Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu - Bab 188 Berpura-pura Tidak Melihat Apapun

Timothy menggelengkan kepalanya: “Kita tidak pulang malam ini.”

“Kalau begitu Victor—“

Dia seperti sudah tahu pertanyaanku, sebelum aku dapat menyelesaikan kalimatku, dia memberiku pandangan meyakinkan: “Jangan khawatir, Victor ada yang menjaga. Dia sudah tertidur sekarang. Kita akan melewati malam ini berdua saja."

Dia berkata dengan pandangan penuh arti padaku.

Aku menggigil ketika dia melihatku dengan tatapan seperti itu, dan wajahku kembali terbakar lagi.

Kemudian Timothy tidak mengatakan apa-apa lagi, dan aku pun tidak bertanya lagi.

Memikirkan lamaran tadi, dan pandangan Timothy barusan, aku hanya merasa hatiku terus saja berdebar tanpa henti.

Aku bukan lagi remaja belasan tahun, juga mengerti apa maksud Timothy dengan ‘melewati malam ini berdua’.”

Tapi setelah dipikir-pikir, aku sedikit malu.

Dalam keadaanku yang linglung, mobil berhenti.

Timothy menoleh melihatku: “Saatnya turun, Nyonya Huang.”

Ia menggigit lembut bibir bawahku dan segera turun dari mobil.

Sesaat setelah menutup pintu mobil, aku melihat Timothy sudah berdiri di sampingku.

Wajahku terbakar karena ditatap olehnya, aku mendongak dan melihat bahwa itu adalah sebuah hotel.

Dia merangkulku jari-jariku tak bisa diam dan jantungku berdebar.

“Tuan Huang.”

Baru saja kami berdua memasuki hotel, sudah ada orang yang akan menuntun.

Sepertinya Timothy sudah mengatur semuanya malam ini.

Aku dan Timothy tidak berbicara sepanjang jalan, hanya ada suara langkah jalan kami bertiga diatas karpet.

Suara tersebut, aku merasa seperti sedang menginjak hatiku sendiri.

Tidak tahu berapa lama, pelayan di depan kami berhenti dan berbalik melihat: “Sudah sampai, Tuan Huang.”

Timothy mengangguk kemudian pelayan itu segera pergi.

Melihat Timothy yang mengeluarkan kartu kamar, dan suara pintu terbuka itu membuat seluruh tubuhku kaku.

“Kau tidak masuk?”

Aku mendongak mendengar suara Timothy, kemudian sadar entah sejak kapan dia sudah berjalan masuk dua meter didalam.

Aku mengerutkan bibirku dan merasa bahwa diriku menjadi sangat tidak masuk akal. Tidak pernah terjadi apapun diantara kami berdua, dan saat ini aku tiba-tiba merasa malu.

Dengan cara ini, aku dengan berbesar hati mengangkat kakiku dan mengikutinya berjalan masuk.

Aku sudah menyiapkan hatiku, tapi ketika aku melihat dekorasi dalam kamar tersebut, aku tidak bisa menahan diri lagi.

Ini jelas merupakan kamar bertema. Semua yang ada di dalamnya disiapkan khusus untuk para pasangan.

Timothy terlihat sangat tenang, dia melepaskan mantelnya, dan kemudian menatapku: “Kau mau mandi?"

“Kau duluan mandi saja!”

Aku harus menggunakan waktu sebaik mungkin untuk menenangkan hatiku, perabotan di dalam kamar benar-benar membuatku sangat malu.

Untungnya, Timothy juga tidak memaksaku. Dia mengangguk dan segera pergi ke kamar mandi.

Pada saat ini, aku baru sadar bahkan kamar mandinya juga dirancang khusus. Kita bisa melihat orang di dalam kamar mandi dengan jelas.

Tanpa sadar aku berjalan kearah pintu dan ketika aku hendak membuka pintu, ternyata pintunya terkunci.

Aku kembali melihat sekitar kamar, sungguh, aku hanya ingin keluar dari kamar!

Tapi sebelum aku berhasil keluar dari ruangan ini, Timothy sudah selesai mandi.

“Jane.”

Dia tidak mengenakan pakaian, dia berdiri tidak jauh dariku dengan jubah mandi dan menatapku dari sudut matanya.

Aku yang tertangkap basah olehnya merasa sekujur tubuhku sangat panas, kemudian aku tersenyum dan berkata: "Aku akan memeriksa apakah pintunya sudah tertutup rapat atau belum."

“Ternyata?”

“Hm, ya, sudah tertutup.”

Dia berdiri lima atau enam meter dariku dan melambai padaku: " Kemari."

Aku menggeleng tanpa sadar, tapi dia malah tertawa: “Kau tidak mau mandi?”

“Aku—“

Sebenarnya aku ingin mandi, tapi melihat “kamar mandi” tersebut aku benar-benar tidak bisa mandi dengan keadaan seperti itu.

Tapi Timothy tidak memberiku pilihan sama sekali, aku tidak mendekatinya, maka dia langsung datang mendekat padaku.

“Kau jangan—Argh! Turunkan aku!”

Tak disangka dia langsung menggendongku.

Dia menggendongku dan tertawa: “Apa yang kau takutkan?”

Pada saat ini, tentu saja aku tidak bisa bilang bahwa aku takut. Kalau tidak, aku tidak tahu lagi bagaimana dia akan berbuat semena-mena padaku: "Aku tidak takut, aku hanya berpikir ruangan ini cukup baru, dan hanya ingin melihat-lihat sebentar."

“Tenang saja, nanti aku akan memberimu waktu untuk melihat-lihat.”

Wajahku kaku. Aku sangat membenci mulutku yang suka berkata sembarangan ini.

Tapi sepertinya Timothy tidak terlalu memikirkan ucapanku, dia menurunkanku di dalam kamar mandi lalu mengelus kepalaku : “Mandi yang benar.”

Dia menyunggingkan senyum yang lebar ketika dia mengatakan ini. Melihatnya, hatiku bergetar.

Setelah mengatakannya, Timothy berjalan keluar dan kemudian duduk di ranjang bulat tersebut lalu memandangiku.

“Perlu bantuanku?”

Aku sedang memikirkan solusi sampai dia tiba-tiba membuka suara.

Hal yang kutakutkan benar-benar terjadi, mendengar ucapannya, aku segera menghentikan: “Tidak perlu, aku bisa mandi sendiri!”

Meskipun aku sudah sering melakukannya dengan Timothy, tapi aku tidak pernah mandi di hadapannya seperti ini.

Memikirkan dia yang sedang mengawasiku mandi di belakang, membuat gerakanku kaku.

Tetapi aku juga tahu bahwa jika aku tidak segera bergerak, dia mungkin akan datang dan membantuku.

Bagaimanapun juga, aku sudah tidak bisa menghindar darinya malam ini.

Menggertakkan gigi, aku berbalik badan dan mulai membuka baju.

Aku dapat merasakan pandangan Timothy, dan hanya bisa men-sugesti diriku sendiri berpura-pura Timothy tidak bisa melihatku didalam.

Biasanya aku paling cepat mandi 10 menit, tapi kali ini, karena terus diawasi oleh Timothy, aku mandi hanya 5 menit.

Baru saja memakai jubah mandi dan tiba-tiba punggungku menempel pada tubuhnya.

Aku tidak tahu kapan ia datang, dan tanpa sadar berusaha lepas darinya: “Lepaskan aku, aku—argh, apa yang kau lakukan!”

Dia mengulurkan tangannya dan langsung melepaskan handukku, aku langsung reflek mengulurkan tangan dan memegang handukku, tetapi tenagaku tidak sebanding dengannya, handukku jatuh dua detik kemudian.

Tubuhku hampir jatuh, tetapi dia begitu kuat sehingga aku tidak bisa menang darinya.

Detik berikutnya, dia langsung melepaskan handuknya sendiri dalam kurun waktu kurang dari sedetik.

“Kau mandi begitu cepat, kau yakin sudah bersih?”

Dia menundukkan kepalanya, dan suaranya yang dalam mulai terdengar di telingaku.

Detik berikutnya, aku merasa dia sedikit lega, kemudian saat tubuhnya menempel padaku, aku merasakan tubuh polosnya.

Air mulai mengalir turun dari shower, Timothy menciumku dalam, tapi ciumannya terlalu jelas sehingga aku tanpa sadar gemetar.

Tangannya bergerak turun perlahan dari dadaku, tubuh telanjangku sangat memudahkan gerakannya, tak lama kemudian, tangannya sudah sampai dibawah tubuhku.

“Timothy— m-hmm!”

Novel Terkait

Revenge, I’m Coming!

Revenge, I’m Coming!

Lucy
Percintaan
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu
Love And War

Love And War

Jane
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
Hello! My 100 Days Wife

Hello! My 100 Days Wife

Gwen
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Be Mine Lover Please

Be Mine Lover Please

Kate
Romantis
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu