Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu - Bab 273 Kamu Jangan Marah

Setelah aku membukakan mata, telah kaku beku beberapa menit, baru merespon kembali sendiri ada di dalam rumah sakit.

Tenggorokan kering dan sangat tidak enak, aku ingin minum air, baru pikir mau buka mulut, Jeremy Zheng sudah menjinjing air termos masuk: “Kamu sudah sadar, apa masih ada merasa tidak enak?”

Aku memegang ranjang dan berduduk, menerima segelas air yang diberikan dia ke aku, minum satu suap, baru bertanya dia: “Aku kenapa?”

Jeremy Zheng duduk di atas kursi yang disamping ranjang aku, melihat aku: “Demam, sudah empat puluh satu derajat, apa kamu sendiri tidak tau? Kalau telatan datang lagi, otak kamu ini kira-kira tidak dibutuhkan lagi saja.”

Dia berkata, menyulurkan tangan dan memegang-megang dahi aku lagi: “Masih sedikit demam rendah, kamu ingin makan apa? Aku keluar belikan kamu sedikit bubur.”

Mendengar perkataannya, aku baru tiba-tiba terpikir satu hal: “Sekarang sudah jam berapa?”

Dia melihat-lihat Hp: “Jam tiga lebih menjelang subuh.”

Melihat Hp, aku terpikir satu hal lain lagi yang lebihlah penting: “Jeremy Zheng, kamu ada bantu aku angkat telepon tidak?”

Aku berkata, segera mengambilkan tas sendiri dan buka mencari-cari Hp, melihat tampilan panggilan di seluruh halaman layarnya, seluruh badan aku telah menjadi kaku.

Jeremy Zheng sepertinya juga tau aku sedang memikirkan apa, “Telepon Direktur Huang sudah menelepon sampai ke aku sini, saat itu kamu baru saja pingsan, Hp kamu diatur jadi getaran juga, kita sudah kalang kabut, kita sudah ketakutan setengah mati, jadi tidak meperhatikannya.”

Aku tiba-tiba merasa sakit kepala, “Dia bagaimana bilangnya?”

“Dia menyuruh aku menjaga kamu dengan baik-baik, dan juga bertanya sekali alamat rumah sakit.”

Aku sekali mendengar sudah tau Timothy Huang akan datang, mengangkat tangan mengosok-gosok pelipisnya: “Menurut kamu pada saat itu nada bicaranya gimana?”

Jeremy Zheng melihati aku lalu tiba-tiba ketawa: “Kenapa? Disaat kamu bekerja mati-matian bukannya sangat hebat, sekarang kenapa jadi takut sama Direktur Huang?”

Aku berkeluh kesah sekali: “Kamu tidak tau, Timothy Huang dia ini orangnya benar-benar——”

“Aku ini orangnya kenapa?”

Perkataan aku baru bilang sampai setengah, pintu tiba-tiba didorong terbuka.

Melihat Timothy Huang yang kelelahan setelah menempuh perjalanan jauh telah berdiri di depan pintu, aku bawah sadar menyusutkan kepala.

Wajah dia sangat dingin, garis penglihatannya jatuh di badan aku, mengangkat kaki langsung jalan kemari.

Jeremy Zheng melihat dia jalan kemari, berdiri langsung mengantikan tempat untuk dia.

Seluruh badannya Timothy Huang berhawa dingin, tapi ini semua tak dapat dibandingi dengan muka dia itu.

Aku melihat dia sekali, dan tidak berani lihat lagi.

Jeremy Zheng berdiri di depan pintu: “Aku pergi beli sedikit bubur untukmu, Direktur Huang, Jane Tsu merepotkan kamu dulu.”

“Nona Tsu terlalu sungkan, ini memang aku semestinya. ”

Nada bicaranya baru menurun, Jeremy Zheng lalu pergi, menoleh kebelakang melihat aku, mana masih ada ekspresi tadi.

Timothy Huang tidak berbicara, mengangkat tangan langsung menurum diatas dahi aku, jari tangan dia dingin, tapi telapak tangannya malah hangat.

Aku tidak berani berbicara, hanya menutupi sedikit bibirnya dan duduk disitu.

“Sudah hebat ya, panas sampai pingsan, Jane Tsu.”

Dia memanggil nama aku, saking marah hampir menggertakkan giginya.

Aku mengangkat kepala melihat dia sekali, mencoba menjelaskannya: “Hari ini telah hujan, cuacanya sedikit dingin, aku sibuk kelewatan, mungkin tidak sengaja masuk angin.”

Dia tidak berbicara, menundukkan kepala melihat Hp, lama sekali, tiba-tiba Hpnya memberikan ke aku: “Ini apa?”

Aku sekali lihat langsung melihat diri sendiri yang berpakaian seragam suporter, aku juga pertama kali berpakaian seperti ini, tidak terpikir ternyata ada orang secara khusus memfotoin aku, dan dilihat oleh Timothy Huang lagi.

Aku telah mengigit sekali pinggiran bibirnya: “Suporter situ telah terjadi sedikit kecelakaan, aku karena terpaksa baru mengantikannya.”

“Apakah perusahaan mereka hanya kamu satu orang saja? Masalah apapun selalu kamu yang menanganinya, cuaca ini berapa derajat? Dan masih turun hujan, Jane Tsu, kamu merasa sendiri adalah superman atau spiderman, tidak akan sakitkah?”

Aku tau hal ini aku tidak ada alasan yang cukup betul, dan pada mulanya bilang besok naik pesawat pulang, pada akhirnya sekarang bersakit-sakitan, juga membuat Timothy Huang khawatir sampai datang kemari.

Aku saat itu juga sibuk kelewatan, tidak memperhatikan begitu banyak, mana bisa tau tubuh aku bisa tiba-tiba begitu mudah sakit, jelas-jelas aku sudah sangat lama tidak demam lagi.

Melihat wajahnya yang masih sangat marah, aku hanya bisa mengangkat tangan memeluknya, “Kamu jangan marah lagi, kali ini aku bersalah.”

“Hng.”

Dia dengan dingin bersuara hm sekali, malah tidak bilang apa-apa lagi, “Sekarang sudah berapa derajat?”

Aku mengeluarkan termometer yang tadi baru sadar ditaruhkan di bawah ketiak sama Jeremy Huang, memberikan ke dia.

Dia menundukkan kepala melihat aku sekali, menjulurkan tangan menerimanya, mengangkat kepala lihat sebentar, “Tiga puluh delapan derajat.”

Wajah dia yang tadi sudah lebih baik sedikit telah mendingin lagi, pada saat ini aku baru menyadarinya, ternyata dia turun dari pewasat langsung datang kemari, kopernya juga ikut dia dari belakang.

Sementara waktunya, mata aku sedikit basah, mengangkat tangan menarik-narik tangannya: “Kamu jangan marah, aku makan sedikit bubur dan minum obat lagi, akan sangat cepat menurunnya.”

Telapak tangan dia walaupun hangat, tapi jari tangannya malah dingin.

Aku mengangkat tangan lagi memegang-megang wajahnya: “Apa kamu dingin? Maukah selimutnya kasih kamu menyandang sebentar?”

Timothy Huang memakai mantel dari wol tebal yang berwarna hitam, saat ini aku baru menyadarinya, dibadannya telah menyandang mantel wol yang sudah basah kuyup, air mutiara kecil yang putih itu telah berhenti di atasnya, tadi tidak memperhatikannya, sekarang melihat, baju luar dia semuanya air.

“Jangan menyiksa dirimu lagi, kamu lebih baik perhatikan kamu sendiri saja.”

Aku tidak melanjutkan perkataannya, mengangkat tangan bantu dia lepasin baju.

Dia melihat aku sekali, menarik pergi tangan aku, dengan sendiri melepaskan bajunya.

Pada saat ini Jeremy Zheng juga sudah pulang, aku mencium wangi bubur, di saat ini baru merasa sendiri benar-benar kelaparan.

Jeremy Zheng sangatlah intim, “Direktur Huang, karena kamu sudah datang kemari, kalau begitu aku pulang dulu, bubur ini aku beli tiga, Direktur Huang kamu baru turun dari pesawat, tengah malam begini, kalau lapar, kamu juga makan sedikit saja, aku pulang dulu, besok baru datang melihat Jane Tsu lagi.”

Dia berkata, garis penglihatannya jatuh di badanku lagi: “Jane Tsu, aku pulang dulu.”

Aku mengangkat kepala melihat dia, sedikit merasa tidak enak hati: “Maaf ya, telah membuat kalian khawatir.”

“Perkataan apa ini, kamu ini juga termasuk terluka pada waktu kerja, kalau bukan dua hari ini begitu sibuk, kamu juga tidak perlu kecapekan sampai pingsan, aku pulang dulu, besok dengan mereka datang kemari menjenguk kamu!”

Aku mengangguk-angguk kepala: “Kalau begitu kamu hati-hati dijalan!”

“Baiklah, kamu istirahat dan memulihkan kesehatan dengan baik-baik!”

Pada saat dia jalan pergi pintunya telah ditutup juga, dalam kamar sisa aku dan Timothy Huang saja, di ruang sakit yang lebih dari dua puluh meter persegi ini sangatlah tenang.

Aku benar-benar sangat lapar, tak tahan sendiri menjulurkan tangannya ingin pergi membukakan kantong plastik itu dan makan bubur.

Timothy Huang telah memukul tangan aku: “Buat apa buru-buru, sangat panas!”

Dia berkata, dan sendiri membantu aku buka, kemudian menatangnya lagi, mulai menyuapin aku.

“Aku makan sendiri saja.”

Dia mundur kebelakang sedikit, melihat aku keningnya lambat-lambat menaik: “Kamu ada tenaga?”

Perkataannya memang tidak salah, aku sekarang benar-benar tidak ada begitu banyak tenaga lagi.

Jika Direktur Huang bersedia melayani aku, kalau begitu aku juga tidak sungkan dengan dia lagi.

Musim dingin begini, bubur sangat cepat sudah dingin, aku makan setengah, seluruh badan aku akhirnya merasa hidup kembali, “Kamu makan juga, sisanya aku makan sendiri sudah bisa.”

“Jangan banyak omong kosong.”

Dia tetap tidak membiarkan aku bergerak sendiri, harus menyuapi habis sisa setengah mangkuknya bubur itu.

Napsu makan aku tidak begitu bagus, telah makan satu mangkuk bubur sudah merasa dalam perut ada sesuatu lalu tidak bisa makan lagi, ketika Timothy Huang bertanya aku masih mau tidak, aku menggeleng-geleng kepala: “Aku sudah kenyang, kamu cepatan makan, kalau tidak nanti dingin sudah tidak enak.”

Dia melihat aku sekali, kaki dan tangan aku semuanya dimasukin ke dalam selimut: “Jangan asal gerak.”

Novel Terkait

Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Innocent Kid

Innocent Kid

Fella
Anak Lucu
4 tahun yang lalu
Excellent Love

Excellent Love

RYE
CEO
4 tahun yang lalu