Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu - Bab 38 Siapa Berani Berkata (1)

"Jane!"

Aku baru saja masuk lift ketika Timothy mengejarku, namun aku benar-benar telah tersakiti olehnya.

Aku mengakui kalau aku salah, tapi walaupun begitu, dia seharusnya juga memberiku kesempatan untuk membantah. Dari dulu ia selalu begini, masalah anak juga begini, sekarang pun begini, selalu seperti ini.

Kami sudah bersama selama ini, tapi bahkan untuk hal-hal yang paling mendasar saja dia tak percaya padaku!

Aku tak henti-hentinya menekan tombol untuk menutup pintu, tapi reaksinya lama sekali. Tangan Timothy seketika sudah menggapaiku dan menarikku keluar.

Aku memukul dan menendangnya, "Lepaskan aku! Enyahlah, lepaskan aku!"

Ia seperti tidak mendengarkanku dan malah menggendongku kembali ke kamar.

"Jangan ribut, Jane."

Timothy meletakkanku di atas sofa, tiba-tiba ia meletakkan dagunya di atas pundakku, suaranya bernada memohon.

Ia menekanku dalam pelukannya, aku tak tahan untuk menggigit dadanya.

Ia kesakitan, tapi tak menghentikanku.

"Maafkan aku, Jane."

Kami terdiam beberapa saat, mendengar permintaan maaf Timothy, hatiku perlahan-lahan menjadi tenang kembali, meskipun masalahku dengannya tidak sesederhana satu dua kalimat permintaan maaf.

Aku mendongak dan menatapnya, "Timothy, ini bukan pertama kalinya kau tidak percaya padaku, sudah bukan pertama kalinya."

Hatiku yang awalnya sudah tenang, kembali bergejolak lagi, suaraku makin lama makin bergetar.

Ia memegang tengkukku, tak mengizinkanku melihatnya, "Aku tahu, maafkan aku."

"Timothy, kupikir kita harus mempertimbangkan kembali hubungan di antara kita. Dari dulu kau tidak pernah mempercayaiku," aku ingin mendorongnya, tapi tak bisa.

"Mempertimbangkan apa, Jane? Apa yang ingin kau pertimbangkan?" suara Timothy kembali menegang, "Cerai?"

Ia tersenyum dingin, tiba-tiba mengangkat daguku, matanya menatap tajam ke arahku, "Jangan sekali-kali memikirkannya, Jane."

"Timothy, tidakkah kau berpikir kau sangat diktator?"

"Kau yang memulainya duluan, Jane, aku telah memberimu kesempatan untuk pergi, tapi kau muncul di pesta ulang tahun dan minta dilamar, saat itu kau seharusnya tahu, kalau aku tidak akan pernah melepaskanmu lagi."

Aku tak tahu harus menangis atau tertawa, "Timothy, tidakkah kau merasa hubungan kita sangat lucu? Kita sudah menikah, namun untuk hal-hal mendasar saja kau bahkan tidak memberiku kepercayaan. Hanya dari rekaman itu, kau sudah menuduhku mencurangimu. Kalau nanti ada seseorang lagi yang menunjukkanmu sesuatu, akankah kau menumpahkan air limbah lagi kepadaku?"

Aku bisa tahan difitnah oleh orang lain, tapi kalau fitnah itu datang dari orang yang paling kucintai, hatiku tak bisa tahan.

"Mau mendengarkan cerita?"

Dia tiba-tiba mengendurkan tangannya, ganti merangkulku.

Aku mengangguk-angguk.

Ia tidak segera membuka mulut, melainkan meraba saku celananya, lalu mengambil sebatang rokok.

Aku tanpa sadar menarik tangannya, "Jangan merokok."

Ia menatapku sejenak, "Tidak, kok."

Ia menunduk melihat rokoknya, bibir tipisnya bergerak sedikit, "Ibuku pergi saat aku berumur 7 tahun, tak sampai 2 tahun kemudian Vheren pun masuk. Awalnya aku tak punya perasaan apapun padanya, aku tetap bersikap hormat padanya. Tapi ternyata ia tak sesederhana kelihatannya. Aku adalah anak kesayangan David, tapi setelah Vheren masuk, David makin lama makin tak menyukaiku. Saat itu pun aku belum menyadarinya, sampai saat aku umur 8 tahun, Vincy Lu mendorongku ke dalam kolam renang."

Timothy tiba-tiba berhenti, lalu menunduk menatapku, "Jane, apa kau mengerti rasanya tak bisa bernapas? Di dalam kolam renang aku perlahan-lahan berjalan mendekati kematianku. Walaupun begitu itu bukan bagian yang paling mengerikan, yang paling mengerikan adalah Vincy mengadu kalau aku yang mendorongnya ke dalam kolam renang, ia bilang aku memasukkan racun ke dalam susunya.Semua orang bilang putra David sungguh mengerikan, berusaha membunuh kakak dan ibu tirinya. Ini belum apa-apa, pengasuhku sejak kecil, bahkan telah dibeli oleh Vheren, ia menaruh racun dalam susu yang kuminum setiap malam. Semua orang di sekelilingku mencari cari untuk menyingkirkanku, karena dengan menyingkirkanku, IEC International Group akan menjadi milik mereka."

Aku begitu terkejut sampai tak tahu harus berkata apa. Aku pernah membayangkan rumah tangganya yang seperti itu, pasti sulit sekali, tapi paling banyak aku hanya menyangka dia dianiaya, tak pernah kusangka kalau ternyata sejak kecil ia telah menghadapi banyak tipu daya.

Aku seketika paham mengapa ia tak percaya padaku, saat semua saudara, paman, dan bibimu ingin menyakitimu, kau jadi tak berani mempercayai siapapun.

"Timothy..." aku membuka mulutku, ingin berkata sesuatu untuk menghiburnya, namun ternyata tak ada yang bisa keluar dari mulutku.

Setelah mendengar ceritanya, hatiku sakit sekali, aku memeluknya erat-erat, "Aku tak akan pernah mencurangimu, Timothy, aku tak akan pernah lagi mencurangimu."

Yang lalu biarlah berlalu. Anak sudah tak ada, Nenek juga telah pergi, apapun yang kulakukan tak akan bisa mengubah hal ini.

Di dunia ini, yang bisa kupedulikan hanyalah Timothy, kalaupun aku mau egois, aku tak akan lagi memperhitungkan sentimen masa lalu itu.

"Jane, aku akan mencoba percaya padamu."

Aku tahu ini sudah merupakan ketulusannya yang paling besar, hatiku seperti direndam ke dalam air hangat, hangat dan lembut.

"Aku berjanji tidak akan berbicara seperti itu lagi, Timothy..." Aku mendongak menatapnya. Aku memegang wajahnya dengan kedua tanganku dan mendekatkannya ke ujung hidungku, "Aku mencintaimu, aku menikahimu karena aku mencintaimu."

Mungkin pernah ada maksud lain, tapi pada akhirnya, semua karena aku cinta padamu.

Ia tiba-tiba tersenyum melihatku, sorot matanya yang dingin telah lenyap, seperti bunga musim semi yang perlahan mekar saja, "Aku juga mencintaimu, Jane."

Dalam sekejap, aku seperti melihat kembang api menari-nari di hadapanku, hatiku meluap-luap, aku benar-benar perlu melakukan sesuatu untuk menetralkan kegembiraanku saat ini.

Jadi aku merangkul leher Timothy dan mencium bibirnya, ia mendorong tengkukku, kami berdua sudah seperti *, dengan segera terbakar hasrat.

Malam ini aku dan Timothy seperti habis minum obat, ia menarikku dari sofa ruang tamu hingga ranjang kamar, aku sampai tak bisa menghitung kami melakukannya 5 atau 6 kali. Sampai akhirnya aku sudah tak kuat lagi dan memohon padanya, ia baru melepaskanku.

Olahraga yang begini panas membuatku ingin tidur setelahnya, tapi Timothy telah memesan banyak makanan dan memaksaku untuk makan. Aku dengan terpaksa makan 2 mangkuk bubur, setelah itu ia baru membiarkanku tidur kembali.

Novel Terkait

Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
4 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu