Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu - Bab 177 Aku Mengingat Kata-Kata Mu

Aku tidak menyangka Timothy menciumku. Ciumannya tiba-tiba, juga dalam. Dia sedang mabuk. Ini baru permulaan.

Aku mencoba mendorongnya. Sia-sia. Timothy merebahkanku di sofa. Tubuhnya menekan erat tubuhku.

Bau alkohol dari tubuhnya serasa membuatku mabuk juga.

“Timothy—”

Aku masih bersikeras menjelaskan masalahku pagi tadi, tetapi dia sudah menanggalkan baju tidurku.

Kepalanya menunduk, menciumi dadaku. Aku belum siap.

“Mmh—” aku mendesah.

“Jane…”

Entah dari mana dia mendapatkan nama panggilan itu, Timothy mengucapkannya lirih di telingaku. Yang kutahu pertahananku melemah karena panggilan itu. Tanganku yang tadinya mencoba mendorongnya, kini melingkar erat di tubuhnya.

Aku lalu merasa semua wanita memang mudah dirayu.

Aku tidak tahu apakah Timothy sudah sadar dari mabuknya atau belum, yang kutahu aku sudah tidak bertenaga untuk membantunya membersihkan diri.

Hari pun berganti. Pagi itu, saat aku bangun, aku baru menyadari aku telah mengenakan baju tidur lagi. Tubuh Timothy juga kini beraroma sabun wangi.

Dia pasti pergi mandi tadi malam. Itu berarti dia tidak mabuk.

Aku beranjak dari kasur. Kakiku terasa lemas.

Sesaat ketika aku akan beranjak, Timothy meraih pinggangku. Dia lalu tiba-tiba menarikku ke dalam pelukannya.

Cuaca Kota A di bulan November selalu dingin. Kamar juga belum menyalakan AC, namun tubuh Timothy terasa hangat. Aku tidak bergerak, membiarkannya memelukku sejenak.

“Jane.”

Aku merasa dimanja setiap kali dia memanggilku begitu. Timothy meletakkan dagunya di pundakku. Jenggotnya yang baru tumbuh menusuki kulitku, “Jangan menusukiku.” ujarku.

“Hm.”

Dia hanya bergumam, tidak beralih sedikitpun.

Aku tahu dia sengaja. Aku lalu menendang kakinya, “Timothy!”

“Jane.” ujarnya ujarnya setelah melepaskanku.

“Hm.” timpalku sambil meraih ponselku. Sudah jam 8 lebih. “Kau cepat bangun. Bukannya kau harus ke kantor?”

“Pagi ini aku tidak ada urusan di kantor.”

Lucu, pikirku.

“Kalau kau begini, bagaimana pendapat orang-orang kantor nanti?”

“Aku tidak peduli pendapat mereka. Aku hanya peduli padamu.”

Tiba-tiba aku teringat penjelasanku yang dipotong olehnya tadi malam. Aku berpikir sejenak, lalu memutuskan untuk memberitahunya, “Kemarin, ketika aku bilang aku tidak ingin bekerja di IEC, aku tidak menyalahkanmu. Aku hanya merasa sedikit keberatan. Lagipula, tadi malam kau sudah meminta maaf kepadaku. Aku merasa ini ibukan masalah besar.”

Melihatnya hening, aku berhenti bicara, lalu menepuk pundaknya, “Apa kau mendengarku?”

“Hm.”

Setelah mendengar responnya, aku lanjut menjelaskan, “Aku tahu hal itu sangatlah buruk. Timothy, aku tidak asal bekerja. Aku mengambil studi marketing, menjadi EO, itu semua karena aku menyukainya. Aku bekerja untuk mewujudkan nilai yang kupegang. Aku tahu kau bisa saja mendukung seluruh kebutuhanku. Tetapi, aku bekerja supaya hidupku tidak melulu tentang keluarga. Aku berharap hidupku bisa lebih berwarna.”

Aku berhenti berbicara lalu menatapnya, “Dengan begini, apa kau bisa memahami maksudku?”

“Aku paham, Jane. Aku hanya merasa aku berhutang maaf padamu.” ujarnya, lalu menciumku, “Maafkan aku.”

Aku tertawa. Aku mengangkat tanganku, mengusap wajahnya, “Tidak apa-apa.”

Tidak masalah, selama kau mencintaiku, selama kau bisa mengakui kesalahanmu, maka semua ini tidak masalah.

Dia meraih tanganku, lalu menciumku lagi.

Kupikir dia hanya main-main saja, namun ternyata aku salah, “Kau jangan berulah.” ujarku sambil mendorongnya.

“Jane.” panggilnya manja. Tangannya menarikku dekat ke tubuhnya.

Aku tidak bisa melawannya. Dia membawa tanganku kemana dia suka. Aku terkejut, lalu kutarik tanganku kembali.

“Jangan. Victor sebentar lagi bangun.”

“Tidak apa-apa. Ada karpet di kamar Victor. Dia tidak akan terpeleset.”

Aku ingin tertawa, namun aku lalu mendorongnya, “Kau jangan berulah! Tunggu malam!”

Dia sedang tidak melihatku. Aku lalu memanfaatkan kesempatan itu untuk beranjak dari ranjang melalui sisi satunya.

“Jane, ingat kata-katamu barusan.” ujarnya setengah tertawa, sambil berebah di kasur.

Jantungku melompat saat mendengarnya. Aku lalu mengambil bantal dan melemparnya ke muka Timothy.

Khawatir dia akan menarikku lagi, aku lalu bergegas keluar kamar.

Aku menuju kamar Victor dan mendapatinya masih tertidur pulas. Aku menghela nafas lega.

Sudah jam 8 lebih. Aku lalu keluar, takut membuat Victor bangun.

Timothy bilang dia tidak ada urusan di kantor pagi ini. Setelah sarapan, dia masih saja enggan berangkat. Dia lebih memilih menghabiskan waktunya bersama Victor pagi itu.

Setelah makan siang, karena takut Timothy akan berkata enggan ke kantor, maka aku langsung memaksanya berangkat.

Sesaat setelah dia pergi, Cedric Xu meneleponku.

Aku memberitahunya bahwa aku kembali, namun aku lupa mengatakan waktunya.

Cedric Xu pergi ke luar negeri untuk mengurus suatu proyek dan kembali pulang baru-baru ini. Kemarin kami sibuk membicarakan Victor, hingga lupa membahas perihal diriku.

“Jane.”

“Ini aku, Kak.”

Dia tertawa, “Apa kau sudah kembali ke kota A?”

“Aku sudah kembali sejak beberapa hari yang lalu. Kemarin malam lupa memberitahumu.” ujarku tidak enak hati.

Dia tertawa lagi, “Aku menekan bel pintu rumahmu cukup lama, tetapi tidak ada yang menjawab. Tadinya, aku berniat mengunjungi Victor. Ternyata, kau sudah kembali ke kota A.”

“Kau sekarang di kota D?” tanyaku terkejut.

“Aku sampai pagi ini. Besok aku ada meeting disini. Dari bandara, aku langsung ke rumahmu. Tadinya, aku berniat beristirahat di rumahmu. Ternyata kau sudah kembali ke Kota A.”

“Aku lupa memberitahumu.” ujarku merasa bersalah.

“Tidak masalah. Aku akan tidur di hotel.”

Cedric Xu terdengat sangat lelah. Aku merasa tidak enak padanya.

Setelah menutup telepon, aku mendapati Timothy kembali lagi. Dia melihatku, “Kau menelepon siapa tadi?”

Aku sedikit terkejut, lalu hening sejenak sebelum menjawabnya, “Cedric Xu. Dia pergi ke kota D, ingin mengunjungi Victor, tetapi aku sudah kembali. Kau kenapa pulang lagi?”

Seusaiku berbicara, aku mendapati air muka Timothy berubah, “Sejak kapan kau akrab dengan Cedric Xu?”

Novel Terkait

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

PRIA SIMPANAN NYONYA CEO

Chantie Lee
Balas Dendam
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Berpaling

Cinta Yang Berpaling

Najokurata
Pertumbuhan
4 tahun yang lalu
 Istri Pengkhianat

Istri Pengkhianat

Subardi
18+
4 tahun yang lalu
I'm Rich Man

I'm Rich Man

Hartanto
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Mendadak Kaya Raya

Mendadak Kaya Raya

Tirta Ardani
Menantu
4 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu