Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu - Bab 135 Ibuku Juga Senang Sama Kamu

Cedric membuyarkan lamunanku, aku mengangkat kepala menatapnya dengan termangu, agak lama baru aku bersuara : “Tunggu Victor sembuh, Victor sembuh aku langsung pulang.”

“Oke.”

Dia mengangguk, lalu menyuapi Victor lagi : “Dua hari yang lalu Nicole bunuh diri.”

“Aku tahu.”

Aku membuka bubur yang dia bawa, dan mulai memakannya.

“Belakangan ini Timothy jadi pusat perhatian para wartawan, kamu dan Victor hati-hati sedikit.”

“Oke.”

Ternyata ini bubur daging dan telur, kesukaan aku.

Aku makan satu suap lagi, lalu pas mengangkat kepala kulihat Cedric lagi memandangi aku : “Kamu masih ke apartemen Timothy?”

Perkataan dia membuat hatiku tersentak, pas ini aku baru sadar akan hal ini.

Semalam habis bertengkar begitu sama Timothy, sepertinya aku sudah tak punya alasan buat balik ke sana lagi.

Jelas-jelas cuma tempat yang aku inap beberapa hari, tapi tidak tahu kenapa teringat tak bisa kembali ke sana lagi membuat aku agak sedih.

Aku tarik kembali pandanganku dan balik menatap bubur yang di depanku, seketika nafsu makanku jadi hilang : “Gak bakal balik sana lagi.”

“Kalau begitu kamu dan Victor tinggal di apartemen yang sebelumnya diatur sama sekretaris Wang saja, kamu tenang saja, tidak ada yang memerhatikan aku, jadi tidak akan ada yang tahu.”

Aku mengangguk, tapi sebenarnya yang aku khawatirkan bukan soal ini.

Victor tidak ada masalah apa-apa lagi, meskipun demamnya masih naik turun, tapi dokter bilang lebih diperhatikan saja sudah cukup.

Sehingga pas sore aku sudah ngurus prosedur keluar rumah sakit, karena sore Cedric ada urusan, jadi dia nyuruh Berta Fang yang jemput aku.

“Nona Su.”

Berta Fang tersenyum sama aku, sama sekali tidak mengungkit soal hari itu aku pergi sama Timothy.

Karena dia tidak mengungkit soal hari itu, kecanggunganku pun berkurang.

Aku juga tersenyum ke dia : “Maaf ya repotin kamu sekretaris Fang.”

“Nona Su tidak usah terlalu sungkan.”

Aku nginap selama lima hari di apartemen yang diatur oleh Cedric, di hari ketiga akhirniya demam Victor sudah turun , sedangkan berita Nicole bunuh diri masih ada kelanjutan yang menghebohkan, menyebabkan aku dan Victor ketahuan oleh media.

Untungnya Victor kebanyakan digendong sama aku, kalaupun aku sampai tersebar, paling cuma kelihatan foto aku yang menggendong Victor, yang tidak menampakkan muka Victor yang jelas.

Tapi dengan sangat cepat informasi yang berkaitan dengan aku dan Victor di blokir oleh google.

Pas hari aku pulang ke kota D Cedric yang mengantar aku, tapi tak disangka aku malah ketemu Mike di bandara.

“Jane.”

Aku menatap Mike yang datang mendekat dengan terkejut : “Kok kamu ada di sini?”

Dia megulurkan tangan mengusap Victor sebentar : “Kebetulan datang, buat jemput kamu pulang ke kota D.”

“Kapan kamu datang?”

Dia menatapku sebentar tanpa menjawab pertanyaan aku : “Victor gak apa-apa kan?”

Aku menggeleng : “Sudah baikan, dua hari yang lalu demamnya juga tidak naik lagi.”

“Sudah, burusan kali pergi check in, sebentar lagi sudah mau boarding.”

Cedric mengingatkan aku, aku menatapnya lalu ke Mike, “Jangan-jangan kamu satu pesawat sama aku?”

“Iya.” Dia menjawab : “Mau aku bantu kamu gendong Victor?”

Aku segera menggeleng, “Gak usah, aku bisa kok.”

Sambil berkata aku mengambil koperku dari tangan Cedric.

Pas naik ke pesawat aku baru mengerti, kayaknya Mike bisa muncul di sini karena dikasih tahu Cedric.

Setengah bulan lamanya tidak ketemu Mike, jadi agak hitam kulitnya, tapi tetap tidak banyak omong seperti biasanya.

Pas di dalam pesawat Mike cuma menanyai aku beberapa hal lalu tidak ngomong apa-apa lagi, awalnya aku yang gendong Victor terus, tapi beberapa hari ini aku tidak tidur cukup, habis sudah naik ke pesawat jadi mengantuk.

Mike bilang mau bantu aku gendong Victor, habis mikir-mikir akhirnya aku tidak menolak.

Sudah jam 1 lebih saat kami sampai di kota D, Mike sudah atur mobil buat jemput kami, jadi aku juga tak usah repot cari taksi lagi.

Setengah bulan tidak pulang membuat aku merasa jadi banyak perubahan.

Segalanya yang di rumah itu aku yang atur sendiri, melihat rumah yang aku familiar banget mataku hampir berkaca-kaca.

“Victor, kita gak bakal pergi-pergi lagi ya.”

Tak mau pergi-pergi lagi, sungguh capek sekali.

Pas malam Mike datang buat makan malam, aku menanyai perkembangan pekerjaannya, dan sekalian kasih tahu pemikiran aku : “Victor sudah makin besar, aku ingin kerja.”

Aku tidak boleh sepenuhnya fokus mengasuh Victor, kalau tidak aku bakal kehilangan diriku sendiri.

Mike tidak membantah : “Bagus juga kalau kamu pergi kerja, kalau begitu berarti harus undang satu pengasuh buat jaga Victor.”

Aku mengangguk : “Aku juga mikirnya begitu, satu tahun lagi Victor sudah boleh masuk sekolah TK.”

“Dulu kamu kerja apa?”

“Perancang kegiatan.”

“Perusahaan kami——“

Aku tahu apa yang mau dia katakan, tapi aku tidak ingin seperti ini, segera aku membuka mulut menyela : “Mike, aku tahu kamu bermaksud baik, tapi aku harap dalam soal pekerjaan, aku nyarinya mengandalkan kemampuanku sendiri.”

Dia terdiam sejenak : “Aku hargai kamu, kalau begitu aku bantu kamu tanya mamaku apa ada pengasuh yang bisa dikenalin.”

Aku tertawa berterima kasih : “Terima kasih ya Mike.”

“Bukan apa-apa, ibuku juga senang sama kamu.”

Perkataannya ini membuat aku agak gimana gitu, memang ibu Mike senang banget sama aku, bahkan setiap kali datang lihatin Victor, dia selalu mikirin cara buat satuin aku sama Mike.

Mau tak mau kuakui, pandangan hidup ibu Mike sungguh terbuka, kalau kayak orang lain, lihat aku mengasuh Victor sendiri, mana mungkin bakal senang sama aku.

Tindakan ibu Mike cepat sekali, awalnya dia bilang mau bantu aku ngasuh Victor, tapi aku tahu ibu Mike itu wanita yang suka menikmati hidupnya, jadi aku menolak secara baik-baik.

Tidak sampai satu minggu, ibu Mike sudah kenalin aku satu pengasuh.

Bibi pengasuh ini berusia empat puluhan tahun, anak perempuannya tahun ini baru saja naik sekolah SD, dulu dia pernah kerja di rumah kakaknya Mike, cuma sekarang keponakan Mike sudah sekolah SD, jadi tidak perlu pengasuh lagi.

Aku sudah janji dengan dia untuk ketemu jam 10 hari ini, dari jam 8 lewat aku sudah bangun.

Jam sepuluh kurang lima menit bel pintu berbunyi.

Di luar berdiri seorang wanita separuh baya berusai empat puluhan tahun, meskipun penampilannya tidak modis, tapi rapi dan bersih, kesan pertamaku sama dia baik sekali.

“Pagi bibi Fan, aku Jane.”

“Pagi nona Jane.”

“Masuk saja, kita ngobrol sambil duduk.”

Selama setengah mengobrol sama bibi itu, aku merasa bibi Fan ini baik sekali sifatnya, sama orang juga lemah lembut, hanya berdasarkan dua poin ini aku langsung putuskan untuk mempekerjakan dia.

Bibi Fan cuma bantu aku mengasuh di pagi sama siang, sebulan 4000yuan lebih dengan jatah libur 4 hari sebulan.

Dia tidak keberatan dengan syarat ini semua, dalam waktu singkat kita sudah selesai tanda tangan kontrak.

Setelah selesain soal Victor, aku pun mulai mencari kerja.

Dua hari setelah wawancara, akhirnya aku dipekerjakan di sebuah perusahaan media dan jurnalistik.

Dua tahun aku tidak bekerja, untungnya ini masih belum termasuk lama banget, aku menghabiskan waktu sebulan untuk beradapasi sama pekerjaan dan kehidupan baruku.

Sejak hari itu Timothy pergi, kami tidak pernah saling kontak lagi, aku kira di antara kami tidak akan ada apa-apa lagi, tapi tak di sangka ada satu kali keluar kota untuk soal pekerjaan, yang mengusik ketenangan hidupku lagi.

Novel Terkait

The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
The Serpent King Affection

The Serpent King Affection

Lexy
Misteri
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu