kali ini aku juga tidak berani mengungkit masalah hari sabtu balik ke Kota A lagi.

Pada saat hari minggu menginfus sekali lagi, mengamati terus sampai malam tidak ada masalah, Timothy Huang hari senin baru pergi ke Hotel aku membantu aku membereskan barang, sore senin pesawat jam lima lebih pulang ke Kota A.

Pada saat pulang, Jeremy Zheng mereka sudah datang semua.

Beberapa waktu ini kerja sama dengan mereka sangatlah senang, setelah satu-satu memeluk lalu aku naik pesawat.

Pada mulanya disini hanya rencana tinggal empat hari, tidak terpikir sebuah penyakit, aku dengan terpaksa tinggal enam hari baru pergi.

Karena Jeremy Zheng mereka, ketika pergi aku masih sangat tidak rela, sesudah itu juga tidak tau masih ada kesempatan bekerja sama lagi tidak.

Baru duduk, Timothy Huang lalu membantu aku minta satu selimut wol, aku tidak berbicara, dia langsung menyandangkan selimut wol ke badan aku.

Bicara serius, badan aku sudah ditutupi dua sweater dia, aku sekarang duduk di atas pesawat, sedikitpun juga tidak merasa dingin, bahkan masih merasa sedikit panas.

“Aku panas.”

Aku mengangkat tangan langsung menarik kebawah selimut wolnya, menaruh ke badan dia.

“Sebentar kamu tertidur sudah langsung dingin, tutup dulu.”

Aku dengan jelas lugas menarik tangan dia, memegang leher belakang aku: “Apakah sudah memegangnya? Keringat semua!”

Timothy Huang pada saat terakhir membeli dua baju berbulu kambing kasih aku, pada saat hari ini berangkat semuanya menutupi ke badan aku, diluar masih harus menutupi aku satu jaket berbulu, aku sekarang kepanasan seperti di dalam kuali, tidak melepaskan satu baju sudah sangat bagus, dia masih menyandangkan selimut wol di badan aku.

Mengira dia memegang air keringat yang di belakang leher aku, juga tidak memaksa aku harus menyelimut selimut wol lagi, hanya melihat aku sekali: “Kalau begitu kamu tertidur aku menyelimuti kamu lagi.”

“Terserah kamu saja.”

Tertidur mungkin saja benar-benar jadi dingin, pokoknya aku sekarang sangat panas.

Tempat kabin ekonomi lebih luas, aku makan obat, pesawat baru mulai terbang tidak lama sudah tertidur.

Pada saat terbangun pesawat sudah mendarat, bergerak sekali, badan aku benar-benar menyandangkan satu selimut wol.

“Sudah bangun?”

Aku mengambil turun selimut wolnya, memberi ke dia, mengangguk-anggukkan kepala.

Pada saat sampai di Kota A itu malam hari, beberapa hari ini Kota A hujan juga, hanya suhu udaranya tidak begitu rendah dari Kota J saja, juga tidak begitu dingin.

Aku memakai banyak, pada saat baru turun dari pesawat tidak merasa dingin, berjalan beberapa langkah tetap merasa panas, ingin melepaskan baju, akibatnya Timothy Huang langsung menarik aku berjalan kedepan.

Sangat tidak mudah pulang sampai di dalam rumah, dalam aku sudah mengeluarkan selapis keringat, segera masuk melepaskan baju dan mandi.

Pada saat keluar kebetulan makan malamnya sudah sampai, aku sudah sangat lama tidak makan makanan Kota A, sangat merindukannya.

Timothy Huang tidak membiarkan aku main Hp terlalu lama, selesai makan istirahat satu jam, melihat aku selesai makan obat lalu memdesak aku pergi tidur.

Aku melihat sekali jamnya, baru jam sepuluh tidak sampai, aku malah tidak bisa melawan, hanya mendengar perkataannya dengan baik-baik pergi tidur.

Selesai makan obat, setelah aku tertidur merasa sedikit haus, jam satu lebih menjelang subuh bangun ingin mencari air minum, tapi malah menyadari Timothy Huang tidak di dalam kamar.

Aku tak tertahan mengerut-gerutkan keningnya, ketika keluar mengisi air baru menyadari di dalam kamar baca ada cahaya lampu.

Pintu tidak tutup dengan rapat, aku mengangkat kaki berjalan masuk, Timothy Huang tidur dengan meniarapkan badannya di atas meja tulis, laptopnya masih terang, jelas baru saja tertidur tidak lama.

Aku melihat sekali, adalah sebuah formulir perencanaan proyek.

Aku melihat Timothy Huang yang meniarapkan di atas meja, hanya merasa sayang sekali.

Kira-kira karena aku tiba-tiba sakit, dia memilih pergi menjaga aku dengan meninggalkan pekerjaan, sekarang sudah pulang, setumpukan masalah menunggu dia pergi mengurus.

Aku mengangkat tangan mendorong dia sekali: “Timothy Huang?”

Dia membuka mata, melihat aku sebentar baru merespon kembali: “Kamu kenapa bisa masuk?”

“Aku bangun minum air, kamu jangan lihat lagi, ayo cepat balik kamar tidur!”

Dia mengangkat tangan mengelus-elus pelipis, garis penglihatannya melihat sekali ke layar laptop itu, juga tidak tau memikirkan apa, tapi untungnya, dia akhirnya masih ikut aku keluar dari kamar baca.

Aku terpikir sendirinya mau minum air, segera pergi isi segelas air.

Pada saat balik ke kamar lagi, Timothy Huang sudah tertidur di atas ranjang.

Dia beberapa hari ini juga sangat lelah, aku mengangkat tangan menarik-narik selimut, bergerak beberapa kali, dia sama sekali tidak bangun.

Karena meskipun aku tidak demam lagi, tapi gejala penyakit pilek masih sangat ketara, Timothy Huang juga sudah meminta ijin kerja hari selasa aku.

Aku terpaksa dengan tak berdaya, hanya bisa tidur sehari lagi dirumah.

Pada saat malam aku ingin pergi melihat Victor, Timothy Huang bilang tunggu aku sembuh total baru pergi, Victor masih kecil, daya tahan tubuh tidak bagus,

Aku juga tidak ingin Victor ikut aku menderita, akhirnya hanya bisa menunggu sembuh baru pergi menjemput Victor.

Timothy Huang bilang malam dia mau lembur, menyuruh aku makan malam sendiri, aku malas buat, dengan langsung memesan makanan di luar.

Aku mengira Timothy Huang jam delapan lebih atau jam sembilan sudah akan pulang, dan hasilnya dia malah jam satu lebih menjelang subuh baru pulang.

Karena hari rabu aku mau melaporkan kembali kerja dari cuti kemarin, jadi aku tidurnya juga pagi, setengah mimpi setengah sadar mendengar suara bunyi Timothy Huang, tak tertahan mengerutkan keningnya: “Kamu sudah pulang?”

“Sudah membangunkan kamu?”

Aku memicingkan mata, dia baru selesai mandi, rambut masih belum kering total, aku sebentar saja sudah lebih sadar : “Rambut kamu masih belum kering, dikeringin dulu baru tidur!”

Aku baru terpikir, dia sekali langsung menekan aku: “Aku pergi mengeringkan, kamu melanjutkan tidur.”

Berkata, dia mengambil hair dryer lalu keluar, kemungkinan takut membangunkan aku, pergi ke ruang tamu mengeringkan rambut.

Aku malah sudah lebih sadar, dan menaik duduk menunggu Timothy pulang.

Dia mendorong pintu masuk melihat aku diatas ranjang, sedikit kaget: “Kenapa tidak lanjut tidur?”

Berkata, dia mengangkat kaki berjalan kemari, aku menjulurkan tangan memeluknya, di dalam pelukannya mengesek-gesek: “Terima kasih atas susah payahnya kamu, Direktur Huang.”

Novel Terkait

Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Behind The Lie

Behind The Lie

Fiona Lee
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu