Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu - Bab 167 Turun Sendiri atau Aku akan Menggendongmu?

Ia melihatku cemberut lalu tersenyum, mengulurkan tangan dan menarikku kembali, menundukan kepala dan langsung menciumku.

Aku terpikirkan bahwa ini adalah pintu depan perusahaan, takut-takut ada rekan kerjaku yang melihat, mengangkat tangan dan memukul dia.

Untung saja tidak lama ia melepaskanku, juga terdengar suara kunci mobil dibuka, aku mendorong pintu dan sibuk turun dari mobil, tidak berani menoleh dan langsung berlari memasuki kantor.

“Jane, mengapa kau berlari begitu cepat, ada hantu yang mengejar di belakangmu?”

Baru saja aku tiba di depan lift, Megan mengulurkan tangannya dan menarikku.

Kukira Timothy, aku mengela napas lega setelah melihat Megan, mengibaskan tangan, sambil terengah-engah sambil berbicara: “Tidak ada apa-apa, aku salah melihat jam, kukira sudah terlambat.”

“Sudah kuduga, tadi aku terus memanggilmu dari belakang, kau seperti tidak mendengar apa-apa.”

Aku tersenyum sebentar, tidak berani banyak berkata-kata, takut jika Megan terus bertanya, ia akan tertangkap basah.

Timothy benar-benar tidak tahu malu, ia menghentikan mobilnya di depan pintu perusahaan, tidak tahu apakah ada orang yang melihat, jika terlihat orang lain, bisa jadi mereka akan membicarakanku.

Sepanjang pagi hari, hatiku tidak tenang selama di kantor.

Untung saja, seharian aku tidak mendengar apapun mengenai aku dan Timothy di kantor, aku cukup lega.

Tiba pukul enam, waktu bekerja hari ini telah habis.

“Jane, maukah menonton film malam ini? Dengar-dengar film yang baru saja ditayangkan sangat bagus.”

Aku tersenyum sambil menggeleng: “Aku ingin pulang, kau pergilah dengan Deasy,”

Mendengar ucapanku, Megan cemberut: “Aku tidak pernah jalan bersamamu, atau melihat film bersamamu.”

Sebenarnya, sudah memasuki perusahaan selama delapan bulan, aku memang tidak pernah menggubris ajakan pribadi mereka.”

Aku hanya bisa tersenyum sambil meminta maaf: “Di rumahku masih ada urusan, kau mengerti maksudku.”

Megan adalah satu-satunya di kantor yang mengetahui hubunganku dengan Timothy, juga mengetahui bahwa aku mempunyai anak, aku juga tidak bisa menyampaikannya secara detail.

Tapi Megan tetap paham, ia melambaikan tangannya: “Baiklah, kau pulanglah terlebih dahulu, ingat kapan-kapan kau harus mempertemukannya denganku!”

“Bertemu apa?”

Saat ini rekan kerja lainnya bergabung, aku terkejut, untung Megan cepat tanggap: “Tidak ada apa-apa, malam ini aku akan menonton dengan Deasy, kau ikut?”

“Ikut ikut!!”

Selesai berbicara mereka pun pergi, Jane menoleh dan mengedip ke arahku.

Aku menghembuskan napas lega, sibuk merapihkan barangku dan mematikan komputer lalu pulang.

Baru saja keluar dari pintu perusahaan, aku melihat mobil Timothy diparkir di seberang jalan.

Aku terpaku ketika melihat mobil tersebut, Timothy terlalu berani, tidak akan terjadi apa-apa dengannya, jika saja rekan kerjaku melihatku, ditambah masalah pengunduran diri dari kantor akhir-akhir ini, tidak tahu apakah mereka akan membicarakanku!

Sembari berpikir, aku buru-buru berlari menghampirinya.

“Mengapa lari begitu cepat?”

Melihatnya berjalan keluar, aku berbegas mendorongnya masuk mobil: “Kau jangan keluar, cepatlah masuk ke dalam!”

Aku mendorongnya sembari menunduk, takut ada orang yang melihat aku dan Timothy berdua di jalan raya.

Setelah mendorong Timothy masuk, barulah aku memutari mobil dan duduk di kursi depan, sembari memasang sabuk pengaman sembari bertanya dengan tidak puas: “Tidak ada apa-apa mengapa kau datang ke depan perusahaanku? Jika saja orang lain –”

“Jane, apakah aku tidak pantas dilihat orang lain?”

Aku menengadah, baru menyadari raut wajahnya pucat.

Tatapan matanya sangat dingin, mendengar pertanyaannya, tidak tahu mengapa, hatiku menciut, jari tanganku bergetar: “Tidak, tidak.”

“Tidak? Jika tidak mengapa kau mendorongku masuk ke mobil?”

“Angin di luar sangat dingin, aku takut kau kedinginan.”

“Oh, takut rekan kerjamu melihatku bukan?”

Mendengar pertanyaannya, aku pun tidak menutup-nutupi lagi: “Timothy, aku tidak merasa kau tidak pantas bertemu orang, hanya saja hubungan kita sekarang, ditambah lagi jati dirimu, aku baru saja mengundurkan diri, rekan kerjaku tidak tahu aku pernah menikah, terlebih lagi tidak tahu aku menikah denganmu. Aku tidak ingin menjadi pembicaraan mereka, aku hanya ingin mengundurkan diri dengan damai, jadi aku tidak ingin rekan kerjaku melihatmu.”

Ia menatapku sejenak, tidak berkata apa-apa, lalu mengemudi.

Aku tahu ia marah, tapi yang kukatakan adalah jujur.

Tidak peduli bagaimana pun, hubunganku dengannya memang sedikit tidak jelas. Jelas-jelas pasangan yang pernah bercerai, sekarang kembali bersama, ditambah lagi masalah Nicole yang bunuh diri, jangankan kota A, kota D saja sudah membicarakannya di sela-sela waktu mereka.

Aku menatapnya, ingin menyampaikan sesuatu, setelah berpikir, aku tetap merasa lebih baik dibicarakan di rumah.

Sembari berpikir, aku pun tidak berbicara lagi, menoleh dan menatap ke luar jendela, namun menyadari arah kembali ke rumah sedikit tidak benar.

Aku bergegas menoleh dan melihat Timothy: “Ini bukan jalan kembali ke rumah, kan?”

Ia menoleh menatapku dengan dingin: “Kulkas di rumah sudah kosong, pergi dulu ke pasar swalayan.”

Melihatnya begitu dingin, tiba-tiba aku merasa disalahkan, cemberut, tidak menjawab ucapannya.

Mobil berhenti di luar swalayan, Timothy turun terlebih dahulu, berdiri menungguku, aku ingin turun, tapi tidak bergerak.

Tidak lama, ia datang menghampiri dan langsung membuka pintuku: “Turun.”

Aku menengadah menatapnya, dengan tenang berkata: “Kau saja yang beli, aku menunggumu di dalam mobil.”

Ia mengerutkan alis, terlihat tidak puas: “Bersama-sama.”

“Tidak usah, aku menunggu di sini saja.”

Kali ini Timothy geram: “Jane, aku ucapkan sekali lagi, bersama!”

Sembari berbicara ia langsung melepaskan sabuk pengamanku, lalu menatapku: “Turun sendiri atau aku akan menggendongmu?”

Banyak orang di swalayan di waktu seperti ini, melihat banyaknya orang yang berlalu lalang, otomatis aku tidak ingin ia menggendongku, hanya bisa menerima ancaman dan turun dari mobil.

“Apa yang ingin kau beli?”

“Beli sedikit sayur, Bibi Fan bilang tisu di rumah juga sudah habis.”

“O.” Aku merespon, ia mendorong kereta belanja, satu tangan menarikku, tidak menungguku merespon, ia langsung menempatkanku di antara dia dan kereta belanjanya.

Ketika tersadar aku langsung melawan: “Apa yang kau lakukan, lepaskan aku keluar!”

Ia menunduk dan menatapku: “Jangan bergerak, Victor masih di rumah menunggu kita pulang! Cepat belanja lalu cepat pulang!”

Ia bicara dengan mudah, tapi lepaskanlah aku, apa jadinya ini!

Tapi tidak peduli bagaimana aku bergerak, Timothy tetap tidak mau melepaskanku.

Akhirnya aku pasrah, hanya bisa membiarkannya mendorong kereta di antara kita.

Timothy ada di belakangku, jarak kami berdua sangat dekat, jika aku berjalan terlalu pelan, tidak sengaja akan menyentuh dadanya, napasnya berhembus padaku, aku pun tidak bisa menghindar.

Aku menikahinya selama setahun hampir dua tahun, tidak pernah seharmonis ini, sambil berjalan, hatiku juga perlahan melunak.

Ia selalu mendorong kereta belanja menuju daerah yang diperlukan, aku menanyakanku merek, aku menunjuknya lalu ia menggapainya.

Seperti pasangan muda yang baru hangat-hangatnya, aku tidak mengira, setelah kami bercerai ternyata masih bisa semanis ini.

Melihatnya melemparkan tisu ke dalam kereta belanja, aku tidak kuasa menahan senyum.

Ketika aku sedang bahagia, tiba-tiba terdengar seseorang memanggilku: “Jane?”

Novel Terkait

Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
3 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Di Balik Awan

Cinta Di Balik Awan

Kelly
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu