Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu - Bab 147 Timothy Kecelakaan

Aku berjalan dan duduk ke sofa, setelah menatap Mike agak lama, aku akhirnya menceritakannya kedia.

“Tangan kamu tidak apa-apa kan? Mau ke rumah sakit gak?”

Aku menggeleng : “Sudah beberapa hari, cuma tadi kesenggol kena luka aku, tidak separah yang kamu bayangin kok.”

Baru saja aku selesai ngomong, dia melihat aku dengan muka bersalah, aku tahu dia sudah salah paham, dengan cepat aku berkata : “Bukan karena kamu kok, aku sendiri yang tadi gak hati-hati nabrak pintu.”

“Benaran gak usah ke rumah sakit?”

Dia bersikukuh mau membawa aku ke rumah sakit, tapi aku benaran sudah tidak apa-apa.

Akhirnya aku memperlihatkan catatan kesehatan di rumah sakit kota A, agak lama kemudian baru dia bersuara : “Besok kamu mau pergi ganti obat ya?”

“Kayaknya iya.”

Aku hampir melupakan ini.

“Besok aku antarin kamu saja.”

“Aku sendiri——“

“Tangan kamu luka, pasti susah bawa Victor.”

Dia benar, memang bakal susah.

Setelah mikir-mikir, akhirnya aku mengalah : “Okelah.”

Setelah pulang ke kota D, karena proposal sudah ditetapkan, jadi kami yang di sini sudah mau melakukan persiapan acara.

Aku dan Megan Lee itu penanggung jawab utama dari projek ini, jadi dalam dua bulan selanjutnya, kami benar-benar sibuk sampai hampir tak sempat makan.

Setiap malam kami lembur, melihat aku begitu sibuk, bibi Fan inisiatif menyusulkan untuk bantu aku jagain Victor sampai jam 9 malam.

Beberapa waktu ini Mike malah lebih santai dari aku, habis pulang dari kantor dia yang bantu jaga Victor.

Dua bulan ini, Victor bahkan lebih dekat sama Mike daripada aku.

Dalam sekejap, musim panas sudah sampai.

Acara yang kami persiapkan selama dua bulan ini akhirnya dimulai, karena propaganda kami sebelumnya berhasil sekali, sehingga di hari H ini, jumlah orang yang datang dua kali lipat dari yang kami targetkan.

Di hari berakhirya acara, ada acara perayaan dari perusahaan, aku dan Megan Lee sudah capek setengah mati, tapi karena kami penanggung jawab, jadi mau tak mau harus ikut.

Ketika keluar dari hotel sudah hampir jam 10, kemarin Victor sudah di bawah ke tempat ibu Mike.

Baru saja aku keluar dari hotel, sudah melihat Mike.

Megan Lee juga melihat, disenggolnya aku : “Cie, manajer Qi datang.”

Aku melirik ke dia : “Matamu katarak kali?”

“Jane, wajah kamu merah sekali!”

Aku tidak berekspresi : “Tadi aku ada minum bir!”

Di acara seperti ini, memang harus minum sedikit.

Aku tidak terlalu jago minum, meskipun tidak langsung setelah minum satu gelas, tapi dua gelas sudah batas maksimalku, kalau sampai lebih dari dua gelas, pasti bakal mabuk.

Mike mendekat ketika aku dan Megan Lee tengah ngobrol : “Mabuk?”

Ekspresi dia serius sekali, aku pun tertawa : “Tidak, masih sadar kok.”

Dia mengangguk, lalu baru menyapa Megan Lee : “Nona Li.”

“Manajer Qi, datang jemput Jane ya, abaikan aku saja, aku sudah manggil taksi kok, rumah aku gak jauh dari sini, cuma 2km lebih.”

“......”

Si Megan Lee ini, lucu sekali.

Mike juga langsung mengangguk, lalu melihat aku : “Kalau gitu ayo kita pergi.”

Megan Lee melihat aku lalu mengernyitkan alis, aku mengangkat tangan memijit pelipisku, ingin menjelaskan sesuatu, tapi juga merasa semakin ngomong semakin salah.

Beberapa bulan ini, kehidupan aku sudah pelan-pelan menjadi tenang, sudah lama aku tidak menerima kabar dari kota A, kalau bukan karena hari ini Megan Lee mendadak mengungkit : “Kamu tahu gak? Dengar-dengar manajer Huang yang waktu itu kita temui kecelakaan loh.”

Mendengar perkataan dia, hatiku langsung tersentak, langsung kutarik dia : “Kenapa dia?”

“Aku juga tidak tahu, cuma dengar kalau dia kecelakaan, tapi kabarnya gak di sebar, sebenarnya kenapa aku juga tidak tahu. Eh, kok respon kamu heboh amat?”

Perkataan Megan Lee membuat aku sadar kalau aku sudah bereaksi kelewatan, aku langsung melepas genggamanku : “Tidak apa, cuma sedikit perhatian saja.”

“Sedikit perhatian? Tapi dari muka kamu bukan gitu loh Jane!”

Sekarang aku tidak mood untuk ngobrol dengan Megan Lee, mendengar Timothy kecelakaan, hati aku langsung kacau sekali.

“Kamu bantu aku minta ijin ya, aku ada urusan, pulang dulu.”

“Oh, kamu hati-hati!”

Belum selesai Megan Lee berkata, aku sudah berlari keluar.

Pas lari keluar dari kantor aku baru menyadari apa yang aku lakukan.

Tapi aku tetap masih panik, aku tidak tahu harus bagaimana, aku berdiri agak lama di depan kantor, lalu baru kepikiran, tanpa berpikir dua kali lagi aku menelepon Cedric.

Cedric kayaknya lagi sibuk, telepon pertama dia tidak jawab, yang kedua baru dia jawab : “Jane, kenapa?”

Sekali bersuara, aku menyadari suara aku itu panik sekali : “Timothy kecelakaan ya?”

Satu kalimat yang begitu pendek, aku juga tidak tahu bagaimana aku bisa mengatakannya.

“Iya kecelakaan, dua hari yang lalu, tapi kabar tentang dia tidak dibeberin, tidak tahu sekarang ada di rumah sakit mana, aku juga tidak tahu jelas keadaannya sekarang.”

Mendengar perkataan Cedric, pikiranku jadi kusut.

“Jane?”

“Aku gak apa-apa.”

Aku meremas jari, lalu memanggil sebuah taksi untuk pulang ke rumah.

“Kamu jangan terlalu cemas, kalau tidak berkabar berarti kabar baik.”

“Aku tahu.”

Tapi aku tidak tahu apa-apa, seperti berjalan tak tentu arah di kegelapan, selain takut, aku juga kehilangan akal.

“Kamu jangan terlalu cemas, aku bantu kamu cari tahu.”

“Oke.”

Setelah menutup telepon, aku melihat keluar jendela.

Selama ini aku selalu mengira aku bisa melupakan Timothy, tapi ketika mendengar kabar dia kecelakaan, aku baru sadar aku seperti membohongi diri sendiri, aku sama sekali tidak bisa melupakan dia, menghilangkan dia dari kehidupanku.

“Jane, kamu kenapa?”

Bibi Fan melihat aku dengan terkejut, aku berusaha tertawa, lalu masuk menggendong Victor, setelah mikir sejenak, aku membuat satu keputusan : “Bibi Fan, kamu bisa bantu aku jaga Victor dua hari gak, aku ada satu teman kecelakaan, aku harus pergi melihatnya sebentar.”

“Ha, kecelakaan! Pergi saja, pergi saja, aku beberapa hari ini tidak ada urusan, aku bantu kamu jaga Victor.”

Setengah tahunan ini, bibi Fan sudah menganggap Victor seperti cucunya sendiri, aku percaya dia bisa menjaga Victor dengan baik.

Perasaanku kacau sekali sekarang, juga tidak mempertimbangkan terlalu banyak, meskipun tak tega meninggalkan Victor, tapi aku juga tidak bisa pura-pura tidak tahu apa-apa di sini.

Setelah beres-beres, aku segera pesan tiket pesawat, pas pergi ke bandara aku ada telepon ke Mike, minta tolong dia buat bantu jagain Victor.

Aku tahu berbuat seperti ini sangat egois, tapi aku tak ada cara lain, benar-benar tak ada cara lain.

Penerbangan selama 2 jam 23 menit, aku tidak tahu bagaimana aku melaluinya, aku merasa aku seperti mayat hidup yang berjalan.

Sekali turun pesawat, aku langsung menelepon ke Irfan, tapi teleponnya tak bisa masuk.

Aku pergi mencari Irfan, tapi dapat kabar Irfan cuti, aku berdiri di depan pintu utama, sama sekali tidak tahu aku harus bagaimana, lebih tidak tahu harus mencari siapa.

Pas di saat aku putus asa, tiba-tiba handphone ku berbunyi, ternyata telepon dari Irfan.

Novel Terkait

My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
You're My Savior

You're My Savior

Shella Navi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Villain's Giving Up

Villain's Giving Up

Axe Ashcielly
Romantis
3 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
Lelaki Greget

Lelaki Greget

Rudy Gold
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
Cantik Terlihat Jelek

Cantik Terlihat Jelek

Sherin
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu