Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu - Bab 121 Kita tak akan kembali

Aku pertama kali mendengar Timothy Huang memanggil ku dengan suara itu, jujur saja, hati ku---- masih berharap.

Seketika menjadi lembut.

Mata ku menjadi panas, tapi aku tak mau diri ku menangis, aku mati-matian menahan air mata ku, menoleh ke arah nya dengan dingin: " Kamu sudah gila ya, kamu masih di infus!"

Dia memegang tangan ku lemah, dan tidak melepaskan nya: " Jangan pergi, Jane."

Aku tadi di buatnya marah, dan sekarang dia memeluk ku dan meminta ku untuk tidak pergi, aku bagaimana bisa pergi.

Bagaimana pun aku mengabaikannya, tetap saja aku tak bisa mengendalikan hati ku.

Aku menarik nafas dalam: " Aku tidak pergi, lepaskan aku dulu, aku akan menyuruh perawat untuk memasang infus mu lagi."

Timothy Huang menunduk melihat ku seperti sedang memikirkan apakah kalimat ku itu benar.

Beberapa menit kemudian, baru dia melepaskan tangan ku, berbalik ke ranjang nya.

Aku memencet bel, lalu berbalik melihat Timothy Huang, berusaha menenangkan emosi ku: " Timothy, tak peduli apapun tujuan mu berharap aku kembali, tapi kita tidak punya kesempatan kembali seperti dulu lagi."

Aku dan dia, terpisah sangat jauh, bukan saja karena dia memanfaatkan aku, tapi kerana aku tidak bisa lagi mempercayainya.

Aku mengaku kalau aku belum bisa meninggalkan nya, aku tidak bisa dengan begitu kejam meninggalkan nya.

Tapi aku tahu jelas, bila kami kembali bersama karena cinta, masalah yang lalu akan menjadi batu sandungan di hubungan kami.

Dia pernah memanfaatkan aku, itu membuat ku ragu.

Kepercayaan ku kepadanya,hilang saat aku tahu segala yang ia lakukan kepada ku.

Seperti tergenang air, semuanya sulit dikembalikan.

Timothy Huang menatap ku, diam.

Tadi tamparan ku sangat keras, sekarang di wajahnya ada bekas jari.

" Maaf, aku tadi terbawa perasaan."

" Jane, aku tahu kamu----"

Saat dia sedang bicara, perawat masuk: " ada apa?"

Aku menunjuk infusnya: " Dia melepasnya."

Mungkin karena bekas tamparan di wajah Timothy Huang, setelah memasang jarum perawat melihat ke arah ku: " Nona, tolong jangan membuat pacar mu berbuat hal yang tidak-tidak, dan lagi, luka di tangan nya cukup parah, jangan membuat lukanya semakin lebar."

Aku terdiam hendak menjelaskan hubungan ku dengan Timothy Huang bukan seperti yang ia pikirkan, tapi selesai bicara, ia langsung pergi, hanya ada aku disana duduk, sedikit pusing.

" Jane, hal yang aku katakan tadi adalah benar, aku bukan karena Victor Tsu jadi ingin mengejar mu lagi, tapi aku benar-benar ingin kamu lagi, hal yang dulu memang salah ku, tapi percaya pada ku, kali ini, aku tidak akan membohongi mu, aku benar-benar mencintaimu, Jane."

Dia melihat ku, dengan kata demi kata, raut wajahnya lemah, tapi kedua bola matanya yang hitam bersinar.

Hati ku sedikit terharu, tapi aku sekarang bukan lagi Jane tiga tahun yang lalu, tidak semudah itu terharu dengan kata-katanya.

" Timothy, kita tidak akan kembali."

Dia bersikeras: " Kita tidak perlu kembali, kita memulai yang baru."

Aku mencibir, tak ingin dia membicarakan hal ini: " Kamu masih demam, istirahat saja, aku tak akan pergi."

Dia seperti masih ingin bicara.

Aku berdiri, mengambil gelas: " Aku akan mengambilkan mu minum, selesai minum obat kamu tidur saja."

Selesai bicara, aku keluar dari kamar, tidak memnberikan Timothy Huang kesempatan bicara.

Aku berjanji pada Timothy Huang untuk tidak pergi, aku hanya bisa tinggal di sini.

Obat demam itu mempunyai efek tidur, Timothy Huang tidur sangat nyenyak.

Di tengah malam aku memanggil perawat untuk mengganti infus nya, dia juga tak bangun.

Di saat jam tiga subuh, aku tak bisa menahan kantuk, aku bersandar ke ranjang Timothy Huang untuk tidur.

Disaat itu, aku merasa tangan ku di pegang.

Biarpun sedikit mengantuk, tidur seperti ini, membuatku tak terlalu nyenyak, jadi saat aku merasa tangan ku di pegang, aku langsung bangun.

Aku membuka mata, menyadari Timothy Huang memegang tangan ku.

Aku pikir dia sudah bangun, baru saja ingin menyuruhnya melepaskan tangan, tapi tak menyangka matanya masih tertutup.

" Jane-----"

Bibir yang tipis bergerak, dengan jelas terdengar kata itu dari bibir nya.

Aku hanya merasa sedikit sakit, membuat ku tak nyaman.

Lampu di kamar pasien sudah di ganti dengan lampu tidur, di cahaya seperti ini, bekas tamparan ku di wajah Timothy Huang tak terlihat jelas.

Aku juga tidak tahu dia bermimpi tentang apa, keningnya berkerut, memanggil nama ku sekali, dan tidak lagi terdengar sepatah pun.

Aku mencoba menarik tangan ku, tapi ketika aku bergerak, Timothy mengenggam tangan ku semakin kuat.

Takut menganggu nya, aku akhirnya menahan, dan tetap berada di posisi itu.

Dimalam hari sangat dingin, tapi pemanas yang ada di dalam kamar membuat ku mengantuk, akhirnya aku tertidur lagi.

Dan kali ini giliran aku yang bermimpi, aku bermimpi aku dan Timothy Huang bersama lagi, Victor Tsu berganti marga dan masuk ke kartu keluarganya, lalu dia memeluk Victor dari tempat yang tinggi lalu melihat aku yang berada di bawah dan berkata: " Jane, kamu bodoh sekali, kamu percaya aku bohongi! kamu pikir semua itu karena mu? aku melakukan itu karena Victor, aku tidak akan membiarkan anak ku memanggil pria lain dengan sebutan ayah! dan mengenai mu, terserah saja!"

Kalimatnya, raut wajahnya begitu dingin, berbeda sekali dengan wajahnya saat bersungguh-sungguh.

Aku tiba-tiba bangun, membuka mata dan tersadar aku berbaring di ranjang, di telinga ku terdengar suara Timothy Huang: " Ada apa, jane?"

Kata-kata nya, terdengar jelas di telinga ku.

Badan ku bergetar, menyadari aku dan Timothy Huang tidur seranjang, buru-buru bangkit, dia juga bangkit duduk bersama ku: " Masih pagi, kenapa?"

Aku dengan wajah dingin meliriknya, lalu turun dari ranjang: " Kamu memeluk ku?"

Dia melihat ku, tidak menolak: " aku melihat mu tidur duduk begitu sangat tak nyaman."

Untung saja dia mengaku, pengakuan nya sekarang, membuat ku diam, tak tahu berkata apa.

Semua orang pasti begitu.

Aku memutuskan tak memperdebatkan ini, " Jam berapa?"

" Jam 7 lewat."

Aku mengangguk, mengulurkan tangan memegang keningnya: " demam mu turun, dimana lagi yang tak enak?"

Dia langsung melihat ku: " Kalau aku merasa tak nyaman, kamu akan menemani ku?"

Tatapan nya yang langsung, aku tak bisa menahannya.

Aku tahu hatiku mulai lemah, buru-buru memegang dada ku: " Demam mu sudah turun, aku akan pulang, Victor semalam sangat merepotkan Mike."

Timothy meloncat dari ranjang: " Kalau begitu aku pulang juga."

Aku melihatnya, " Terserah, itu tubuh mu."

Timothy Huang pulang dari rumah sakit, dia tak bilang dia akan kemana, membuka pintu mobil ku dan masuk.

Aku melihatnya, ingin menyuruhnya turun, tapi melihat cuaca pagi ini, akhirnya aku menahan untuk melakukan nya, menyalakan mobil : " Kemana?"

" Pulang."

Ini membuat ku terbelak, awalnya aku pikir dia akan ikut bersama ku.

Aku diam sebentar: " Dimana rumah mu?"

" Di dekat rumah mu."

Novel Terkait

Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Inventing A Millionaire

Inventing A Millionaire

Edison
Menjadi Kaya
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
5 tahun yang lalu