Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu - Bab 253 Aku Akan Berusaha

Aku terkejut. Keluarga Anne Lee berasal dari kota B, tidak kusangka ayah Anne Lee mengenal Timothy. Walaupun Timothy pernah bekerjasama dengan kota B, namun kota B sangat besar. Ayah Anne Lee adalah seorang manajer. Mengenal sifat Timothy, rasanya aneh jika dia mengenal orang selevel ayah Anne Lee.

Namun, Timothy tidak mengenal mereka, bukan berarti mereka tidak mengenal Timothy.

Sebelum Timothy menjawabnya, ayah Anne Lee mengangkat tangannya dan menampar Anne Lee.

Plak!

Ayah Anne Lee menamparnya keras. Jemarinya membekas di wajah Anne Lee.

Anne Lee terbiasa dimanja di rumah. Sekarang, ayahnya sendiri menamparnya. Dia tidak menyangkanya. Anne Lee menutupi wajahnya sambil memelas berkata, “Ayah! Mengapa ayah memukulku?”

“Diam!”

Ayah Anne Lee sama sekali tidak memberinya kesempatan berbicara. Ibu Anne Lee juga tampak ingin mengatakan sesuatu, namun tidak berani.

Aku sendiri terkejut. Ayah Anne Lee lalu berbalik badan menghadapku dan Timothy, “Direktur Huang, Nyonya Huang, aku meminta maaf. Aku telah gagal mendidik anakku!”

Sikap Anne Lee dan ayahnya sama sekali tidak sama. Aku menutup mulutku rapat-rapat, tidak bersuara. Aku tidak bodoh. Ayahnya meminta maaf begini karena Timothy adalah orang penting.

Timothy tertawa dingin, “Jangan begitu, Manajer Lee. Puteri anda baik sekali!”

Usai berbicara, Timothy menarikku keluar. Ayah Anne Lee memanggil lagi, namun tidak berani mengejar kami.

Proses sidang ini berjalan lancar. Tidak sampai satu jam, kasus sudah dipecahkan.

Di mobil, aku teringat sikap ayah Anne Lee pada kami. Aku lalu menoleh pada Timothy, “Apa kamu ada kontrak kerjasama dengan ayah Anne Lee?”

Dia menghembuskan nafas dingin, “Perusahaan mereka dari dulu ingin bekerjasama dengan perusahaanku. Aku akan mengunjungi perusahaan mereka lagi nanti.”

Aku menganggukkan kepala, “Kalau bukan karena dirimu, mungkin dia tidak akan meminta maaf begitu.”

Timothy menoleh kearahku, seakan tahu apa yang sedang kupikirkan. Dia lalu mengusap kepalaku, “Jane, kehidupan bermasyarakat memang begitu. Banyak orang gemar cari muka. Aku akan terus berusaha agar kamu dan Victor dihormati orang, bukannya direndahkan.”

Tadinya, aku merasa jalan pikiran Timothy terlalu naif.

Namun, setelah mengalami kejadian ini, aku paham orang memangbegitu adanya.

Kasus ini telah selesai. Skandal Anne Lee terdengar ke publik. Dia tidak bisa lagi tinggal di kota A.

Hari berikutnya aku berangkat kerja. John Ding langsung menjadwalkan makan siang bersama untuk menyelamatiku. Sebenarnya, aku sendiri tidak ingin orang-orang mengetahui masalah ini.

Masalah Anne Lee ini membuat departemenku bosan, namun kami juga tidak memiliki pilihan lain. Setelah masalah ini selesai, kami pun bisa bernafas lega.

Tiffany yang biasanya girang, entah mengapa hari ini dia menjadi pendiam.

Aku menarik tangannya, “Ada apa?”

Dia menatapku sambil memaksakan senyum, “Tidak apa-apa.”

Karena tidak mendapat jawaban apa-apa, aku menoleh kearah Deasy. Dia juga tidak tahu mengapa.

Tiffany adalah seorang ekstrovert. Kalau ada yang mengganjal di hatinya, pasti langsung dia katakan. Namun, kali ini, entah apa yang kutanyakan, dia tidak memberiku jawaban.

Aku mengerutkan dahiku, tidak lagi bertanya.

Usai makan, kami pun bubar. Aku berjalan di belakang dan mencoba menarik Tiffany lagi, “Baiklah. ada apa denganmu hari ini? Mengapa kamu bersikap seperti baru saja kehilangan 2miliar lebih?”

Tiffany menatapku. Dia tampak terluka. Aku iba melihatnya, “Ada apa denganmu? Kalau ada apa-apa, bicaralah denganku! Jangan seperti ini!”

Dia lalu memelukku sambil menangis. Ini pertama kalinya aku melihatnya menangis.

Dia lebih muda dua tahun dariku. Dia selalu ceria. Wajahnya penuh tawa. Sekarang, dia tiba-tiba menangis di pelukanku. Tentu saja aku terkejut.

Namun, aku paham saat itu moodnya sedang tidak baik. Kalaupun aku bertanya lagi, dia juga tidak akan menjawabnya. Aku menariknya ke dalam café dan menyuruhnya duduk. Aku memberikan selembar tisu padanya, “Hapus air matamu.”

Dia menerima tisu itu sambil mendongakkan kepalanya dan menatapku. Dengan terisak, Tiffany berkata, “Mike Qi menolakku.”

“Kalau dia menolakmu, ya sudah, terima saja. Mengapa kamu harus menangis begini?”ujarku reflek saat merespon ucapannya.

“Bagaimana bisa dia menolakmu? Bukannya sebelumnya kalian baik-baik saja?” tanyaku lagi.

Mendengar pertanyaanku, raut wajah Tiffany semakin buruk, “Mana ada baik-baik saja! Dia sama sekali tidak mempedulikanku. Setiap kali kami berbincang dia selalu menjawab dengan ‘mm, oh, oke’. Entah aku bicara apa, dia selalu menjawabku begitu.”

Aku sudah mengenal Mike Qi lebih dari tiga tahun. Dia tetanggaku selama dua tahun. Walaupun dia tidak banyak bicara, namun dia tidak sehening itu.

Aku teringat sesuatu namun, aku sendiri tidak tahu harus mengatakan apa.

Namun, tanpa menungguku berbicara, Tiffany tampaknya telah memutuskan sesuatu, “Tidak. Aku tidak boleh merana begini hanya karena seorang laki-laki! Kalau dia tidak menyukaiku, ya sudah! Mengapa aku harus repot-repot membuatnya menyukaiku?”

Aku setuju dengannya kali ini. Namun, mengenal sifat Tiffany, aku mencoba tutup mulut.

Tidak sampai dua menit kemudian, dia menatapku lagi, “Jane, apa Mike Qi bersikap seperti itu ke semua orang?”

Aku mencoba mengingat-ingat. Mike Qi memang begitu adanya. Aku lalu mengangguk, “Dia memang begitu. Sikapnya selalu dingin.”

“Baguslah kalau begitu! Kupikir dia begitu kepadaku saja! Sejak jaman sekolah, aku tahu dia bersikap dingin. Hanya saja, tidak kusangka sedingin ini. Aku sendiri hampir memeleh karena sikapku yang girang namun kebalikannya, dia sama sekali tidak terpengaruh.”

Ketika aku mengenalkan mereka berdua, aku berpikiran sikap riang Tiffany akan mempengaruhi Mike Qi. Namun, Mike Qi memang dasarnya dingin, susah diubah.

“Tidak, aku tidak boleh menyerah semudah ini! Banyak orang menginginkan nomor ponsel Mike Qi. Mereka tidak memilikinya. Namun, sekarang aku punya nomor ponsel juga WeChatnya. Kalau aku menyerah sekarang, aku akan memberi orang-orang itu kesempatan besar!” ujar Tiffany pada dirinya sendiri, lalu tiba-tiba bertanya padaku, “Jane, apa kamu tahu cara mengejar laki-laki?”

Novel Terkait

Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
3 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Where’s Ur Self-Respect Ex-hubby?

Jasmine
Percintaan
4 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
3 tahun yang lalu