Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu - Bab 36 Memang Untukmu (1)

Belum sampai 30 menit sejak Timothy pergi, bel pintu berbunyi. Untuk sementara waktu aku tak tahu siapa itu. Aku pun membuka pintu, saat kulihat Vheren di sana, raut mukaku sedikit berubah, "Nona Zhong."

Aku berdiri di depan pintu, tak ada maksud untuk mempersilakannya masuk.

Namun dia sama sekali tak sungkan, ia memaksaku untuk mundur, "Apa, tak ingin membiarkanku masuk?"

Belum selesai bicara, ia sudah masuk ke rumah. Aku tak bisa berkata apa-apa, aku tak pernah bisa mengusirnya. Aku hanya bisa menutup pintu, masuk, dan menuangkan segelas air untuknya, "Silakan duduk."

"Terima kasih. Semestinya kau memanggilku ibu, bagaimanapun kau telah menikah dengan Timothy."

Aku tak menjawab. Aku tahu bagaimana sikap Timothy kepadanya. Berhubung aku sudah menikah dengan Timothy, aku tentu harus berdiri di pihaknya.

Ia tersenyum dingin, "Sudahlah, aku juga tak memaksamu. Sentimen kami sebelumnya kau juga tak tahu," katanya lalu meletakkan gelasnya, "Jane, yang kau lakukan kemarin sungguh tak baik. Apa kau tahu betapa marahnya ayah Timothy karenamu?"

Aku menjilat bibir, tidak menjawab. Raut wajahnya jadi tak senang, "Aku sedang berbicara padamu, apa kau tidak dengar?"

Berhubung ia sudah berkata begitu, aku pun mau tak mau membuka mulut, "Aku mendengarkan, tapi Nona Zhong, Timothy tak tahu, alasan mengapa aku berulah di pesta kemarin, aku percaya kau pasti sangat mengerti, ya kan?"

Keduanya adalah suami-istri, David menyuruhnya membujukku, namun tak berhasil, lalu ia melakukan sesuatu di belakangku. Hal ini, Vheren tak mungkin tak tahu.

Benar saja, raut wajahnya langsung berubah setelah mendengarkan perkataanku, suaranya juga meninggi, "Jane, tak bisakah kau sopan sedikit kepada yang lebih tua?"

Ia marah, aku tak tahan untuk bergumam, "Kalau aku tak sopan, Anda sudah tak duduk di sini!"

Wajah Vheren memucat, ia mengacungkan jarinya padaku, "Kau, sikap macam apa ini?!"

Aku hanya diam memandangnya, dia tak melanjutkan kata-katanya lagi, ia hanya menatapku penuh kebencian.

Entah sudah lewat berapa lama, ia baru berbicara padaku lagi, "Sudahlah, kau juga sudah resmi menikah dengan Timothy. Sejak kecil ia memang sudah punya pemikiran sendiri. Aku dan ayahnya sudah tua, sudah tak bisa lagi mengurus terlalu banyak."

Ia minum sebentar, lalu berkata lagi, "Berhubung kau sudah resmi menikah dengannya, kau adalah menantu keluarga Huang. Sikapmu dan dia kemarin telah menyakiti banyak orang. Kalau kau ada waktu, banyak-banyaklah membujuknya supaya dewasa sedikit, jangan seperti anak kecil lagi yang terus saja mengungkit-ungkit peristiwa masa lalu hingga membuat orang-orang tak senang."

Aku tak siap dengan perubahan sikapnya ini, namun aku juga tak ingin ribut dengannya, aku pun menjawab asal, "Timothy bukan anak kecil lagi, apa yang dia perbuat dia pasti paham. Pesanmu, aku hanya bisa sesekali melakukannya."

Mungkin sikapku yang melunak telah membuatnya puas, raut wajahnya pun jauh membaik, "Bagus kalau kau bisa membantu membujuknya. Ayahnya memanggilnya pulang, aku ke sini tanpa sepengetahuannya. Jangan bilang padanya soal kedatanganku ini."

Ia berdiri, "Aku pulang dulu, kau dan Timothy sering-seringlah mampir kalau ada waktu."

Aku mengantarnya ke depan pintu tanpa berkata apapun, lalu melihatnya pergi.

Aku tidak sebodoh itu untuk menuruti perkataannya. Aku tak paham masalah keluarga Huang, sifat Timothy pun begitu keras, kalau aku turut campur, yang akan rugi adalah diriku sendiri.

Aku tidak menyalahkan sikap Vheren, hanya saja aku merasa ia memiliki maksud tersembunyi.

Sudah jam makan siang usai aku mengantarkan Vheren. Timothy tidak pulang, jadi aku hanya makan sekadarnya.

Selesai makan, tak ada pekerjaan yang bisa kulakukan, tidur pun tak bisa dalam keadaan perut kenyang, maka aku pergi ke ruang baca untuk melihat-lihat.

Meja sedikit berantakan. Aku hendak merapikannya. Tak disangka, aku melihat sebuah kotak cincin berlapis beludru merah.

Aku penasaran dan membukanya. Di dalamnya tampak sebuah cincin dengan desain sederhana, di atasnya terdapat berlian berukuran sedang yang tak henti memancarkan cahaya di bawah sinar matahari.

Aku juga tak tahu apa yang kupikirkan, aku hanya ingin mencobanya apakah cocok untukku. Aku tak sabar mengenakannya di jari manisku.

Ukurannya yang pas sekali mengagetkanku, aku teringat Timothy pernah mengatakan tentang pernikahan padaku. Mataku seketika memerah.

"Bagus tidak?"

Tiba-tiba terdengar suara Timothy dari arah pintu. Aku mendongak menatapnya. Melihatnya berjalan mendekat, aku tanpa sadar berusaha melepas cincin itu. Mungkin karena terburu-buru, cincin yang bisa masuk begitu mudah tadi jadi sulit sekali dilepaskan.

Dalam sekejap, ia sudah berdiri di hadapanku.

Aku menatapnya, tak bisa berkata-kata, "Aku, aku tidak bermaksud, aku hanya, hanya... Aku akan melepasnya sekarang juga!"

Aku lumayan panik, sekuat tenaga menarik cincin itu lepas dari jari manisku.

Tanganku tiba-tiba terasa hangat, tangan besarnya telah menggenggam tanganku. Aku menatapnya terkejut, "Aku sungguh..."

"Tak perlu dilepas, ini memang untukmu."

Kata-katanya membuatku tertegun, tak percaya, "Benarkah?"

Ia melirikku sekilas dan tertawa, "Bukankah cincinmu itu pas sekali?"

Sekeliling mataku menghangat, aku menunduk memandangi cincin di jari manisku, "Kapan kau membelinya?"

Timothy menarik tangannya dan bersandar di meja baca. Ia menjawab acuh tak acuh, "Beberapa bulan yang lalu lah, awalnya untuk melamarmu, tak disangka..."

Aku mengangkat tangan dan memeluknya erat-erat, tak mempersilakannya untuk melanjutkan perkataan itu, "Maaf, Timothy."

Novel Terkait

Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
Pernikahan Kontrak

Pernikahan Kontrak

Jenny
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
CEO Daddy

CEO Daddy

Tanto
Direktur
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu