Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu - Bab 67 Coba untuk tidak percaya padaku lain kali

Timothy berdiri di pintu dengan tas dan memandangiku sembunyi-sembunyi.

Aku yang tanpa sadar sedang menarik rok ke atas, tetapi rok kerja ini begitu ketat. Setelah airnya basah, lebih sulit untuk menariknya. Aku kewalahan menariknya. Tiba-tiba tak lama kemudian, terdengar suara robek kain: "Krekk—"

Wajahku agak kaku, dan Timothy sudah menutup pintu dan datang.

Dia meletakkan tas di tangannya dan berjalan ke arahku. Aku cepat-cepat menarik selimut di tempat tidur. "Kau--"

Dia tidak berbicara, hanya mengulurkan tangan dan menarik dasi di depannya, dan matanya gelap tampak seperti terbakar api.

Pandangan Timothy sangat familiar bagiku, tetapi rokku sudah rusak, dan sekarang aku ingin berlari tapi sepertinya itu mustahil.

Benar saja,tak lama kemudian, dia mengulurkan tangannya, memelukku dengan selimut, dan melemparku ke tempat tidur.

"Timothy, aku sedang tidak mood denganmu sekarang-"

Dia tidak mendengarkan ku sama sekali, ia menekanku lalu membuang selimut dari tubuhku, dan rok aku yang robek membuatnya lebih mudah untuk bertindak.

"Timothy! Aku sedang marah!"

Dia mendengus, “Aku juga sangat marah, Jane.” Dia berkata, berhenti sejenak, langsung membalikkan tubuhku, dan baju yang sedang ia kenakan koyak dibuat olehnya: “ aku sedang serius marah. "

Kata-kata hina itu membuatku semakin marah. Air mata yang baru saja aku hapus langsung keluar lagi: "Timothy, tidakkah kau merasa kau terlalu kelewatan? Perbuatan yang tadi kau lakukan padaku - hei - sakit!"

Dia tidak menyangka ia langsung datang dari belakang, tidak ada persiapan sama sekali,aku tidak dapat menerimanya sedikitpun.

Timothy menekan untuk menutupiku, menundukkan kepalanya dan berkata: "Aku tidak merasa diriku kelewatan."

Katanya, tiba-tiba memukul pantatku.

"Oh!", aku menjadi bodoh, rasa sakit itu datang, kesadaranku mulai berkurang, ia langsung menekukku, menundukkan kepalanya lalu mengatakan hal yang selama ini dia pendam.

Aku selama ini tidak pernah dirugikan, air matanya terus mengalir tak berhenti, Timothy lalu berhenti, dan mencium wajahku yang dipenuhi airmata dan bertanya kepada aku: "Apa yang kamu tangisi?"

"Kamu menyiksaku!"

Dia mendengus, "Apakah kau juga tahu? Apa kau masih tidak percaya padaku?"

"Dengan ekspresimu tadi apa bisa aku percaya padamu? Kau bahkan tidak mengatakan sepatah kata pun!"

Aku juga mencoba melarikan diri darinya. Dia mengulurkan tangannya dan langsung menahan pinggangku: "Matamu sudah mengatakan bahwa kamu tidak percaya sama sekali, aku bisa mempercayaimu!"

"Kau tidak bertanya apapun, lalu Susan Zhao -- ah!"

Tiba-tiba dia menggunakan tenaganya, seluruh tubuhku bergetar. Serangan Timothy semakin lama semakin ganas. Aku mulai sulit untuk mengatakan sesuatu, aku hanya bisa memegang selimut erat-erat dengan kedua tangan.

Sampai kami berdua mencapai puncak, Timothy baru turun dari tubuhku, mengambil tanganku dari tempat tidur: "Hari ini aku datang untuk mencari Susan Zhao untuk membahas sesuatu."

Aku pikir dia akan menjelaskan sesuatu, tetapi tidak diduga ia malah membahas tentang ini. Aku mengangkat tangan dan langsung mendorong tangannya. Aku ingin bangun dari tempat tidur ini tetapi tetap didorong kembali olehnya: "Jane Tsu, kesabaranmu hanya segini? "

"Siapa yang menyuruhmu bicara setengah-setengah ?!"

Aku memandangnya dan tertawa dingin.

Dia tidak menjawab ucapanku aku dan melanjutkan topik barusan: "Susan Zhao bukanlah seseorang yang mudah. Jika bukan karena temanku, aku sudah turun tangan kepadanya."

Kata-kata Timothy membuat aku mendengar sesuatu yang aneh, "Apa yang dia lakukan?"

Dia mengangkat tangannya dan menusuk wajahku. Menghindari matanya: "Apa yang kau lakukan? Kau sangat bodoh dan tidak tahu apa yang dia lakukan!"

Aku sangat ingin tahu jawabannya, dan aku tidak peduli apa yang akan dilakukannya. Aku menarik lengannya, "Cepat katakan!"

Timothy mendengus dan berkata kepadaku, "bukannya terakhir kali kau bilang kau telah diberi obat oleh Peter Tan? Aku merasa ada yang aneh, Peter Tan adalah orang yang penakut, tetapi tidak sebodoh itu, melakukan hal bodoh seperti itu. Aku merasa ada yang salah,Aku menyuruh Irfan untuk mengecek, setelah di cek aku baru menemukan bahwa ini adalah ulah Susan. Lalu yang terakhir kali, aku mulai mengira ini adalah pembalasan Nikita terhadap perbuuatanmu yang menyebarkan fotonya di internet, tetapi.... "

Ketika aku mendengar ini, aku dengan cepat balas: "Foto-foto Nikita tidak ada hubungannya denganku!"

Timothy menatapku dengan tatapan jijik: "Tidak ada hubungannya denganmu. Kau hanya digunakan oleh Susan Zhao. Dia hanya ingin menembak dua burung dengan satu tembakan."

Aku juga berkata dengan dingin, "Aku merasa bahwa Susan Zhao telah terlibat dalam masalah ini. Saat aku bertemu dengan Nikita, hari itu Susan lah yang mengajakku."

Alis Timothy berkerut: "Kamu belum memberitahuku tentang hal ini."

Aku mempelajari ekspresinya dan memandangnya dengan ragu: "Apakah kau masih curiga padaku aku masih menyembunyikan niat jahat padamu?"

Dia batuk, tampaknya sedikit bersalah.

Aku mendengus dan dia mengulurkan tangan dan memelukku, berbisik di telingaku dan berkata, "Maaf."

Timothy memelukku sejenak, kemudian baru berdiri : "pergilah cuci muka dan ganti pakaianmu. Aku akan pergi bekerja dulu."

Selesai berbicara, ia memberikan tas yang baru saja ia bawa tadi kepadaku.

Saat itu aku baru tahu tadi dia mengunciku di ruang tunggu untuk memberikanku pakaian. Dia takut aku akan pergi, jadi ia mengunciku di sini.

Memikirkan hal itu, aku seperti gadis yang berhati sempit, aku berpikir dia masih akan menghukumku dengan mengunciku di sini lagi.

"Apa yang kau inginkan?"

Melihat aku yang linglung, Timothy mengangkat tangannya dan menepukku.

Aku segera kembali dari lamunanku dan tidak memberi tahunya apa yang aku pikirkan tadi: "Tidak apa-apa, kau cucilah mukamu dulu -"

Memikirkan apa yang telah kami dua lakukan tadi, wajahku panas, dan aku dengan cepat berbalik dan tidak memandangnya.

Timothy sepertinya tahu apa yang kupikirkan. Dia mengangkat tangannya dan mengambil kepalaku dan menciumku dengan erat. Setelah hampir dua menit, dia baru melepaskanku. "Lain kali cobalah tidak percaya padaku!"

Aku terengah-engah, tetapi hati aku manis: "Aku tahu, orang tua!"

“Kau memanggilku apa, Jane Tsu?” Dia menatapku, tampangnya terlihat naif.

Aku mengangkat alisku, "Sangat cerewet, bukankah itu seperti orang tua?"

Wajahnya tenggelam, aku takut dia marah karena hal kecil itu, dan dengan cepat mengangkat tangannya dan mendorongnya: "cepat masuk dan cucilah mukamu!"

Timothy menatapku dan berjalan masuk. Kurang dari dua menit, dia keluar dan mengenakan pakaian ganti di ruang tunggu. Sebelum pergi, dia menyuruhku untuk berkemas dan keluar. Irfan sangat sibuk akhir-akhir ini.

Aku tidak menyangka hari pertama ku bekerja aku telah di kantor melakukannya bersama “boss” ku, aku harap Timothy bisa tenang.

Saat teringat instruksi dari Timothy, aku tidak berani mempertajamnya. Aku membereskan diriku dengan cepat, lalu membuka pintu dan keluar untuk membantu Irfan Lee, tetapi aku tidak disangka baru saja keluar, langsung bertemu dengan Cedric Xu.

Novel Terkait

Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
Back To You

Back To You

CC Lenny
CEO
4 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu