Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu - Bab 298 Aku mencintaimu

Sejak mengetahui aku hamil, Timothy Huang hampir menjadikanku seperti pusaka negara, dia tidak mengizinkanku bekerja, tapi aku tidak mau, lalu tiap siang dia akan pergi ke perusahaanku untuk mengantarkan makan siang, dan saat pulang kerja juga akan datang lebih awal.

Jelas-jelas hanya beberapa langkah, dia malah memaksa menjemputku, dan membuatku sangat terkenal di kantor!

Lalu setelah diperiksa ternyata aku melahirkan bayi kembar dampit, Timothy Huang sangat gembira dan menggedongku.

Selesai mandi Timothy Huang berjalan keluar, setelah naik ke atas ranjang dia memelukku dan menunduk untuk menciumku, ciuman yang sangat pelan, aku dapat merasakan, dia hanya ingin menciumku.

Sejak mengetahui aku hamil, kami sudah dua bulan tidak melakukan hal itu. Dan juga setelah hamil aku sedikit sensitif, sangat mudah langsung memiliki hasrat, dicium seperti ini oleh Timothy Huang, tidak dapat menahan diri aku memeluknya, lalu berbisik:“Timothy Huang.”

Dia seperti dapat mengerti aku menginginkan apa, tangannya menjulur masuk dari celah baju, dengan tangannya yang membara, dia membuat diriku ikut terbakar.

Aku seperti orang yang berjalan di padang pasir selama puluhan hari, dan sangat perlu di lembabkan, aku memeluk Timothy Huang semakin kuat, memejamkan mata sekujur tubuhku gemetar: ”Timothy Huang——”

Aku tidak dapat menahan diri dan memanggil namanya, suaraku sedikit serak.

Dia tiba-tiba berhenti menciumku, lalu menuduk melihatku dan menempelkan kepalanya ke kepalaku: “Lagi mau?”

Hasrat di dalam tubuhku dan di tanyai seperti ini adalah hal yang berbeda.

Aku yang awalnya pemalu, biarpun sedang hamil, juga tetap pemalu.

Mendengar ucapan Timothy Huang, aku merasa diriku semakin panas.

Dan api itu mengarah kebawah dari perut kecilku, aku dapat merasakan dengan jelas letak jarinya.

Aku segera memejamkan mata, tidak berani melihatnya, tidak dapat menahan diri aku mengangkat kepala, menggosoknya dan berkata: “Timothy Huang——”

Suaraku seperti suara rengekan, seperti dapat menangis kapan saja.

Jari yang panjang masuk seiringan dengan celahku, aku tidak dapat menahan diri dan mendesah, tanganku yang memeluknya kembali mengerat, aku membuka mata tapi semuanya kabur.

Dia menunduk dan mencium dahiku, lalu menggendongku dan membalikkan tubuhku, dia membiarkanku berada di atas tubuhnya, kemudian berbisik di telingaku : ”Jane, kamu saja.”

Mendengar ucapannya, aku segera menggeleng: “Tidak bisa, aku tidak bisa——!”

Tangannya tiba-tiba meninggalkan tempat semula, dan berpindah di belakang pinggangku, perasaan yang kosong membuatku sangat tidak nyaman.

Aku sedikit tidak berdaya, “Timothy Huang——”

“Yang patuh.”

Dia membelai rambutku yang panjang, membantu sedikit.

Dikarenakan hamil, Timothy Huang sama sekali tidak berani melakukan apa-apa kepadaku, semua kekuasaan berada pada diriku.

Saat ini tubuhku sensitif, dengan mudah sudah selesai, dengan cepat aku tengkurap karena tidak bertenaga, dan nafasku terengah-engah.

Keesokan harinya saat mengingat hal ini, aku hanya merasa tidak memiliki muka melihat Timothy Huang, tapi dia tidak peduli, setelah tahu setelah tiga bulan bisa melakukan hal ini, dia sesekali menginginkanku, hanya saja setiap kali dia tidak melakukannya hingga akhir, sebaliknya aku....

Pertama kalinya janin mulai bergerak adalah pada masa kehamilan sembilan minggu, aku berbaring di atas sofa untuk menonton TV, perut bagian kananku sepertinya di tendang sesuatu.

Aku terdiam sebentar, setelah beberapa saat aku tersadar, dan dengan bersemangat duduk dan melihat Timothy Huang: ”Timothy Huang! Dia bergerak! Bayi bergerak!”

Mataku sedikit kabur, aku hanya merasa luar biasa, hari demi hari dapat merasakan kehidupan di dalam perutku tidak berhenti berubah.

Timothy Huang juga terdiam, dia menjulurkan tangan dan meletakkannya di atas perutku: “Apakah disini?”

“Bukan, bukan disini, ah, kiri, kiri!”

Aku sama sekali tidak pernah merasakan hidupku sangat puas, melihat Timothy Huang, ini dan saat hamil Victor dulu memiliki perasaan yang sangat berbeda.

Dia sedikit melihat kebawah, tatapan matanya tertuju pada perutku yang sedikit menonjol tapi masih belum begitu kelihatan, telapak tangannya menempel di atas perutku, di halangi oleh kulit, dia merasakan pergerakan kehidupan yang ada di dalam perutku bersamaku.

“Apakah kamu bisa merasakannya? Bayi-bayi sedang bergerak.”

Timothy Huang menjulurkan tangan yang satunya dan menarikku kedalam pelukannya: “Sudah merasakannya.”

Dia menunduk, dagunya berada di pundakku. Aku tidak dapat melihat ekspresi wajahnya, tapi dapat mendengarkan suaranya berubah.

Aku terdiam, tidak dapat menahan diri aku menjulurkan tangan dan meletakkannya di atas tangan Timothy yang berada di atas perutku.

Dia memiringkan kepala dan menciumku: “Nyonya Huang, terima kasih.”

Aku melihatnya dengan linglung, setelah beberapa saat aku tersenyum: “Tuan Huang, terima kasih juga.”

Sejak janin mulai bergerak, hal yang paling sering dilakukan Timothy Huang adalah meletakkan tangan di atas perutku.

Dia tidak mengatakan apa-apa, hanya merangkulku di dalam pelukannya dan membalikkan buku dengan tangannya yang satunya lagi .

Aku merasa sepertinya hatiku terisi oleh sesuatu hingga penuh, karena aku sama sekali tidak menyangka diriku akan memiliki hari sebahagia ini.

Benar-benar seperti sebuah mimpi.

Saat pengecekan kehamilan minggu ke dua puluh, pagi pagi sekali Timothy Huang sudah bangun, semakin lama aku semakin banyak tidur, malam hari tidur cepat, keesokan paginya bangun siang.

“Besok pergi melakukan pemeriksaan, masih tidak pergi tidur?”

Sudah jam sembilan lewat, aku mengangguk, dan mengeratkan tangan yang sedang memeluk leher Timothy Huang: “Sudah tidur, kamu gendong aku kesana.”

Kedua tangannya melingkar di tubuhku, lalu dia menggendongku.

Juga tidak tahu apakah dikarenakan hamil, aku merasa diriku semakin manja.

Kehamilanku yang kali ini sangat beruntung, sama sekali tidak ada reaksi yang tidak baik, bahkan kram di kakiku, juga hanya dua malam.

Tidurku juga semakin baik, sebelum jam sepuluh malam sudah tertidur, dan tidur sampai jam tujuh keesokan paginya, siang hari tidur dua jam di waktu yang sama.

Pemeriksaan kehamilan minggu ke tiga puluh dua, Timothy Huang langsung meninggalkan urusan perusahaan ke pada manager yang bersangkutan, dan menemaniku di dalam rumah.

Saat aku hamil sembilan bulan aku sedikit insomnia, Timothy Huang juga menemaniku tidak tidur, aku berkali-kali membujuknya tapi tidak di dengarkan.

Aku juga tahu tidak dapat berbuat apa-apa, jadi hanya menghela nafas dan membiarkannya.

Prediksi kehamilanku antara tanggal 11-20 bulan januari, saat memasuki bulan januari Timothy Huang langsung memasuki keadaan berjaga-jaga tingkat tinggi, saat aku bilang sakit, dia langsung berpikir ingin membawaku ke rumah sakit.

Setiap kali aku tidak tahu harus menangis atau tertawa, aku memberitahunya pengalaman dulu saat melahirkan Victor, agar dia tidak perlu khawatir.

Victor tahu dia akan memiliki adik laki-laki dan perempuan, dia sangat patuh, setelah pulang dari TK dia bicara sebentar denganku dan langsung pergi mengerjakan PR. Dia juga cuci tangan sendiri sebelum makan, juga sudah bisa memakai baju, dia seperti orang dewasa kecil, dia juga mengatakan saat adik lahir, dia mau menjaga mereka.

Satu minggu mendekati perediksi kehamilan, langsung menemaniku tinggal di rumah sakit menunggu kelahiran.

Tengah malamaat air ketuban pecah, dokter datang dengan cepat, tapi pintu rahim masih belum terbuka.

Saat di bawa kedalam ruangan Timothy Huang terus menemaniku, dokter dan perawat tidak berani menyinggung pria ini, hanya dapat membujuknya dengan lembut: “Tuan Huang, kamu keluar dulu, tidak akan terjadi apa-apa kepada Nyonya Huang.”

“Kalian lakukan tugas kalian, aku ingin berada disini, dia kesakitan.”

Aku memang kesakitan, tapi aku juga tahu dia tidak boleh berada disini, aku ingin menyuruhnya keluar, tapi sakitnya luar biasa, dan pikiranku juga sedikit kacau.

Kesadaranku belum sepenuhnya hilang, mendengar ucapan Timothy Huang, aku melihatnya sambil menggeram.

Aku ingin membuka mulut dan menyuruhnya keluar, tapi dia mengenggam tanganku sambil menunduk dan melihatku: ”Jangan takut, aku akan menemanimu.”

Tangannya sedang gemetar, aku melihatnya dengan samar-samar, meskipun sakit, tapi aku merasa hatiku melembut.

Aku kesakitan satu jam lebih baru pintu rahim terbuka, karena melahirkan bayi kembar, resiko kehamilan lebih besar.

Di dalam ruang persalinan, Timothy Huang terus menggenggam tanganku, aku kesakitan hingga tiddak dapat membuka kedua mataku, aku mengigiti bibirku hingga terluka.

Dia bahkan tidak berpikir, dan langsung menjulurkan tangan dan memasukkanya kedalam mulutku.

Tapi saat ini aku sangat kesakitan sehingga tidak memikirkan apa yang ada di dalam mulutku, aku juga tahu aku hanya dapat menggeretakkan gigi dan melahirkan anak ini.

Betapapun sakitnya, aku bisa menahannya.

Bagi seorang wanita melahirkan bagaikan berjalan ke pintu maut, sudah masuk keluar lagi, sudah keluar masuk lagi.

Yang pertama keluar adalah anak laki-laki, adik perempuannya keluar setelah enam menit.

Tak lama setelah melahirkan aku tertidur, saat aku bangun aku melihat Timothy Huang di sampingku.

Aku ingin melihat anakku, aku segera menyuruhnya menyuruh perawat menggendongnya kemari.

Dua anak ini baru lahir, meskipun belum kelihatan wajahnya, tapi saat melihatnya aku merasa hatiku melembut.

Aku mengendongnnya dan tidak rela melepaskannya, Timothy Huang tahu aku capek jadi memaksa menyuruh Cedric Xu dan perawat membawa anakku keluar.

Aku hanya bisa diam melihat anakku di gendong pergi, setelah Cedric Xu dan perawat mengendong anakku keluar, di dalam kamar pasien hanya ada aku dan Timothy Huang.

Aku melihat Timothy Huang yang terus melihatku, tidak dapat menahan diri aku tersenyum dan mengangkat tangan untuk menyentuh wajahnya, saat ini aku baru menyadari, janggut di dagunya sudah tumbuh.

Tiba-tiba aku teringat satu jam yang lalu saat sedang melahirkan dan kesakitan setengah mati, pria ini mengenggam tanganku dengan tangannya yang gemetar dan mengatakan kepadaku dia akan menemaniku.

Aku tidak dapat menahan diri menjulurkan tanganku dan menyentuh mata panda yang berada di bawah matanya, kemudian tersenyum: ”Aku mencintaimu.”

Selesai melahirkan, suaraku sedikit serak dan kurang jelas, tapi aku tahu dia dapat mendengarnya dengan jelas.

Timothy Huang menunduk dan melihatku, sorot matanya membara, lalu dia menunduk dan mengecup bibirku dengan pelan: ”Aku juga mencintaimu, Jane.”

(Tamat)

Novel Terkait

Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
3 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
Kamu Baik Banget

Kamu Baik Banget

Jeselin Velani
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
3 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu