Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu - Bab 116 Kelihatan Konyol

Perkataannya membuat aku tidak percaya, aku menatap Timothy, rasanya otakku jadi kosong semua, aku sempat curiga apakah ini lagi mimpi.

Melihat aku masih terdiam, Timothy berkata lagi : “Jane, maaf sudah membiarkan kamu mengasuh Victor sendirian begitu lama.”

Perkataan dia membuat air mata yang kutahan begitu lama langsung mengalir keluar sambil menatapnya, aku merasa harusnya sekarang aku marahi dia habis-habisan.

Walapun aku tidak termasuk orang yang jago ngomong, tapi juga bukannya aku tidak bisa marahi orang, jelas-jelas sebelumnya aku bisa memarahi Timothy sampai dia tak bisa membantah, tapi sekarang satu kata pun tak bisa aku keluarkan.

“Jangan nangis, jane.”

Dia mengangkat tangan menghapus air mataku, dari kedua matanya menyiratkan perasaan yang mendalam sekali.

Wajah Timothy semakin mendekat, aku menyadari apa yang mau dia lakukan, juga tahu seharusnya aku mendorong dia dengan kuat untuk menjauh, tapi tidak tahu kenapa, kedua tanganku seperti dikakukan oleh sesuatu, tak bisa aku angkat, tak bisa bergerak, tak bisa mendorongnya.

Pas di saat dia sudah hampir mencium aku, mendadak handphone di atas mejanya berbunyi.

Kami berdua sama-sama terkejut, aku sadar kembali dan langsung aku dorong dia menjauh, tanpa sengaja pandanganku jatuh di tampilan panggilan masuk itu.

“Nicole Shen” Dua kata ini bagaikan dua jarum yang menusuk mataku.

Aku memandang Timothy, hanya dingin yang terasa di sekujur badanku.

Dia tidak menyadari perubahanku, dengan wajah suram dan mengernyitkan alis dia melihat layar handphone, tapi air mukanya berubah ketika melihat tampilan panggilan masuk.

Perubahan Timothy ini bagaikan satu tamparan yang tak berhenti menampar wajahku.

Teringat tadi aku masih memercayai omong kosongnya itu!

Jane, kamu sungguh bodoh sekali!

“Halo?”

Dia melihatku sekilas, aku tarik tisu dan mengelap air mata di wajahku.

Tidak tahu apa yang Nicole katakan di balik telepon, Timothy cuma menjawab : “Oke, aku mengerti.” Kemudian telepon itu ditutup.

“Jane——“

Aku stabilkan perasaanku lalu menatapnya dengan muka dingin : “Kamu masih mau makan siang gak?”

Sepertinya Timothy tidak tahu mood aku kalau mau berubah langsung berubah, dia mengernyitkan dahi : “Pesan delivery?”

“Tidak usahlah, kalau kamu tidak makan, kamu pergi saja.”

“Kamu——“

“Pergi!”

Aku mengangkat tangan menunjuk pintu, dia menatapku sebentar, dan kali ini tanpa mengatakan apa-apa lagi dia bangkit berdiri lalu pergi.

“Brakkk” , aku mendengar suara pintu ditutup.

Aku tahu Timothy sudah pergi, hanya tersisa aku dan Victor di dalam ruangan 80m2 lebih ini.

Victor sudah tertidur, suasana begitu senyap sampai membuat aku hampir sesak.

Sekali teringat kejadian tadi, ingin sekali rasanya aku menampar diriku sendiri.

Jane oh jane, kenapa kamu masih tetap begitu bodoh, dua tahun lalu dengan gampangnya dibohongi sama dia, dua tahun kemudian juga begitu, dengan mudahnya ditipu sama dia.

Kalau bukan karena panggilan dari Nicole, aku bahkan tidak tahu apakah aku tadi sudah segitu mudahnya maafin Timothy.

Aku mencengkram rambutku, aku bertekad tidak akan mempedulikan Timothy kalau nanti ketemu dia lagi!

Tapi setelah hari ini Timothy pergi, beberapa hari setelahnya aku tidak melihat dia. Aku juga tidak tahu bagaimana menjelaskan perasaan hatiku ini, seharusya aku senang, tapi pada kenyataannya aku sama sekali tidak senang.

Pas malam Mike datang, dengan sekali lihat dia sudah tahu mood aku lagi tidak baik.

“Timothy ada datang ketemu kamu ya?”

Mendengar dia mengungkit Timothy, aku merasa tidak enak sekali, meskipun aku tahu kalau dia tidak tahu apa yang terjadi antara aku dan Timothy hari ini, aku hanya membasahi bibir tanpa menganggukkan kepala.

Mike juga tidak banyak bertanya lagi, “Kamu tunggu aku sebentar.”

Aku melihat Mike bangkit berdiri, refleks aku agak kebingungan.

Tidak sempat aku merespon, Mike sudah keluar dari rumah aku, lalu kembali dengan sebotol wine di tangannya.

“Kamu mau minum bir?”

“Minum bir bisa buat mood baikan.”

Saran dia lumayan juga, setelah mikir-mikir aku masuk ke dapur mengambil dua gelas kosong, “Ayo, aku sudah lama tidak minum”

Memang, aku tidak begitu kuat minum bir, serta setelah melahirkan Victor, aku mana ada waktu buat minum bir.

Tapi Victor tidak terlalu bawel, tidak nangis terus juga, kayak sekarang dia tidak tidur, tapi diam dan lihatin kami berdua.

Aku melihat sekilas ke Victor, tanpa sadar aku teringat Timothy.

Menyebalkan sekali.

Mike menuangkan setengah gelas buat aku , aku merasa agak lucu : “Sejak kapan kamu jadi pelit begitu?”

Dia melihat aku sekilas lalu menjawab tanpa mau ngalah : “Terlalu mabuk tuh tidak baik.”

Okelah, aku masih harus mengasuh Victor, memang tidak boleh minum terlalu mabuk.

Tidak tahu karena terlalu lama tidak minum bir atau memang aku ingin mabuk.

Baru setengah gelas saja aku sudah sedikit pusing, aku mengulurkan tangan ingin menuang setengah gelas lagi, tapi di tahan sama Mike : “Jane, jangan minum lagi.”

Aku mengangkat kepala melihatnya dengan tidak setujua : “Baru setengah gelas, kemampuan minum birku gak separah itu kok.”

“Setengah gelas sudah cukup.”

Dia tetap bersikeras, aku membasahi bibir lalu menarik kembali tanganku, aku menundukkan kepala melihat Victor, tidak tahu kenapa aku mulai menceritakan kejadian sore ini : “Mike, menurutmu ini konyol apa tidak! Hari ini dia berkata kepada aku, dia dan Nicole tidak seperti yang aku pikirkan! Yang lebih lucunya lagi, aku bahkan percaya, menurut kamu bukankah aku bodoh sekali Mike?”

Terkadang ingin sekali aku membelah kepalaku dan lihat apakah otakku ini otak udang, kenapa aku selalu dengan segitu mudahnya di bohongi sama Timothy?

Aku menatap Mike, tidak sabar meminta jawaban darinya : “Mike, apa aku bodoh sekali?”

Dia menatapku dan berkata : “Kamu bukan bodoh jane, kamu masih mencintai dia.”

Kamu masih mencintai dia.

Ya iya, aku masih mencintai dia.

Tapi betapa aku ingin untuk tidak mencintai dia.

Tapi tidak bisa.

Aku menundukkan kepala, terdiam lama, Mike juga tidak bersuara.

Tidak tahu selang berapa lama, mendadak Victor menangis, baru aku sadar bagaikan sadar dari mimpi dan mau bangkit berdiri buatin Victor susu.

“Aku saja.”

Belum sempat aku berdiri, malah sudah di tahan oleh Mike.

Melihat punggung Mike yang mulai berjalan, aku pun tetap kembali duduk.

Malam ini aku bermimpi, mimpiin Nicole lagi menggendong Victor, sambil menghina aku dia berkata : Jane, tak disangka dua tahun lalu kamu bodoh, dua tahun kemudian juga tetap begitu bodoh! Kamu kira Timothy benar-benar mencintai kamu? Jangan bodoh, dia cuma ingin dapatin Victor! Coba lihat seperti apa kamu sekarang? Tidak punya apa-apa lagi ? Hahaha, anak kamu sudah menjadi anak aku! Aku bakal baik-baik terhadap anak kamu dan Timothy!

“Tidak——“

Aku terbangun dengan terkejut, baru sadar ini mimpi buruk lagi.

Aku usap-usap Victor, aku kaget sampai keringatan sekujur badan.

Aku benar-benar tidak bisa membayangkan, setelah Timothy mendapatkan Victor, Nicole akan bagaimana terhadap Victor.

Mimpi buruk yang berturut-turut selama beberapa hari, aku juga sudah beberapa hari berturut-turut tidak ketemu sama Timothy.

Di saat aku mengira ini semua akan tenang kembali, tiba-tiba dia muncul, dan kali ini Timothy semakin membuat aku tidak bisa mengelak.

Novel Terkait

My Japanese Girlfriend

My Japanese Girlfriend

Keira
Percintaan
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu