Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu - Bab 144 Banyak tuh orang yang mengejar nona Su

Meskipun Aku bersama dengan Timothy tidak lama sekali, tapi setiap orang itu ada kebiasaannya. Dulu ketika bersama Timothy, orang-orang manggil dia manajer Huang, sehingga sampai sekarang, sekali mendengar dua kata “Manajer Huang”, seketika aku langsung tersentak.

Ini adalah tindakan refleks, seperti sekarang ini.

Aku tidak menyangka, sekali aku mengangkat kepala, yang pertama masuk itu sungguh Timothy.

Dia melihat pandangan aku, dan hanya sekilas, benaran cuma sekilas saja, dengan cepat dia sudah mengalihkan pandangannya, seperti hari itu saat ketemu di rumah sakit.

Hatiku seperti dihantam oleh sesuatu, sakit sampai membuat mataku panas dan berkaca.

“Jane, kamu kenapa?”

Megan Lee yang di samping sedikit menarik aku, baru sadar aku tadi melamun, segera aku sadarkan diri kembali lalu menggeleng : “Tidak, tadi tak sengaja kena luka aku, jadi sakit.”

“Oh, gak apa-apa kan?’

Aku menggeleng : “Tak apa, cuma sakit sebentar saja.”

Beberapa hari ini lukaku masih sakit, tapi rasa sakitnya beda jauh kalau dibandingkan dengan dua hari yang lalu.

Tadi aku bilang sakit agar mengalihkan perhatian Megan Lee, kalau tidak dia pasti bakal tanya-tanya terus, bisa-bisa nanti jadi ketahuan ada hubungan sama Timothy.

Tim penanggung jawab dari kedua perusahaan, serta investor dari kedua belah pihak, pas satu meja penuh.

Timothy duduk di posisi tengah, pas berseberangan dengan aku, jadi sekali aku angkat kepala langsung bisa kelihatan dia.

Aku ingin pindah tempat, tapi takut di tanya sama orang, jadi aku tahan saja.

Setelah duduk, Max mulai memperkenalkan semua orang.

Ketika sampai di aku, pandangan Timothy lurus ke aku, hanya saja sorotan matanya tidak lagi familiar seperti dulu.

Hatiku sungguh seperti dipukul oleh sesuatu, sambil menggertakkan gigi aku menahan : “Selamat malam manajer Huang.”

“Selamat malam nona Tsu.”

Untung hanya beberapa detik, dengan cepat sudah berlalu.

Setelah perkenalan, kami pun mulai makan.

Kalau ada pimpinan hadir begini, pasti harus minum bir.

Aku tidak termasuk yang jago minum bir, tapi tidak parah sampai satu gelas langsung mabuk, tapi yang diminum hari ini itu bir putih, akhirnya Megan Lee menarik aku : “Satu gelas ini aku wakilin Jane, tangan dia terluka jadi lebih baik tidak minum bir.”

“Oh, luka karena apa, padahal baru datang ke kota A beberapa hari loh.”

Yang membuka mulut itu manajer Fang, wakil manajer dari perusahaan yang kerja sama dengan kami.

Baru saja manajer Fang selesai bertanya, Florence Lee yang dari tadi tidak bagaimana melihat aku langsung memandangi aku dengan muka panik.

Aku bukan orang jahat, tapi juga bukan orang baik, aku tidak perhitungan dengan masalah ini karena tak mau memperumit masalah.

Tapi ini tidak berarti aku benaran tidak apa-apa, dan melihat dari sejak aku masuk ke ruangan ini sampai para pimpinan datang, dalam belasan menit ini Florence Lee bukan cuma tidak meminta maaf, masih menghadapi aku dengan muka cuek lagi.

Aku menarik kembali pandanganku lalu tertawa datar : “Sebelumnya pas makan, nona Lee tak sengaja menjatuhkan teko teh.

Baru saja aku selesai ngomong, air muka manajer Fang langsung berubah : “Manajer Lin, berarti ini kamu tidak memperhatikakan dengan baik loh, Jane datang dari kota D dengan baik-baik, dan sekarang sampai terluka, bagaimana nanti aku harus menghadapi manajer Zheng?”

Max Lin melihat aku sekilas, dengan pandangan agak menyalahkan : “Manajer Fang, saya yang kurang perhatikan dengan seksama.”

Manajer Fang berdehem, lalu melihat ke aku lagi : “Lukanya bagaimana? Dokter bilang apa, bakal ninggalin bekas gak?”

Diperhatiin ya diterima saja, tata krama satu ini aku masih bisa mengerti, “Sudah lumayan baikan, tidak ada yang parah, manajer Fang tidak perlu——“

Sambil berkata aku menepak Megan Lee dengan pelan.

Megan Lee langsung mengerti maksud aku, segera ia membuka mulut : “Apanya yang gak apa-apa, kulitnya saja sampai terkelupas, dokter bilang pasti ninggalin bekas.”

Aku memberikan jempol untuk Megan Lee dari dalam hati, dengan ekspresi muka yang masih tidak berubah : “Tidak selebay itu kok.”

Bagaimana pun juga aku bukan orang di perusahaan mereka, Max Lin membela Florence Lee, manajer Fang sih tidak bakalan, apalagi banyak yang hadir sekarang.

Tapi aku juga tahu, manajer Fang tidak akan meminta pertanggungjawaban sekarang juga, namun nampak sekali hari senin nanti Florence Lee tidak akan bisa menghindari nasibnya untuk di panggil ke kantor.

Jangan salahkan aku terlalu tega, kalau misalnya Florence Lee ada meminta maaf sama aku, aku juga tidak bakalan membeberkan masalah ini.

Wajah Max Lin yang lembut sudah menghilang, dia menatapku dengan pandangan yang sedikit dendam.

Kali ini aku benar-benar menggunakan kesempatan aku dibaikin : “Manajer Fang, aku benar-benar sudah tidak apa-apa, kita makan saja, kalau tidak nanti gara-gara aku sendiri yang lain pada kelaparan lagi.”

Dengan aku berkata begitu , tentu saja Manajer Fang menuruti saja, kalau tidak, masalah ini akan semakin dibeberin semakin parah nanti.

Selanjutnya semua berjalan dengan lancar, aku tidak minum bir, jadi tidak mabuk dan masih sadar total. Tapi terlalu sadar juga ternyata bukan hal baik.

Sudah setengah jam aku duduk berseberangan dengan Timothy, dia tidak memandang aku sama sekali.

Dia ngobrol dengan manajer Fang dan manajer Lee, dengan Max dan Florence, bahkan menjawab pertanyaan Megan Lee, tapi tetap tidak melihat aku sekilas pun.

Dia mengabaikan aku seperti ini, membuat aku merasa tak enak sekali.

Setelah empat puluhan menit, semua semakin terbuka, ada yang mulai semakin berani.

Mungkin karena tadi sempat ada suasana tidak enak, jadi manajer Fang ingin mengembalikan suasana, hingga langsung mengungkit aku : “Manajer Lin, ini nona Tsu begitu cantik, hati kamu tidak tergerak? Setahu aku, nona tsu masih single loh! Terus Dlyan Wu juga, kalian bagaimana?”

“Single? Manajer Fang, kami mendengar sendiri loh nona Tsu bilang dia ada pacar!”

Ini suara Florence lee, kalau dikatakan pas awal aku tidak mengaguminya, maka sekarang aku bahkan sampai sudah membencinya.

Benci sekali.

Tidak pernah aku mengakui aku punya pacar, itu omongan Megan Lee, sedangkan dia bagus sekali, langsung bilang aku yang ngomong sendiri.

Refleks aku melihat ke Timothy, dia masih tetap tidak menatap aku, sambil memegang gelas dengan muka ekspresi dingin dan kaku.

“Ohya jane? Kamu sudah ada pacar, kok aku tidak tahu?”

Aku tertawa, dan masih lagi mikir harus bagaimana menjelaskan. Kalau aku bilang aku tak ada pacar, itu bakal malu-maluin Megan Lee, tapi kalau bilang ada, kenyataannya aku sama sekali tak ada pacar.

Di saat ini, Megan Lee tiba-tiba menepuk aku.

Aku termangu, dan dia sudah membuka mulut : “Nona Lee, telinga kamu gak masalah kan? Yang bilang Jane ada pacar itu aku yang ngomong, darimana Jane yang bilang sendiri?” Setelah ngomong begitu, dia agak menjeda lalu melihat ke manajer Fang, “Manajer Fang, aku yang salah paham, sebelumnya Mike beberapa kali datang jemput Jane di kantor, kukira dia cowoknya Jane. Hari itu gak sengaja aku katakan, setelah itu Jane baru bilang ke aku kalau itu bukan pacarnya.”

Megan Lee jeda sebentar lagi : “Itu orang yang mengejar Jane!”

Baru saja dia selesai ngomong begitu, aku melihat wajah Florence merah padam sekali.

Mau tak mau harus aku katakan, sindiran Megan mantap sekali.

Diam-diam aku mengacungkan jempol ke dia, kemudian ketika aku mengangkat kepala terdengar suara Timothy yang dari tadi tidak bagaimana membuka mulut : “Tentu saja, banyak tuh orang yang mengejar nona Su.”

Novel Terkait

Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
3 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Step by Step

Step by Step

Leks
Karir
3 tahun yang lalu