Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu - Bab 40 Terima Kasih Sudah Menyelamatkan Istriku (2)

Terdengar suara tajam rem mobil, aku berdiri di sana, hampir kehabisan nafas.

Pintu mobil terbuka, seorang pria yang mengenakan mantel coklat turun dari mobil, ia tertegun melihatku, lalu melepaskan mantelnya dan memakaikannya di pundakku. "Nona, apa kau baik-baik saja?"

Saat itu juga, para pemabuk itu datang mengejarku, aku tanpa sadar membenamkan tubuhku di pelukan pria itu dan menarik kerah pakaiannya erat-erat. "Tolong aku! Tuan, kumohon tolonglah aku!"

Pria itu menunduk memandangku. "Tenanglah, tak akan ada apa-apa, mari kita masuk ke mobil."

Suaranya sangat merdu, suaranya berat dan lembut sekaligus, memberi orang perasaan aman.

Aku mengangguk dan secepatnya naik ke mobil.

Pria itu baru saja menutup pintu di sisiku, salah seorang preman itu menariknya, kemudian dengan keras menghempaskannya, pria itu menabrak bagian depan mobil, aku sangat terkejut hingga berteriak, "Ah!"

"Tutup pintu mobilnya!"

Teriak pria itu tiba-tiba, aku terdiam sebentar lalu segera menarik kunci mobil di kursi pengemudi.

Pertengkaran di luar begitu sengit, aku melihat pria itu menerima beberapa pukulan, tetapi ia jelas adalah orang yang terlatih, beberapa belas menit kemudian, preman-preman itu telah berbaring di atas tanah karena dihajarnya.

Ia mengusap darah di ujung bibirnya, kemudian mengetuk kaca jendelaku, ia menunjuk pintu mobil, memintaku membuka pintu.

Aku segera membuka kunci pintu mobil, melihatnya mimisan, aku terkejut, aku pun menarik beberapa lembar tissue dan memberikannya. "Hidungmu berdarah."

"Terima kasih."

Ia adalah pria yang sangat sopan, bahkan di saat seperti ini ia tidak lupa berterima kasih padaku.

"Apakah kau mau kuantar ke rumah sakit?"

Aku mengangguk, lalu dengan sedikit ragu bertanya, "Tuan, bolehkah aku meminjam handphone untuk menelepon?"

"Ambillah."

Ia sama sekali tak keberatan, ia langsung memberikan handphonenya padaku

Aku menerimanya dan menelepon Timothy, mungkin karena nomor tak dikenal, suaranya terdengar dingin. "Siapa?"

Mendengarnya, aku tak kuasa menahan tangis. "Ini aku, Timothy…"

"Jane? Di mana kamu? Aku mencarimu semalaman!"

"Aku diculik, aku juga tidak tahu, aku sekarang, sekarang…"

Saat itu aku tak tahu bagaimana memberi tahukan posisiku pada Timothy, pria di sebelahku itu berkata, "Kita pergi ke Rumah Sakit Umum 2."

Aku berterima kasih dengan tersenyum padanya, kemudian kembali berkata pada Timothy, "Kita sedang di jalan menuju Rumah Sakit Umum 2."

"Siapa yang di sebelahmu? Apakah kau baik-baik saja, apakah orang itu meyakinkan?"

Aku… Menjawab pertanyaan Timothy, aku dengan tenang memintanya untuk jangan khawatir, aku sudah tak apa-apa.

Setelah menutup telepon, aku dengan sungkan tersenyum dan berkata, "Maaf merepotkan."

"Namaku Cedric Xu."

Aku terdiam sesaat, lalu dengan buru-buru memperkenalkan diri. "Namaku Jane. Tuan Xu, hari ini terima kasih sekali, kalau tak ada kamu, aku benar-benar tak tahu…"

Ia mengangguk menenangkanku.

Meskipun aku tahu sudah tak ada bahaya, namun aku masih ketakutan hingga tanganku gemetar.

"Jane!"

Baru saja turun dari mobil, Timothy berlari lalu memelukku.

Setekah mengalami hal seperti itu, aku mendekap Timothy erat-erat, ketakutanku akhirnya menghilang, aku mendongak dan memandangnya, air mataku pun mengalir. "Timothy, hampir saja kupikir aku tak akan bisa bertemu denganmu lagi."

Ekspresinya berubah tegang, ia tak berkata apapun, hanya memelukku dengan lebih erat.

Tiba-tiba aku teringat akan Cedric, aku segera mendorong Timothy, dengan sungkan tersenyum pada Cedric. "Ini Cedric Xu, ialah yang menyelamatkanku."

Timothy melepaskanku, kemudian maju ke arah Cedric. "Tuan Xu, terima kasih telah menyelamatkan istriku."

"Tidak masalah, ini sudah sepatutnya, aku juga…"

Mereka sedang ngobrol, mataku tiba-tiba gelap, dan aku pun jatuh pingsan.