Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu - Bab 55 Timothy, Kita Berpisah Secara Baik-Baik

Di rumah tidak ada orang, aku tahu Timothy tidak akan pulang jam segini.

Aku mengeluarkan koperku, memasukkan barangku sedikit demi sedikit ke dalamnya.

Sore jam enam lebih, Timothy masih belum pulang, dia tidak menghubungiku, aku sendirian di bawah, setelah makan aku duduk di sofa menunggunya.

Akhirnya dia pulang, saat itu sudah jam sepuluh malam, aku hampir tertidur di sofa, dia membuka lampu di ruang tamu, cahaya lampu membuat mataku kesakitan.

Kunaikkan kepalaku dan melihatnya, membuka mulutku dan menyadari kalau suaraku serak: "Kamu sudah pulang?"

Dia melihatku sebentar, ekspresi wajahnya dingin seperti embun es, pandangan matanya yang tajam itu seperti sebuah pedang yang tajam, menusuk tepat di hatiku.

Aku tersenyum dingin, membuka hpku: "Kamu dengarlah."

Timothy mengerutkan alisnya, sedikit tidak sabaran: "Permainan apa lagi kali ini, Jane?"

Permainan?

Aku tidak pernah merasa rendah diri seperti sekarang ini, di dalam matanya, yang aku lakukan sekarang ini adalah permainan?

Sungguh lucu, aku bermain apa, kenapa aku harus bermain-main, kalau mencintainya juga bermain-main, maka nanti aku juga tidak mau main lagi.

Aku hanya diam, langsung memutar rekaman di hpku.

Suara rekaman pelan-pelan terdengar, aku melihat Timothy, dia melihatku, pandangannya kacau.

Setelah lima menit, rekaman itu selesai diputar, dia berkata: "Apa maksudnya?"

Aku tertawa pahit, menyimpan hp dan berdiri: "Tidak ada maksud apa-apa, Timothy, kita bercerai saja, aku sudah cukup bermain-main."

Setelah itu, aku menarik koperku, melewatinya dan pergi.

Dia mengulurkan tangannya dan menarikku, menarikku kuat dan mendorongku ke atas sofa: "Kamu jelaskan semuanya, Jane!"

Aku melihatnya, hatiku sakit seperti ditusuk oleh ribuan jarum, tapi saat itu juga aku sangat emosi: "Timothy! Sudah cukup! Bukannya kamu bilang aku bermain-main? Iya, aku sudah cukup bermain, dihadapanmu permainan terbesar yang pernah kulakukan adalah mencintaimu! Sekarang aku tidak mau bermain lagi, seperti harapanmu, kita bercerai saja!"

"Bercerai? Ini maksudmu yang sebenarnya bukan, Jane?"

Dia melihatku marah, seperti ingin menelanku hidup-hidup.

Aku hanya merasa tersindir: "Timothy, ada hak apa kamu mengatakanku seperti ini?! Apakah kamu pernah benar-benar menghargai pernikahan ini? Apakah kamu pernah menganggapku sebagai istri? Di dalam matamu, aku hanya seorang wanita yang memperalatkanmu bukan?!"

"Sekarang yang ingin bercerai itu kamu!"

Suaranya semakin besar, aku juga tidak bisa menahannya dan membesarkan volume suaraku: "Kamu yang paksa aku untuk bercerai!"

Tiba-tiba Timothy tertawa, tapi sama sekali tidak terdengar seperti sedang tertawa: "Jane, kamu tidak usah beralasan lagi, dari awal kamu menikah denganku, hanya demi membalas dendam Shirley Yao dan Peter Tan bukan? Sekarang, tujuanmu sudah tercapai, aku sudah tidak ada artinya lagi bagimu, makanya kamu ingin cepat-cepat pergi dariku, benar begitu?"

Aku sama sekali tidak pernah berpikir, sampai hari ini, Timothy menganggapku seperti ini.

Dari awal aku tidak pernah memungkiri bahwa saat itu aku memang mulai memikat dia hanya untuk membalas dendam Shirley Yao dan Peter Tan, tapi sebelumnya kita juga sudah membicarakan hal ini berkali-kali, aku sudah sangat jujur kepadanya, dan saat itu dia juga percaya, tapi sekarang, dia masih mengungkit hal ini.

Aku melihatnya tertawa, tapi akhirnya aku menangis, "Timothy, dari awal hingga akhir, kamu tidak pernah mempercayaiku? Kamu bilang kamu akan belajar untuk mempercayaiku, kamu akan berusaha, itu semua palsu bukan! Kamu tidak pernah percaya padaku, makanya kejadian semalam kamu melihatku seperti itu, tidak bertanya apapun, tidak mendengar penjelasanku dan menghinaku seperti itu!"

Air mataku mengalir hingga masuk ke mulutku, rasanya asin, aku menggunakan tanganku untuk mengusapnya, melihatnya dan berkata: "Timothy, aku hanya sangat menyesali kenapa waktu itu aku sangat bodoh dan mendekatimu, dan juga---"

Aku terdiam, mendekatinya dan melihat langsung ke matanya: "jatuh cinta kepadamu."

Setelah itu, aku langsung mendorongnya dengan kedua tanganku.

Dia merasa bersalah, aku menarik koperku dan berjalan pergi.

Dia menarik ujung bajuku: "Jane---"

Aku tidak berbalik badan, menggunakan tanganku untuk menyingkirkan tangannya: "Surat perceraian sudah kutandatangani, kutaruh diatas meja kamar, kalau kamu sudah menandatanganinya, saat kamu ada waktu luang, tolong kamu---"

"Kamu ngapain!"

Aku belum selesai bicara, dia menarikku kuat, aku tertarik sehingga terjatuh di atas sofa, ciuman datang kepadaku, aku menoleh, ciumannya mengenai sisi bibirku.

aku menggunakan tangan menahannya, menatapnya dingin: "Hari ini di Sunny's bar, aku sudah melihatnya."

Ekspresinya berubah, mengerutkan alisnya dan melihatku: "Apa yang kamu lihat?"

Aku tersenyum dingin: "Menurutmu?"

Aku mendorongnya, melihatnya: "Timothy, aku tidak tahu apa yang terjadi antara kamu dan Susan Zhao, tapi aku sama sekali tidak ingin menjadi korban di antara kalian!"

Ekspresi wajahnya berubah, "Terjadi apa aku dengan Susan? Apa yang kamu lihat?"

"Timothy, haruskah aku menjelaskan ini dengan sangat detil?"

Walaupun kamu tidak merasa malu, aku sendiri yang malu!

Aku mendorong tangannya, tidak tahu harus berkata apa lagi.

"Jelaskan, Jane!"

"Jelaskan apa? Kamu mau aku bilang kalau aku melihat Susan duduk di atas pahamu dan menciummu?"

Aku melihatnya, mataku merah.

Selama hidupku, aku tidak pernah sesedih ini.

Yang salah itu dia, tapi kenapa pada akhirnya dia selalu menyalahkanku!

"Dia memang ingin menciumku, tapi aku mendorongnya!"

Aku kaget, tapi ini tidak penting lagi: "Tidak penting lagi, Timothy, aku benar-benar capek."

Mencintai seseorang yang tidak mempercayaiku, sangat capek rasanya, tenagaku untuk bertahan sudah habis.

Timothy langsung memelukku: "Jane, maaf."

Aku mendorongnya: "Sudah bukan hanya sekali ini saja, Timothy, kita berpisah saja secara baik-baik."

"Maaf, semalam aku sangat emosi dan hampir gila, lelaki yang normal melihat wanitanya dengan keadaan seperti itu, percayalah, siapapun akan kehilangan akal."

Sampai sekarang, dia masih membela dirinya.

Aku melihatnya: "Tapi tidak ada orang sepertimu, tidak pernah mendengar penjelasanku."

"Maaf."

Aku hanya merasa lucu: "Timothy, kamu hitung saja sendiri, ini sudah berapa kali kamu tidak percaya denganku, kamu minta maaf, tapi kamu tidak pernah berubah. Aku mencintaimu, tapi aku sangat capek. Melihatku yang sangat mencintaimu ini, tolong kamu lepaskan aku!"

Aku pernah ragu, dan mencurigai keputusanku, tapi saat tadi aku melihatnya, aku tahu, keputusanku tidak akan salah.

Dia adalah Timothy Huang, dia adalah anak kebanggaan, kesombongan ada di dalam tulangnya, dia tidak akan pernah menunduk.

"Jane, percayalah padaku."

"Aku juga mempercayaimu, Timothy, tapi kamu selalu..."

Hpnya tiba-tiba berbunyi, melepasku sebentar, aku menggunakan kesempatan ini mendorongnya, ingin pergi, tapi tertahan oleh satu tangannya.

Timothy menunduk melihatku dan mengangkat telepon: "Halo?"

Setelah itu, ekspresi wajahnya berubah, menutup telepon itu dengan cepat, melihatku: "Kakek masuk rumah sakit!"

Novel Terkait

Unplanned Marriage

Unplanned Marriage

Margery
Percintaan
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Get Back To You

Get Back To You

Lexy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
4 tahun yang lalu
Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Mbak, Kamu Sungguh Cantik

Tere Liye
18+
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu