Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu - Bab 90 Mike Qi

Hampir 3 jam penerbangan, aku menutup mata tapi tidak tertidur.

Dalam pikiranku, aku memikirkan semua hal yang kulakukan bersama Timothy, ingatan ini benar-benar aneh, seperti sesuatu yang telah dilestarikan, begitu jelas sehingga orang-orang bisa melihat ekspresiku.

Timothy bilang dia sangat menyukai ekspresiku, ekspresi kecewaku adalah saat hari itu, kita masuk ke biro urusan sipil bersama.

Aku tidak tau apakah ada keraguan di dalam dirinya, aku tahu dia dari awal tidak pernah mencintaiku.

Setelah semuanya berakhir, dia bahkan tidak ingin melihatku.

Sang pramugari datang dan menanyakan apa yang ingin ku makan untuk makan siang, aku menggelengkan kepala dan hanya meminta segelas susu.

Ketika sudah setengah jalan, tiba-tiba pesawat bergetar dengan hebatnya. Seseorang di kabin menjerit, siaran mengingatkan ini hanya angin kencang yang berhembus, dan menyuruh para penumpang untuk tidak panik.

Aku tidak panik, tapi telapak tanganku berkeringat.

Anginya bertiup begitu kencang, anginnya bertiup hingga 3 menit lebih. Beberapa penumpang tidak tahan lagi, mereka khawatir dan mulai menjerit.

Aku duduk di samping gadis berumur awal 20an , awalnya dia membaca buku, tapi sekarang dia bersandar di tempat duduknya dan wajahnya begitu pucat.

Aku juga takut, aku tidak ingin mati, aku masih memiliki setengah besar hidupku.

Untungnya perlahan-lahan anginnya mulai tenang, aku merasa lega, punggungku basah karena keringat.

Dari bandara , aku langsung mencari taksi dan menuju ke hotel. Setelah sampai di hotel, aku keluar untuk membeli sim card, dan membuang sim card asliku.

Setelah selesai aku langsung memberi kabar kepada Cedric, saat pesan terkirim, Cedric langsung meneleponku “sudah sampai?”

“Iya, kau tidak usah khawatir, aku sudah dewasa, aku bisa menjaga diriku sendiri.”

Cedric terdiam. Faktanya aku belum bisa menerima bahwa dia adalah sepupuku.

Tidak tau sudah berapa lama waktu berlalu , dia akhirnya membuka mulut “jagalah dirimu baik-baik Jane” dia berhenti sejenak “tanteku hanya mempunyai satu anak perempuan.”

Kata-katanya membuat mataku panas, betul, ibuku hanya memiliki satu anak perempuan.

Dulu aku berpikir kalau ayah ibuku tidak mencintaiku, tapi sebenarnya tidak begitu.

Mungkin ibuku ingin memperlakukanku seperti seorang putri kecil, seperti yang dilakukan ibu Cedric, tapi Tuhan duluan mengambilnya.

Setelah menutup telepon, aku makan sedikit, dan mulai mencari rumah.

Uang yang diberikan Timothy awalnya aku tidak ingin memakainya.

Tapi aku sedang hamil, anak yang ada di dalam kandungan ini adalah anaknya, jadi kalau aku memakai uang itu maka itu tidak akan menjadi masalah.

Aku memilih lokasi yang bagus saat membeli rumah, rumahnya terletak di tengah kota.

Harga rumah di kota ini tidak terlalu mahal, tapi sebelahnya adalah kota T , jadi harganya menjadi 1 jutaan lebih.

Aku membayarnya, aku tinggal selama 2 bulan di hotel sampai aku benar-benar pindah ke rumah baru.

Selama periode ini, Cedric meneleponku selama 2 kali, dia ingin datang melihatku tapi ku tolak.

Dua bulan hidupku begitu tenang disini, aku tidak ingin bergubungan dengan orang-orang di kota itu untuk saat ini, termasuk Cedric.

Bayinya sudah berumur 22 minggu, dokternya bilang bayinya sangat sehat, aku bisa melihatnya dengan menggunakan USG.

Aku sendiri datang ke kota yang asing ini, semua karena demi bayi ini, maka aku sanggup melewati jalan ini.

Setelah datang ke kota, aku menghapus semua yang berhubungan dengan kota itu. Satu-satunya orang yang kuhubungi adalah Cedric.

Untuk bayiku, aku sudah jarang memegang ponsel, ketika aku memiliki waktu luang, aku membaca buku, kalau aku bosen aku merangkai bunga dan mengikuti kelas yoga untuk wanita hamil.

Kehidupanku sehari-hari disini begitu tenang, dan mentalku bertambah baik dari hari ke hari.

Dibandingkan pertama kali aku tiba dikota D, aku sering susah tidur di malam hari, kadang aku memimpikan Timothy, tapi sekarang aku sudah jarang memikirkan laki-laki itu lagi.

Bulan November kota D sudah memasuki musim gugur, disini lebih dingin dari kota A, aku tidak memiliki sesuatu untuk dikerjakan jadi aku pergi jalan-jalan ke mall sendirian.

Ketika tahun baru imlek, Cedric ingin datang menemuiku tapi aku menolaknya.

Tidak tahu kenapa, aku tidak ingin bertemu dengan orang-orang di masa lalu.

Selama tahun baru imlek, kota D begitu tenang, orang yang bekerja disini kebanyakan pulang untuk merayakan imlek bersama keluarga mereka.

Aku makan malam sendiri dan mengambil segelas anggur , berdiri di balkon untuk melihat kembang api, tidak terdengar apapun di luar kecuali suara kembang api.

Aku hanya bisa menghela nafas saat mendengar suara disebelah balkonku, aku melihat seorang laki-laki merokok di luar balkon.

Gelapnya malam menyinari wajahnya, wajah dinginnya membuatku tersentak.

Aku cepat-cepat mengalihkan pandanganku , menundukkan kepalaku sambil menyesap anggur yang kupegang.

Salju turun di hari keempat, aku hendak keluar untuk membeli persediaan makanan yang sudah habis di kulkas.

Saat berada di depan supermarket , aku tidak sengaja terpeleset , aku merasa seperti orang bodoh saat itu, tiba-tiba aku merasa perut bagian bawahku terasa sakit, aku begitu takut, wajahku memucat.

Saat ini tidak ada mobil yang lewat, disupermarket juga tidak banyak orang.

Ketika aku melihat seorang datang, tanpa sadar aku menggapai tangan orang itu “aku mohon, tolong bawa aku ke rumah sakit….”

Tanpa diduga, saat aku medongak aku melihat sepasang mata hitam itu.

Aku tersentak, tapi rasa sakit di perutku ini membuatku tidak peduli pada apapun lagi. “tu… tuan, aku hamil, kau, kau bisa mengantarku ke rumah sakit?”

Rasa saktiku semakin menjadi-jadi, aku begitu cemas.

Laki-laki itu menatapku “apa kau masih bisa berjalan sendiri?”

Aku mengangguk, dia membantuku untuk berdiri.

Rasa sakitnya tidak begitu jelas, tapi seluruh tubuhku bergetar dan kakiku terasa dingin.

Ketika aku turun dari mobil, tanpa sadar aku memegang tangannya.

Tangan pria itu begitu hangat, berbeda dengan penampilannya yang begitu dingin.

Ketika aku menunggu hasil pemeriksaan, aku duduk dengan pikiran kacau, dan menangis.

Saat ini, aku tidak tahu apakah ini faktor dari kehamilan, suasana hatiku menjadi sangat rapuh, dan aku sering merasa sedih di malam hari.

Sekarang yang kutakutkan adalah kalau anakku kenapa-kenapa, aku tidak bisa mengendalikan emosiku sama sekali.

“jangan nangis.”

Suara pria itu terdengar, aku terhuyung-huyung dan menatap orang yang kukira sudah pergi, dia memberiku sapu tangan.

Aku hanya memperhatikan sapu tangannya, dia melihatku tidak mengambil sapu tangannya dan langsung menaruhnya ditanganku “usap air matamu.”

Suaranya begitu dingin dan datar , tidak terdengar ekspresi apapun disuaranya.

Aku terlihat canggung “maaf, suasana hatiku tidak begitu bagus akhir-akhir ini.”

“oh…”

Dia menjawabnya dengan singkat, jika aku tidak mendengarnya , aku tidak akan tahu kalau dia berbicara.

Setelah menunggu selama 40 menit, akhirnya hasilnya sudah keluar, posisi janinnya salah, tapi masih ada beberapa bulan, perlahan-lahan posisinya akan kembali ke tempat semula.

Ketika keluar dari rumah sakit, aku ingat bahwa aku belum mengenal tetanggaku, “halo, namaku Jane, tetanggamu, terima kasih untuk hari ini.”

Dia menatap mataku dan menerima salamku “Mike Qi”

Novel Terkait

Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Seberapa Sulit Mencintai

Seberapa Sulit Mencintai

Lisa
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Husband Deeply Love

Husband Deeply Love

Naomi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Akibat Pernikahan Dini

Akibat Pernikahan Dini

Cintia
CEO
5 tahun yang lalu
Craving For Your Love

Craving For Your Love

Elsa
Aristocratic
4 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu