Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu - Bab 169 Aku Pulang Denganmu

“Timothy! Ya Tuhan, sepertinya ia sedang menunggu seseorang!”

“Itu dia, benar-benar dia! Aku melihatnya di televisi dan merasa dia sangat tampan, siapa sangka aslinya lebih dewasa dan menarik!”

Rekan-rekan kerjaku berdiskusi di belakangku, tapi aku berdiri di sana, seluruh tubuhku terkejut, sama sekali tidak merespon untuk waktu yang cukup lama.

Megan yang berada di sisi menyenggolku: “Datang menjemputmu, cepatlah!”

Aku terpaku sejenak, setelah menyadarinya aku langsung bersembunyi di balik Megan, alhasil wanita ini langsung mengulurkan tangannya dan mendorongku, langsung mendorongku hingga sampai di depan Timothy, “Direktur Huang, silahkan bawa orang ini, kami bersiap-siap untuk pergi.”

Mendengar ucapan Megan, tidak kuasa aku menendangnya.

Tapi sebelum sempat aku menendang, suara Timothy pun terdengar: “Jane, aku datang menjemputmu pulang.”

Begitu menengadah aku langsung melihat sepasang mata hitamnya, hari ini hujan, ia memegangi sebuah payung hitam, menghalangi sinar bulan, lalu sinar lampu yang memancar dari balik tubuhku menyoroti wajahnya.

Jelas-jelas aku sudah mengenalnya dari lama, meski di tengah perjalanan kami bercerai, namun kini Victor sudah satu tahun setengah, tapi degup jantungku justru berdetak lebih kencang dibanding sebelumnya.

Melihatku tak berkutik, ia mengulurkan tangannya dan menggandengku, lalu menoleh memandang rekan kerjaku: “Aku menjemput Jane pulang, terima kasih untuk perhatian kalian padanya selama ini.”

Suaranya terdengar dingin, namun setiap katanya mengalir di telingaku, membuat diriku panas.

Tangan kiriku digenggam erat olehnya, belom sempat aku bereaksi, ia sudah membawaku pergi.

Samar-samar masih terdengar suara rekan-rekan kerjaku membicarakanku di belakang: “Ya Tuhan, ada hubungan apa di antara Jane dan Timothy?”

“Apakah kau buta! Hubungan apa kau masih tidak bisa menebak?”

……

Perlahan berjalan menjauh, aku tidak mendengar apapun, nalarku juga perlahan kembali, menengadah menatapnya: “Bukankah kamu di Kota A?”

“Siapa bilang aku di Kota A?”

Ia bertanya, membuatku berpikir, benar juga, aku tidak bertanya di mana dia, hanya saja mengira ia ada di Kota A, otomatis tidak mungkin muncul di sini.

Pantas saja ketika sedang makan ia bertanya aku berencana ke mana, saat itu hanya membalasnya, tidak berpikir panjang, siapa sangka ia benar-benar datang menjemputku!

Tiba-tiba aku teringat satu hal penting, wajahku tegang: “Apakah tadi rekan-rekan kerjaku melihatmu?”

“Apakah aku sebegitu tidak mengundang perhatian?”

Kata-katanya membuyarkan pikir, aku mengulurkan tangan memegangi wajah: “Bagaimana kau datang dengan tiba-tiba!”

Aku sudah mau pergi, malahan tidak bisa mencegahnya di saat-saat terakhir!

Meski mungkin saja setelah ini tidak akan ada kesempatan untuk bertemu lagi, tapi ……

Sudahlah, bagaimana pun juga ini semua sudah terjadi, aku tidak bisa mengubahnya lagi.

Setelah mendinginkan pikiran sesaat, aku menoleh memandang Timothy: “Kau bagaimana bisa tiba-tiba datang, perusahaan di sana……”

“Sudah di selesaikan, kapan kau berencana kembali ke Kota A?”

Aku cemberut, lalu menarik sabuk pengaman: “Tunggu dulu sebentar, rumahku belum terjual.”

Selesai berbicara, tanganku menjadi hangat, baru kusadari Timothy memegang tanganku.

“Kau kembalilah dulu ke Kota A, masalah rumah aku akan menyuruh orang untuk menyelesaikannya.”

Aku mengerutkan alis: “Akan kupikirkan lagi.”

“Apa yang akan kau pikirkan, masalah di sini sudah di selesaikan dengan baik, bukankah seharusnya kembali ke Kota A?”

Aku memiringkan wajah menatapnya, langit sudah gelap, lampu jalan menyinari wajahnya.

Bagaimana aku meninggalkan Kota A tiga tahun yang lalu, aku masih mengingatnya dengan jelas.

Bicara jujur, meski aku tinggal di Kota A untuk waktu yang lama, tapi luka yang diberikan oleh kota itu cukup besar, aku agak sedikit takut untuk kembali ke sana.

Sebenarnya begini pun baik, tapi aku tahu, keinginanku ini tidak realistis.

Aku dan Timothy tidak bisa terus begini, apalagi masih ada Victor.

Masalah kota asal Victor masih belum terselesaikan hingga kini, lewat satu dua tahun lagi, Victor akan memasuki taman kanak-kanak ……

Memikirkan beberapa masalah, aku tahu aku tidak bisa hanya memikirkan diriku sendiri.

Tapi aku juga tidak ingin kembali dengan begitu cepat, beberapa waktu ini aku menyerahkan pekerjaan kantor, meski tidak terhitung sibuk, tapi juga tidak ada waktu untuk mengatur masa depan diri sendiri dengan serius.

Sepertinya Timothy marah, sepanjang jalan, ia tidak berbicara sama sekali.

Victor sudah tertidur ketika kami kembali, baru saja aku membuka pintu, tiba-tiba Timothy menekanku ke tembok.

Aku takut membangunkan Victor, tidak berani dengan suara keras, hanya bisa memelototinya, dengan suara yang tertahan: “Apa yang kamu lakukan?!”

Ia tidak menjawab pertanyaanku, langsung menunduk dan menciumku.

Aku menghindar, ciumannya mendarat di wajahku. Ia tidak menyerah, mengulurkan tangannya dan memegangi wajahku, sekali lagi menciumku.

Kali ini aku tidak bisa menghindar, hanya bisa membiarkannya mencium.

Kemampuan mencium Timothy sungguh hebat, dari dulu aku tidak mampu bertahan lama, sama seperti sekarang, tidak lama, seluruh tubuhku melunak.

Ia menciumku selama tiga menit baru melepaskannya, hanya saja ketika meninggalkan bibirku ia menggigit bibir bawahku: “Apakah kau akan pulang denganku?”

Mendengar ucapannya, aku tidak bisa menahan tawaku: “Aku juga tidak bilang kalau tidak akan pulang denganmu.”

“Selasa minggu depan aku akan pulang, kuberi kau waktu selama tiga hari, Selasa depan bereskan barangmu dan pulanglah denganku.”

Pulang.

Satu kata sederhana darinya, membuatku lemah, mataku terasa panas, akhirnya aku tidak bisa menahannya lagi: “Baiklah.”

Baru saja menjawab, ia menciumku sekali lagi, tanpa henti, seperti tetes air hujan yang saling menyambut.

Tangannya menerobos masuk ke dalam pakaianku, kuku jari tangannya dingin, aku tidak kuasa bergetar, detik selanjutnya, tangannya sudah berada di bagian depan tubuhku.

Ia meraba, meremasku, hampir saja aku mengeluarkan suara.

Menyadari hilang kendali, aku buru-buru mengatupkan gigiku.

Timothy menyadarinya, tiba-tiba ia tersenyum ke arahku, tangannya sedikit bergerak, aku gemetaran sedikit, ia menunduk, mendekatkan diri pada telingaku: “Jane, teriaklah.”

Aku menggeleng, “Tidak mau – ah!”

Aku langsung mengatupkan gigiku, ia mengulurkan tangan dan menarik celanaku, sebelum aku tersadar, tangannya sudah meremas pinggangku dan mengangkatku, tangan satunya melepaskan celanaku, seluruhnya terlepas dariku.

Malam kemarin, baru saja menyadari, ia menunduk dan sambil menciumku sambil berkata: “Jane, aku sangat merindukanmu, apakah kau merindukanku?”

Sementara ia berbicara, aku mendengar suara sabuk yang dilepaskan, aku hanya bisa merasakan tubuhku panas dan melunak, tidak bisa tidak mengulurkan tangan dan mengalungkannya di bahu Timothy, jika tidak aku akan terjatuh menuruni tembok.

Ia melepaskan bajunya sendiri, menekanku dan menaruhku di hadapannya: “Ia juga merindukanmu.”

Mendengar ucapannya, wajahku semakin panas, sepertinya ia semakin bangga, akhirnya aku tidak bisa menahannya lagi, aku menggigit bibir atas Timothy: “Diam kau – ah!”

Ketika aku tidak memperhatikan, ia malahan justru mengangkat kakiku dan memasukannya ke dalam!

Novel Terkait

Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
Mr Huo’s Sweetpie

Mr Huo’s Sweetpie

Ellya
Aristocratic
3 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
Mr. Ceo's Woman

Mr. Ceo's Woman

Rebecca Wang
Percintaan
3 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Superhero

My Superhero

Jessi
Kejam
4 tahun yang lalu