Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu - Bab 129 Kamu juga tahu bagaimana ia marah

" Tidak."

Aku tak ragu sedikitpun tapi Mike Qi diam sebentar: " ya, kamu istirahat saja, sudah malam."

" Baiklah."

Setelah menutup telepon, aku merasa agak tak tenang.

Tak bisa tak berkata, kali ini aku kembali ke kota A, tak sesuai perkiraan ku.

Tak pernah terpikir oleh ku akan jadinya begini, sekarang aku sudah berada di langkah ini, aku ingin pergi tapi mengkhawatirkan Victor Tsu, kalau tidak pergi, diantara aku dan Timothy.....

Aku tak bisa berpikir begini terus, kalau berpikir macam-macam, akan semakin sakit.

Dan mungkin karena aku tidur siang, malam ini aku berbaring diranjang, aku kesusahan untuk tidur.

Perkataan Timothy Huang siang ini dan Mike tadi memenuhi otak ku, aku merasa didalam otak ku ada dua orang yang bertengkar.

"Kamu kembali kota A, apakah karena aku?"

"Kamu dan Timothy, apakah masih ada kesempatan?"

Aku berangkat duduk, meminum segelas air, memaksa diriku untuk tak memikirkan apapun.

Lalu berbaring kembali, otak ku kosong, tak memikirkan apa-apa, dengan cepat, aku pun mulai tertidur.

Aku bermimpi, di mimpi itu aku menggendong Victor Tsu berjalan dan berhadapan dengan nya, tapi dia seperti tak mengenali ku, menggandeng wanita lain disampingnya.

Victor Tsu di sampingnya memanggilnya " Ayah, ayah", dia menoleh ke arah Victor Tsu, dan berkata: " Aku bukan ayah mu."

Tapi aku dengan tidak bicara memotong perkataan Timothy Huang: " Apa yang kamu katakan, Timothy!"

Dia melihatku dingin: " Apakah aku salah? kamu bilang Victor adalah anakmu sendiri, dia tak mempunyai ayah, aku bukan ayahnya!"

"Timothy!"

Aku tersadar, dan menyadari itu hanya mimpi.

Aku tersadar dan melihat Victor Tsu yang berada disamping, dia tidur sangat nyenyak.

Teringat tentang apa yang Timothy Huang katakan di mimpi, tubuh ku terasa dingin.

Aku tak bisa memikirkannya, kalau suatu hari, mimpi itu menjadi kenyataan, aku harus bagaimana menjelaskannya pada Victor Tsu.

Karena semua itu karena aku.

Karna mimpi ini, aku tak bisa tidur lagi, berbaring memandang langit-langit kamar hingga keesokan harinya.

Sampai pada sinar matahari menembus masuk, aku baru bisa sedikit tidur.

Tapi sudah jam delapan lewat Victor sudah bangun karena lapar, aku pun bangkit membuatkan susu untuk Victor.

Semalam aku tidak tidur dengan nyenyak, dan kemarin malam juga begitu, kantong mata ku sudah menghitam.

Saat keluar sudah ada Timothy Huang disana, duduk di ruang tamu, mendengar langkah ku, dia mendongak: " Sarapan ada di meja makan."

Aku mengangguk, mengetahuinya mengantar sarapan: " Terima kasih."

"Kamu semalam tidak bisa tidur?"

Aku memegang mata ku, tak membantah: " Ya, sedikit."

Dia melihat ku tiba-tiba tertawa: " Aku dulu tak mengetahui kalau kamu susah tidur."

Aku sadar dan membela diri: " kamu tidak pernah tidur dengan ku, bagaimana bisa tahu?"

Timothy Huang mengangkat alisnya: " Kamu yakin aku tak pernah tidur dengan mu?"

Aku tiba-tiba menyadari topik ini agak dalam, tak cocok kami omongkan.

Dia sepertinya menyadari, senyumnya pudar, dan raut wajah dingin nya kembali.

"Aku pergi sarapan dulu."

Aku menunjuk meja makan, agak tak nyaman.

DIa berdiri: " Aku pergi bekerja dulu."

"Ya."

Aku hanya mengiyakan nya saja, tapi tak berbalik melihatnya.

Dengan cepat, suara pintu tertutup terdengar, aku tahu Timothy Huang pergi beraangkat kerja.

Di meja makan ada bubur dan snack, yang aku sukai ku.

Tapi tiba-tiba, aku tak selera makan.

Karena keluar rumah tak terlalu aman, aku hanya bisa menemani Victor bermain, tapi Victor Tsu kebanyakan menggunakan waktunya untuk tidur.

Saat Victor Tsu tidur aku hanya bisa menonton film ataupun membuka internet, makan siang dan makan malam akan diantarkan, aku pikir aku tinggal disini beberapa hari, aku menjadi malas masak.

Kemarin malam aku tidak bisa tidur, jadi aku berencana tidur lebih awal malam ini.

Sebelum jam sembilan aku pergi mandi dan keramas, setelah mengeringkan rambut masih jam sembilan lewat.

Victor Tsu belum tidur, beberapa hari ini Victor tidur sangat malam.

Aku menggendong Victor ke ranjang, bermain sebentar, melihatnya agak mengantuk, aku buru-buru membuatkan nya susu.

Jam sepuluh lewat Victor sudah tidur, saat aku berencana tidur, terdengar suara dari ruang tamu.

Aku terkejut dan agak takut.

Melirik Victor dan mengambil botol kaca untuk melindungi diri, berjalan keluar.

Diruang tamu, Irfan Lee membopong Timothy Huang ke sofa, saat melihat ku, Irfan Lee seperti sangat lega: " Nyonya Jane, sebenarnya aku tak ingin menganggu mu, tapi direktur Timothy mabuk, dan berkata ingin kesini, aku tak punya cara lain, hanya bisa mengantarnya kesini."

Melihat mereka, aku juga lega, mengerutkan kening dan berjalan kesana: " aku kira pencuri."

Irfan Lee tertawa: " Disini sangat aman, Nyonya Jane jangan khawatir."

Aku melirik Timothy Huang yang berada di soda, dia melepas kancing kerahnya, biasanya di sangat memperhatikan penampilan, dan sekarang begini, aku pikir, dia sangat mabuk.

"Nyonya Jane, aku seorang pria tak bisa menjaga direktur Huang, malam ini merepotkan mu."

Selesai bicara Irfan Lee bergegas pergi, aku menahannya: " Tunggu, Irfan, kamu tak bisa begini, dan bila dia mabuk, kamu bawa saja ke Nicole, kalau kamu mengantarnya kesini apakah tak menganggu hubungannya dengan Nicolle?"

Irfan Lee menggaruk kepalanya dan tersenyum. Dia tidak menjawab pertanyaan ku dengan tepat: "Nyonya, Direktur Timothy yang mau kesini, kamu juga tahu bagaimana jika dia marah! mungkin jia keesokan harinya ia bangun, aku mungkin akan di pecat."

" Bukankah kamu bilang dia mabuk, apakah omongan orang mabuk bisa dipercaya?"

" Biasanya kata-kata jujur keluar, Nyonya Jane, tolong bantu aku, saat Direktur Timothy masih sadar dia memberitahu untuk mengantarnya kesini, kalau besok dia sadar dan menyadari bukan disini, aku akan---"

Aku hanya merasa perkataan Irfan Lee tidak benar, tapi aku tak bisa menemukannya, melihat ia memohon, aku jadi lemah hati, tidak berdebat lagi: " Baiklah, aku bantu kamu----'

Terima kasih Nyonya Jane, aku pulang dulu, kalau aku tak kembali, pacar ku akan memutuskan aku!"

Aku belum selesai berbicara, dia sudah pergi.

Melihat pintu yang tertutup, aku hanya bisa menoleh ke arah Timothy Huang.

" Timothy, kamu bangun dulu."

Tercium bau alkohol di tubuhnya, dasinya sudah berantakan, aku ingin membantunya melepas dasi, dan dia malah berbalik, menindihku sofa: " Jane."

Novel Terkait

Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Satan's CEO  Gentle Mask

Satan's CEO Gentle Mask

Rise
CEO
4 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu
Istri Direktur Kemarilah

Istri Direktur Kemarilah

Helen
Romantis
4 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu