Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu - Bab 183 Kamu begitu antusias, aku jadi tak bisa menghadapi

Semakin di pikir, muka aku semakin memerah, awalnya aku sama sekali tdiak memikirkan ini, tapi sekali Timothy ngomong begitu malah membuat aku mau tak mau mikirnya ke sana.

Aku melihat ke pintu toilet, lalu menepuk-nepuk mukaku sendiri, segera aku kembali ke kamar dan siap-siap tidur.

Setelah naik ke ranjang, aku berusaha menghipnotis diriku sendiri untuk tidur, tapi tidak tahu apakah karena semakin tak sabaran, malah semakin tak bisa tidur.

Mendengar suara langkah kaki Timothy, aku langsung tegang.

Suara langkahnya tidak terlalu kecil, meskipun kamar kami besar, tapi hanya kami berdua di kamar dan hening, sendal dia yang menginjak lantai itu jadi bersuara, seolah-olah injaknya di hati aku.

Mendengar suara langkah kaki yang semakin dekat, tidak tahu kenapa napas aku jadi cepat.

Di detik berikutnya, selimut di atas aku sudah diangkat dan Timothy langsung menindih : “Sudah ketiduran?”

Aku memejamkan mata, pura-pura tidur, tapi siapa yang menyangka tangan yang aku kepal erat itu penuh dengan keringat.

Karena lagi pejamin mata, aku tidak bisa melihat dia, indera aku yang lain jadi lebih peka.

Pas Timothy menundukkan kepala mencium aku, aku bisa merasakan napas dia menghembus di wajahku.

Aku menegang, mendadak dia menggigit bibriku : “Jane, tak usah pura-pura lagi, aku tahu kamu belum tidur.”

Aku tidak tahu apakah dia lagi menjebak aku, aku tidak berani bergerak.

“Kalau masih tidak buka juga, aku bakal——“

“Mau ngapain kamu?!”

Aku langsung membuka mata dan tampak Timothy yang tertawa puas.

Sadar kalau aku terjebak, kudorong dia : “Cepat tidur, besok aku mau kerja.”

“Tenang, masih awal kok, kan belum jam 10 sekarang?”

Sambil berkata, dia menarik aku.

Tanpa antisipasi aku sudah masuk ke dalam pelukan dia.

Timothy selalu teratur gym, kepalaku langsung mengenai perut sixpacknya yang keras itu, agak sakit.

Belum sempat aku sadar, tiba-tiba dia bopong aku membuat aku jadi berhadapan dengan dia.

“Kamu——“

Baru saja aku membuka mulut, di tanganku sudah bertambah satu handuk.

“Bantu aku keringin rambut.”

Pas ini aku baru sadar dia habis keramas, masih ada air yang menetes di rambutnya.

Aku termangu, sampai air di rambutnya menetes di badanku baru aku sadar : “Kamu lepasin aku dulu.”

“Begini saja.”

Dia tidak lepas, tangannya masih tetap melingkar di pinggangku.

Posisi seperti ini benar-benar tidak nyaman untuk aku buat keringin rambut, tapi dia tetap bersikeras tidak melepas tangan.

Aku kehilangan akal, akhirnya terpaksa aku keringin dengan begini.

Untung rambut Timothy pendek, sebentar saja sudah kering.

Aku lempar handuk itu dan mendorong dia, mengisyaratkan dia untuk lepasin tangannya, tapi Timothy masih tidak melepas, malah semakin erat.

Sekali dia keluarin tenaga aku sudah jadi lebih dekat lagi sama dia.

Hatiku langsung deg-degan, tapi mukaku masih pura-pura tenang : “Sudah, rambut kamu sudah kering, cepat lepasin aku, besok aku masih harus kerja!”

Timothy menatap aku lalu tertawa kecil, tawa itu membuat hati aku bergetar.

Detik berikutnya, aku mendengar Timothy berkata kepadaku : “Ayo Jane, kita olahraga sebelum tidur dulu, bisa membantu kita tidur.”

“Cepat lepasin aku!”

Olahraga apaan, jelas-jelas dia yang lagi nafsu!

Dia menundukkan kepala mulai mencium aku, aku menyampingkan mukaku, membuat ciuman dia tidak mendarat di bibirku, melainkan di wajah aku.

Timothy agak tidak puas, dia melepas satu tangannya dan menahan mukaku lalu mulai mencium.

Aku tidak bisa menahan, yang tadinya mau menepis tanganya, malah menjadi memeluk dia.

Tiba-tiba Timothy melepas tangannya, dan aku baru sadar dia sudah mengangkat baju aku ke atas.

“Angkat tangan.”

Dia memerintah aku dengan suara rendah, dalam waktu singkat aku tidak bisa berpikir dan benar-benar langsung mengangkat tangan.

Pas aku sadar apa yang aku lakukan, dia sudah membuang baju tidur aku ke samping.

“Timothy——“

Aku masih ingin melawan, tapi tangannya sudah mendarat di dadaku.

“Um——“

Aku tidak menyangka gerakan dia ini langsung membuat aku tak bisa menahan diri untuk bersuara.

Ketika mendengar suaraku sendiri, muka aku langsung memerah.

Pas mengangkat kepala aku melihat Timothy menatap aku dengan senyam-senyum.

Aku merasa sekujur badanku menjadi panas, bercampur dengan suhu badan dia, aku sama sekali tidak tahu aku ada di dalam mimpi atau kenyataan.

Celana tidurku longgar, jadi gampang dilepas, ini membuat Timothy dengan gampangnya membuka celana aku.

Aku mengulurkan tangan menarik, tapi Cuma ketarik sedikit dan Timothy sudah membuang ke tempat baju tidurku tadi.

Ini baru berapa lama dan sudah tidak ada apa-apa yang membalut tubuhku.

Sedangkan Timothy masih lengkap sekali.

Karena tahu aku tidak bisa terlepas dari ini, dan melihat dia masih berpakaian lengkap, aku pun tak bisa menahan diri untuk menarik bajunya.

Timothy mengangkat alis, lalu berbisik di telingaku : “Kamu begitu antusias, aku jadi tak bisa menghadapi.”

Sambil berkata dia juga melepas bajunya mengikuti tanganku.

Aku buang bajunya, lalu melihat senyuman puasnya itu, aku dekap mulutnya : “Apa ketawa-ketawa! Tak boleh ketawa!”

Dia tarik tanganku ke bawah dan masukin ke celananya : “Jane, masih ada ini.”

Aku merasa tanganku seperti menyentuh api yang langsung memantul pergi.

Tapi tenaga Timothy kuat sekali, baru juga aku tarik kembali tanganku, dia tarik lagi tanganku ke sana : “Jane, um?”

Kata terakhirnya itu dia ucap dengan nada meninggi, aku merasa semua jadi samar-samar, tanganku ditarik oleh dia ke dalam sana, sama sekali tidak tahu apa yang aku lakukan.

“Pintar sekali.”

Dia kembali menundukkan kepala mencium aku lagi, nada bicaranya seperti lagi menghibur Victor.

Aku melototinya : “Kamu kira lagi menghibur Victor?”

Dia tertawa, lalu tanpa berkata apa-apa dia mengulurkan tangan menaikkan kakiku.

Aku masih ingin mengatakan sesuatu, tapi di detik berikutnya dia masuk begitu saja.

“Um——“

Aku mencengkram bahunya.

Timothy sepertinya suka mendengar aku keluar suara, setiap kali aku selalu menahan sambil menggertakkan gigi. Tapi kalau aku tidak keluar suara, dia bakal berusaha membuat aku keluar suara.

“Pintar, keluarin saja suaranya.”

Melihat aku menggertakkan gigi, dia langsung membuka mulut aku dengan tangannya.

Gerakan Timothy ini membuat aku tak bisa menahan lagi, aku langsung berteriak : “Aaaa——“

Baru saja aku bersuara, Timothy langsung seperti semakin gila.

“Jane, jane——“

Tanpa berhenti dia memanggil nama aku, dan juga menyuruh aku panggil nama dia terus, semalaman itu Timothy seperti orang gila.

Aku sama sekali tidak tahu bagaimana aku bisa tertidur, pas membuka mata, hari sudah terang.

Aku mengulurkan tangan mengambil jam, ya ampun, sudah jam 8!

Novel Terkait

Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
3 tahun yang lalu
Hei Gadis jangan Lari

Hei Gadis jangan Lari

Sandrako
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
That Night

That Night

Star Angel
Romantis
5 tahun yang lalu
My Cute Wife

My Cute Wife

Dessy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Someday Unexpected Love

Someday Unexpected Love

Alexander
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Cinta Presdir Pada Wanita Gila

Tiffany
Pernikahan
4 tahun yang lalu