Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu - Bab 148 Aku juga merasa diriku lucu

Segera aku mengangkat telepon Irfan : “Irfan?”

“Iya, nona Su.”

“Aku di kota A, bagaimana keadaan Timothy?”

“Kamu di kota A? Nona Su, kamu di mananya sekarang?”

“Di depan perusahaan kalian.”

“Kalau begitu kamu tunggu sebentar, nanti bakal ada satu mobil jemput kamu, aku kirimin nomor plat mobilnya, sekarang keadaannya agak rumit, aku jelasin pas nanti ketemu!”

Aku termangu, menyadari ini sepertinya tidak sederhana, tapi juga tidak berani banyak ngomong lagi : “Oke, aku mengerti, repotin kamu ya.”

“Sudah seharusnya.”

Setelah menutup telepon, pesan singkat dari Irfan langsung masuk.

Aku melangkah ke luaran lagi, tidak lama kemudian mobil itu datang.

Jendela mobil diturunin, ternyata seorang cewek, aku termangu, dia membuka suara duluan : “Nona Su ya?”

Aku mengangguk, dia pun langsung berkata : “Naiklah.”

“Nona Su silakan minum dulu.”

Aku tidak menolak, meskipun sudah bulan september, tapi di kota A masih panas sekali.

“Nama aku Hellen Lee.”

“Halo.”

“Aku ceweknya Irfan.”

Aku termangu, “Kamu tahu apa yang terjadi?”

Dia menggeleng : “Aku juga tidak tahu jelas, Irfan tidak pernah cerita soal kerjaan dia. Aku Cuma kebetulan lagi keliling saja, lalu dapat telepon dari dia buat jemput kamu.”

Mendengar perkataan Hellen Lee, aku jadi tak enak sekali : “Maaf ya, jadi buat kamu harus datang jemput aku.”

“Tidak apa, aku keliling sendiri juga bosa, sekalian datang jemput kamu saja.”

Pacar Irfan orang yang gampang di ajak ngobrol juga, dia banyak menghibur aku selama perjalanan.

Setengah jam kemudian.

Mobil berhenti di depan sebuah vila, aku termangu, kutatap Hellen Lee : “Timothy bukannya terluka?”

Dia mengangkat bahu : “Aku juga tidak tahu, Irfan yang suruh aku antar kamu ke sini,aku gak masuk deh, tak enak, kamu masuk saja.

Aku mengerrnyitkan alis, dan melihat vila di depan mataku ini, aku bingung sejenak, lalu memencet bel.

“Nona Su.”

Orang yang keluar ternyata Irfan, melihat dia aku jadi yakin aku tidak salah tempat, “Timothy mana?”

“Manajer Huang ada di dalam.”

Sambil berkata dia membuka pintu membiarkan aku masuk : “Nona Su masuk saja, manajer Huang tahu kamu datang.”

Aku melangkahkan kaki masuk, hatiku ketak ketuk, tidak sabaran untuk bertemu Timothy : “Dia tidak apa-apa kan? Ada apa sebenarnya yang di koran katanya dia kecelakaan? Kenapa dia tidak di rumah sakit, malah di vila sini?”

“Nona Su, soal ini, tanya sama manajer Huang saja.”

Aku termangu, dan aku sudah mengikuti Irfan sampai di depan pintu kamar.

Irfan berhenti, lalu mengetuk pintu : “Manajer Lu, nona Su sudah sampai.”

“Biarkan dia masuk.”

Sepanjang perjalanan pikiranku penuh dengan soal Timothy, dari tadi tidak bisa berpikir rasional, sekarang mendengar suara dia membuat aku merasa perasaan yang aku tahan selama ini sudah mau meledak, aku membuka pintu dan masuk : “Timothy, kamu——“

Aku pernah membayangkan macam-macam keadaan ketika aku bertemu Timothy lagi, tapi benaran tak disangka, malah yang begini.

Aku berdiri di depan pintu, dan dia duduk di atas kursi roda memandangi aku.

“Ada apa cari aku?”

Nada bicara dia dingin sekali, tapi sekarang aku tidak terlalu memperhatikan yang lain, yang aku lihat kedua kakinya dibungkus dengan perban, dan juga keningnya.

Dia terluka parah!

Ini yang pertama kali muncul di pikiran aku, jadi apa yang dia katakan tadi, bagaimana sikap dan nada bicaranya, aku tidak begitu perhatikan.

Bahkan aku juga tidak tahu bagaimana aku berjalan mendekati dia, aku membungkukkan badan dan langsung berjongkok di depannya : “Timothy——“

Aku menatap kedua kakinya, ingin memegangnya tapi tidak berani.

Tanganku juga tidak tahu harus mulai memegang dari mana, akhirnya cuma berhenti di tengah udara, jarak yang agak canggung.

Aku mengangkat kepala melihatnya, perban di keningnya masih tampak darah, dan beberapa luka di wajahnya, meskipun sudah di obati, tapi masih belum sembuh total.

Secara refleks aku mengusap wajahnya, tanganku mendarat di wajahnya, kumis pendek yang di wajahnya menusuk telapak tanganku, serasa berduri.

“Gak tega aku sakit?”

Tiba-tiba dia mencengkram tanganku, aku termangu, pas ini aku baru nyadar apa yang aku lakukan.

Tapi melihat dia seperti ini sekarang, aku tidak bisa menepis tangannya lalu pergi. Tapi kalau mau aku menjawab pertanyaannya, aku juga tak mampu mengakuinya.

“Sebenarnya apa yang terjadi sama kamu?”

Aku berusaha mengabaikan sikap dia, juga menganggap tidak mendengar pertanyaan dia tadi.

Dia melepas tangan dan menunjukkan wajah cuek : “Tidak ada hubungannya sama kamu.”

Mendengar perkataan dia, aku langsung mau meledak rasanya : “Bagaimana bisa tidak ada hubungannya sama aku?”

“Bukannya kamu yang bilang, kita sudah bercerai, apa yang terjadi sama aku, apa hubungannya sama kamu?”

Dia menyangkal aku dengan perkataanku dulu, aku menundukkan kepala melihatnya, tanpa mengeluarkan sepatah kata pun.

“Kalau tak ada urusan lain lagi, kamu pergi saja, kita sudah bercerai, tidak ada hubungan apa-apa, apa yang terjadi sama aku, semuanya tidak ada hubungannya sama kamu.”

Dia menekankan sekali lagi, kalau dulu, aku pasti sudah langsung membalikkan badan pergi.

Tapi sekarang, bagaimana aku mau membalikkan badan pergi?

Aku sama sekali tidak bisa pergi, sekarang dia seperti ini, juga pengaturan Irfan, semuanya tampak tidak wajar.

Kalau tidak dijelaskan dengan jelas, aku sama sekali tidak bisa pergi dengan tenang!

Aku melipat bibir, tetap menganggap tidak mendengar perkataan dia : “Timothy, kamu——“

“Jane, aku sudah bilang, urusan aku tidak ada hubungannya sama kamu!”

Sikap dia membuat aku tak tahan, tapi aku datang terburu-buru begitu, bukan cuma buat melihat dia sebentar saja.

“Timothy, bisa gak kamu kasih tahu aku, sebenarnya apa yang terjadi sama kamu, aku lihat di berita kamu kecelakaan. Kenapa bisa tiba-tiba kecelakaan, bukannya kamu biasanya hati-hati banget kalau bawa mobil?”

“Jane, kamu tidak merasa kamu lucu sekali?”

Perkataannya ini berhasil membuat mukaku jadi pucat pasi, aku merasa aku bisa menahannya, tapi ketika dia ngomong begitu, aku menyadari aku tidak mampu menahan diri.

Timothy bilang aku lucu, kenyataannya aku juga merasa diriku lucu.

Dari aku tahu dia kecelakaan, dan sejak aku datang dari kota D, dalam lima jam ini, aku cuma minum satu kali, sekujur badanku capek dan lapar, demi ingin memastikan keadaan dia, ingin tahu apa yang terjadi sama dia, ingin tahu apakah dia masih berbahaya.

Tapi sekarang dia bilang aku lucu?

Aku bangkit berdiri, lalu menundukkan kepala melihatnya, kuusap air mataku, lalu tertawa : “Iya, aku juga merasa diriku lucu sekali.”

Novel Terkait

Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
5 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu
Cinta Pada Istri Urakan

Cinta Pada Istri Urakan

Laras dan Gavin
Percintaan
4 tahun yang lalu
Cutie Mom

Cutie Mom

Alexia
CEO
5 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
His Soft Side

His Soft Side

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu