Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu - Bab 198 Jane TsuKamu Mau Ribut Gimana Terserah

Dia bukan saja tidak melepaskan tangannya, tapi juga menarik aku dengan keras ke dalam pelukannya.

Kalau beberapa kali sebelumnya aku hanya sebel, tapi kali ini aku benar-benar marah.

Pada saat dia mengangkat tangan dan menarik aku ke dalam pelukannya, aku mengangkat tangan memberi dia satu tamparan.

“Plak”

Ini aku menamparnya dengan tenaga, mukanya Timothy Huang segera muncul tanda lima jari aku.

Kulitnya lebih putih dibanding pria umumnya, tanda lima jari yang aku pukul tercetak di wajahnya, sangat jelas.

Kalau biasanya, aku melihat, meskipun semarahnya aku, dalam lubuk hatinya selalu terasa agak sakit .

Tetapi rasa sakit di dahi aku sekarang telah mengingatkan aku, apa yang dia tadi lakukan.

Aku sama sekali tidak merasa sayang kepada dia, aku hanya menyayangii diriku sendiri.

“Lepaskan!”

Aku melihatinya, wajah mukanya membiru.

Dia tunduk kepala melihat aku, menahan sepasang tangan aku dengan erat, satu badan aku di tekan dalam pelukannya, tidak bisa bergerak sama sekali.

“Apakah marahnya sudah hilang?” kalau belum, maukah pukul lagi sebelahnya, biar bisa seimbang?”

Ekspresinya sangat serius, tapi perkataan yang di keluarkan malah sangat kurang ajar.

Aku marah sampai tangan gemetaran: “Timothy Huang, aku bilang, lepas tangan kamu!”

“Tidak mau lepas, Jane Tsu, aku bersalah, kamu jangan marah.”

Dia menundukkan kepalanya dan menekan bahuku dengan dagunya, memaksa menahankan satu badan aku.

Aku mendengar perkataannya, hanya merasa lucu saja: “Kamu bersalah? Tidak, kamu mana ada salah, yang salah itu aku!”

Pada awalnya bersumpah dengan setulus-tulusnya bilang mempercayai aku, tapi sekarang?

Kepercayaan itu seperti begini?

Aku boleh menahan rasa cemburunya, karena ini pertanda dia mencintai aku.

Tetapi beginikah dia mencintaiku?

Sedangkan sendiri tidak jujur kepada aku masalahnya Michelle Lin, sendirinya malah duluan mencurigai aku dan Cedric Xu, dan bertanya saja juga tidak tanya.

Aku benar-benar tidak tahu haruskah aku mempercayainya lagi, dia sudah bukan pertama kali tidak

mempercayai aku.

Dari dulu begitu, selalu menganggap dirinya benar, juga tidak pernah bertanya ke aku, langsung memberi hukuman mati kepada aku.

Aku sudah bukan gadis kecil yang umur dua puluh, aku sudah berumur tiga puluh, anakku sudah bisa memanggil aku ibu.

Meskipun aku tidak ingin mengakuinya, tapi aku mau tidak mau harus mengakuinya juga, aku juga tidak ada modal alamiah sama sekali.

Tapi sebenarnya, aku juga sudah tidak polos lagi.

Aku benar-benar sudah lewat masa usia yang di bujuk bisa langsung memaafkan seseorang,di banding kata-kata manisnya, aku lebih ingin melihat perubahannya yang berpijak pada realitas, biarpun hanya sedikit aja.

“Aku tahu aku bersalah, Jane Tsu, aku benar-benar sudah tahu.”

Perkataannya bunyi di telinga aku, aku sama sekali belum pernah terasa begitu sindir.

Perkataan- perkataan ini, aku sendiri tidak tahu sudah mendengar berapa kali, sama persis.

Pada awalnya berada di kota D juga begitu, dan awalnya kita masih belum bercerai, dia juga bilang begitu.

Dia berkali-kali mengaku salah, berkali-kali memberi janji, tapi pada akhirnya tetap saja mengulang lagi.

Mungkin perempuan lain akan sangat senang, tapi aku tidak bisa.

Jelas jelas suami istri adalah hubungan dua orang yang paling intim di dunia ini, aku dan dia baru

pasangan yang menemani selama sisa hidup, tapi tetap saja tidak bisa memiliki kepercayaannya.

Masih adakah masalah yang lebih konyol dari ini?

Dua orang yang saling mencintai, oh bukan, secepat mungkin, kita akan menjadi suami istri. Suami istri yang saling mencintai, bahkan sedikit memiliki dasar kepercayaan juga tidak ada.

Bukankah ini lucu?

Ini bukan hanya sekedar konyol saja, ini juga menyedihkan!

Aku tidak ingin berdebat dengan dia, juga tidak ingin membicarakan apapun, “lepas kamu, aku sakit kepala, ingin mandi dan pergi tidur.”

Mungkin perkataannya sedikit berpengaruh, dan akhirnya Timothy Huang melonggarkan tangannya, tapi tetap tidak melepaskan tangannya.

Dia menundukkan kepalanya dan melihat ke aku, dengan sangat hati-hati: “Apakah kamu sudah memaafkan aku?”

Aku tidak melihatinya, juga tidak menjawab pertanyaannya, hanya berkata: “Dahi aku sakit.”

Dia kira-kira juga sudah tau pemikiran aku, wajah mukanya sangat tidak baik, sampai akhirnya dia tetap melepaskan tangannya juga.

Aku pergi dari pelukannya, satu tatapan pun juga tidak melihatinya, mengangkat kaki jalan ke depan, tapi dia tetap tidak mau menyerah dan di belakang aku berkata: “Jane Tsu, kamu mau ribut gimana terserah, tapi kamu tidak boleh bilang putus.”

Aku menarik sudut mulut ke kiri kanan, tidak berkata, dan berjalan ke kamar.

Ribut?

Aku mana ada tenaga ribut dengannya, aku sudah kehabisan tenaga.

Perang dingin sangat menyakiti perasaan, walaupun sebelumnya aku juga pernah perang dingin dengan Timothy Huang, tapi aku hanya ingin mengabaikannya selama beberapa hari, bukan benaran mau perang dingin dengan dia, juga bukan benar-benar ingin mau pisah dengan dia.

Tetapi setelah malam ini, aku benar-benar harus memikirkannya lagi masalah aku dan dia, harus

bagaimana melanjutkan masa depannya nanti.

Aku dan Timothy Huang sudah tidak kecil lagi, tapi kalau kita benar-benar bertengkar, juga tidak lebih baik dibanding anak muka.

Sekali dua kali bisa di katakan menyenangkan, kalau berkali-kali begini, sudah bukan menyenangkan lagi.

Aku merasa, aku dengan Timothy Huang, sifat tidak terlalu cocok.

Ini adalah sebuah masalah yang fatal.

Sifat tidak cocok.

Dulunya aku tidak terlalu mengerti kenapa pasangan bisa berpisah, gimana mungkin ada alasannya karena sifat tidak cocok?

Tetapi sekarang terjadi pada dirinya sendiri, aku malah sedikit mengerti.

Kalau ganti jadi orang lain, aku akan berpikir dua hal sekecil ini, pastinya tidak akan ribut sampai seperti aku dan Timothy Huang sekarang ini.

Aku mengenal Timothy Huang sudah lima tahun, tidak pernah kebingungan seperti sekarang ini.

Aku dan dia sebenarnya masih bisakah berjalan terus?

Meneruskannya, kalau kejadian begini terus bertimbul, aku berani menjamin, apa setiap kali kita berdua dapat mempertahannya?

Betapa dalamnya perasaan, jika ribut terus, pasti suatu hari nanti, juga ada satu sisi yang lelah.

Bilang aku penakut bagus, bilang aku egois juga bagus, yang penting aku sekarang, sudah tidak takut lagi, ingin menghindarinya.

Selesai mandi keluar, aku baru sadar di dahi aku ada benjolan biru, karena ada rambut menutupinya, tidak terlalu kelihatan juga, tapi jika rambutnya di naikin, dapat melihat benjolan yang sebesar koin.

Aku tahu Timothy Huang bukan sengaja, tapi membikin jadi begini, tak lain hanya pencurigaan dia terhadap aku.

Mengingat sampai disini, aku kembali kepermulaannya lagi.

Sungguh menyebalkan, dan tidak tau juga harus gimana, bagaimanapun juga aku sekarang bukan hanya diri aku sendiri.

“Jane Tsu.”

Aku baru saja mau tidur, tidak tahu Timothy Huang gimana masuknya.

Dia berdiri di tempat yang berjarak satu meter lebih dari aku, tidak bergerak lagi, menunduk kepala melihat aku: “Sorry.”

Dia barusan mandi, tanda tamparan di mukanya sudah menghilang sedikit, rambut yang baru cuci turun kebawah, terlihat seperti tidak bersalah.

Aku hanya melihat dia sebentar, “kamu keluar saja, aku sudah mau tidur, besok masih harus pergi kerja.”

“Ayo kita bicarakan.”

Dia maju satu langkah ke depan, jarak antara aku dan dia mendekat sedikit.

Aku tidak tahan langsung mengerutkan keningnya: “kamu jangan jalan kemari.”

Dia benar-benar tidak bergerak lagi, aku mengangkat tangan dan menekan dahi yang bagian ketabrak: “Hari ini sudah malam sekali, ada urusan apa, besok saja baru dibicarakan.”

Sebenarnya, aku tidak ada yang harus bicarakan kepadanya.

Dia sepatah kata pun tidak mengucapkannya sudah langsung pergi berdinas ke luar daerah, selama pergi menelepon sekali pun dan memberi sedikitpun kabar juga tidak ada, sekali pulang sudah hampir berantem dengan Cedric Xu.

Aku benar-benar tidak tau sendirinya dengan dia masih ada apa yang harus dibicarakannya, satu-satunya yang ingin aku lakukan sekarang adalah tidur.

Dua hari ini bermain banyak, badannya sangat lelah, hari ini ketemu masalah begini, hatinya lebih lelah lagi.

Tetapi dia selalu begitu, saat sendirinya ingin membicarakan, aku pun harus menurutinya.

Aku baru mengatakannya, dia sudah maju menarik aku: “Sepuluh menit saja.”

Novel Terkait

Now Until Eternity

Now Until Eternity

Kiki
Percintaan
5 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Istri ke-7

Istri ke-7

Sweety Girl
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu