Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu - Bab 56 Ini hanya permulaan

Aku termenung sebentar, dan saat tersadar Timothy Huang sudah berjalan keluar.

Saat ini aku tidak bisa terlalu ikut campur masalah ini, sebelum ini kakek masih baik-baik saja, kenapa tiba-tiba jadi jatuh sakit.

Kecepatan mobil Timothy Huang sangat cepat, aku menoleh kearahnya, lalu menggenggam tangannya : “Timothy, ini akan baik-baik saja.”

Dia tidak bergeming, pandangan matanya melihat lurus kedepan, wajah yang ditekuk itu membuatku merasa tidak enak.

Sesampainya di Rumah Sakit, para Bibi dan Paman Timothy Huang sudah banyak yang datang, David Huang dan Vheren Zhong juga sudah berada disitu.

Koridor yang panjang, malah hanya ada beberapa orang yang berdiri.

Tidak lama aku melihat kearah Timothy Huang, sambil menekuk wajahnya ia berdiri disana,kedua tangannya menegang disamping tubuhnya.

Aku merapatkan bibirku, lalu menggenggam tangannya.

Dia menoleh dan melirik padaku, menggenggam balik tanganku.

Semua orang sedang hening, disaat seperti ini waktu terasa berlalu sangat pelan.

Entah sudah berapa lama, pintu ruang operasi pun terbuka. Dokternya yang belum keluar, membuat semua orang mengintip kedalam.

Hanya Timothy Huang yang tetap berdiri ditempatnya, tidak bergeming.

Aku melirik kearahnya, memanggilnya dengan pelan : “Timothy Huang?”

Setelah itu baru dia agak bergerak sedikit. David huang sudah bertanya pada dokter, wajah dokter terlihat tidak bagus, ia menarik masker diwajanhya dan menggeleng-gelengkan kepala : “Mohon maaf kami sudah berusaha, tapi tubuh Tuan Lu sudah sampai pada batasnya. Malam ini Tuan Lu akan sadar, kalian pergunakan waktu dengan baik ya.”

Kalimat dari dokter membuatku kaku, tidak kusangka kakek yang beberapa hari yang lalu masih bermain catur denganku sekarang malah di vonis waktunya tidak akan lama lagi.

Tangan Timothy Huang menggenggam tanganku dengan tenaga yang cukup kuat, aku menahan nafasku, melihatnya tapi tidak mengatakan apa-apa : “Timothy Huang.”

Dia tidak bicara, melepaskanku, membalikkan badan lalu beranjak.

Aku tertegun, lalu mengejarnya keluar.

Kaki panjang Timothy Huang, berjalan dengan cepat, aku hampir sedikit berlari sampai bisa mengejarnya.

“Timothy Huang, kakek.. dia---“

Dari kantongnya ia mengeluarkan rokok dan menyalakn api, wajahnya berada dalam kegelapan, melihatnya pun aku merasa kasihan.

Angin malam tidak berhenti bertiup, Timothy Huang pun tidak mengatakan sepatah kata pun.

Juga tidak tau kami sudah berdiri berapa lama, sampai handphone Timothy Huang memecah keheningan, baru dia bergerak mengambil handphonenya.

Namun tidak berapa lama dia sudah memutuskan handphonenya: “Kakek sudah sadar.”

Aku menggeleng-gelengkan kepala, menahan perasaan sedih : “Mari kita masuk untuk bertemu kakek untuk yang terakhir kalinya.”

“Ayo.”

Dia mengiyakan ajakanku dengan pelan, mematikan asap rokoknya lalu masuk lagi kedalam rumah sakit.

Dia mengikuti dibelakangnya, kembali ke ruangan rawat inap, dikoridor terdengar suara tangis yang menggema.

Saat aku dan Timothy Huang sampai, semua orang pun melihat kearah kami, Vheren Zhong melihat kearah Timothi : “Timothy, masuklah, kakek paling ingin menemuimu.”

Dia berkata seperti itu, sangat jelas maksudnya.

Aku melepaskan genggaman tanganku, Timothy Huang menoleh kearahku dengan alis agak berkerut.

Aku mundur beberapa langkah, “Masuklah.”

“Masih belum masuk?!”

David Huang membuka mulut, Timothy Huang akhirnya tidak menungguku lagi, ia melangkahkan kakinya masuk.

Aku tahu sedari awal aku memang tidak dianggap di Keluarga Huang, tapi selama ini aku tidak terlalu peduli. Sekarang baru ku dapati, aku dan Keluarga Huang memang tidak ada hubungan apa-apa.

Iya juga, tunggu sampai masalah kakek selesai, aku dan Timothy Huang juga akan selesai.

Timothy Huang tidak berada didalam terlalu lama dan langsung keluar, ketika keluar dia melihat kearahku : “Jane Tsu, Kakek ingin menemuimu.”

Aku terkejut, belum sempat bereaksi, Timothy Huang sudah bicara lagi : “Kakek ingin menemuimu.”

Saat itu baru aku tersadar Timothy Huang sedang bicara apa, anggota keluarga Timothy Huang agak terkejut, tidak lama koridor pun sudah berisik dengan bisik-bisik membicarakan ini.

Aku mengangguk-nganggukkan kepala, mendorong pintu dan masuk

Saat melihat Kakek, air mataku langsung mengalir deras.

Sedari kecil aku sudah diurus oleh Nenek, aku punya perasaan yang tidak bisa dijelaskan terhadap orang tua. Walaupun belum lama mengenal kakek, tapi aku tahu dia adalah orang yang terlihat dingin diluar tapi penuh kehangatan didalam.

Jelas-jelas beberapa hari yang lalu dia dan kakek masih saling tertawa bersama, sekarang malah sudah berbaring dikasur dan bergantung pada oksigen untuk bernafas.

“Gadis kecil..”

Mendengar Kakek memanggilku, aku langsung menggenggam tangan kakek yang ingin bergerak: “Kakek, aku ada disini.”

“Ka.. Kakek sangat menyukai, menyukaimu. Kau, kau dan, dan Timothy Huang, harus tetap, tetap bersama.”

Orang tua ini, kondisinya sudah seperti ini, tapi masih mengkhawatirkan cucunya. Aku ingin menahan air mataku, tapi tidak bisa, hanya bisa dengan air mata yang berlinang melihat kearah kakek : “Kakek, aku juga sangat menyukaimu.”

“Si, sifat Timothy Huang, ti..tidak baik. Kau , kau harus, harus banyak—“

“......”

Tangan kakek terlepas dari tanganku, aku tertegun sebentar, baru aku tersadar dan mencoba membangunkan Kakek: “Kakek!”

Tapi dia tidak akan bisa bangun lagi, ada orang yang memaksa masuk kedalam, seluruh ruangan rawat inap pun penuh dengan berbagai suara.

Aku terdorong kesana dan kemari, sampai akhirnya ada sebuah pelukan yang menangkapku, baru aku bisa berdiri seimbang.

Timothy Huang tidak menerobos kedepan, dia memelukku di belakang, melihat orang-orang itu meneglilingi kakek dan menangis tersedu, Cuma kerutan dikeningnya lah yang menampakkan perasaannya.

Dokter masuk untuk pemeriksaan terakhir, kemudian menyatakan kalaukakek sudah meninggal.

Aku seolah merasa seperti diriku kembali ke malam kematian Nenek, perpisahan yang seperti inilah yang membuat orang hancur.

Bibi dan paman Timothy Huang sedang mendiskusikan masalah penguburan kakek. Aku akhirnya tidak tahan lagi dan langsung berbalik memeluk Timothy Huang, membenamkan kepalanya dalam dekapan Timothy, lalu menangis tersedu.

Ini adalah malam penuh kesedihan, aku dan Timothy Huang berjuang tanpa akhir tapi malah harus menemui akhir yang seperti ini.

Kakek sudah pergi, pada pukul 04.00 pagi.

Aku mendengar Bibi Timothy Huang sedang berdiskusi dengan ibu paman tentang warisan, Timothy huang juga mendengarnya, wajahnya memucat lalu menarikku keluar ruangan.

Angin dingin musim dingin benar-benar membuat gemetar. Aku dan Timothy huang berjalan keluar, tidak ada yang bicara diantara kami berdua, juga tidak tahu harus membicarakan apa.

“Apa ini sangat lucu?”

Timothy Huang tiba-tiba bicara, aku tertegun lalu menggeleng-gelengkan kepala : “Tidak.”

Dia menaikkan sudut bibirnya, tapi tidak sampai tersenyum : “Ini hanya permulaan, Jane Tsu.”

Aku tidak mengerti apa maksud Timothy Huang, tapi ini sangat membuatku sedih.

Aku langsung memeluknya :”Kakek hanya ingin kau bahagia, Timothy Huang.”

Kalimat Kakek memang tidak selesai, tapi sebagai orang tua, pastilah menginginkan keturunanya hidup dengan bahagia.

Dia tidak merespon kalimatku, hanya menyenderkan kepalanya dipundakku : “Jane Tsu.”

“Iya, aku disini.”

Setelah beberapa hari, aku akhirnya mengerti maksud dari semua ini. Semua yang ku pikir hanya ada didalam sinetron, sekarang benar-benar terjadi kepadaku.

Novel Terkait

Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milyaran Bintang Mengatakan Cinta Padamu

Milea Anastasia
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
3 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
After Met You

After Met You

Amarda
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu