Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu - Bab 193 Sungguh Tidak Tahu Malu

Orang ini benar-benar, sedikit toleransi juga tidak ada, semalaman hanya karena satu kata aku itu jadi disiksa bolak-balik.

Kalau bukan karena besoknya harus bekerja, aku tidak tahu Timothy Huang kapan baru mau melepaskan aku.

Dikarenakan Timothy Huang semalam tidak mengontrol, keesokan hari saat aku bangun sudah hampir terlambat.

“Jane Tsu? Jane? istri?”

Dari bangun tidur sampai sekarang, aku terus menolak berkomunikasi dengan Timothy Huang, akhirnya si muka tebal ini, yang terus mengganggu aku.

Didepan kebetulan lampu merah, dia mulai lagi mengulurkan tangannya menarik aku dan mengganggu aku.

Aku ada sedikit risau, mendorong dia sebentar: “kamu jangan sentuh aku.”

“Aku tidak sentuh kamu, kamu masih marah?”

“Huh.”

Aku dengan dingin huh sesaat, artinya tidak perlu penjelasan sudah bisa mengerti.

Mana ada orang seperti ini, gara-gara hal yang tidak nyata lalu menyiksa aku, keingat semalam aku memohon dia tapi dia tetap tidak mau melepaskan aku, kemarahan aku langsung datang.

Aku menemukan bahwa seperti ini tidak bisa, Timothy Huang jika marah akan memaksa membawa aku kekasur, sifat kejelekan ini benar-benar harus dirubah.

Berantam aku tidak akan bisa mengalahkannya, bicara aku juga tidak bisa menang dari dia.

Cara satu-satunya adalah tidak berbicara dengan dia, membuat dia menyadari kesalahannya sendiri baru bisa.

Memikir begini, aku menahan sepanjang jalan, benar-benar satu kata pun tidak memberi kepada dia.

Akhirnya mobil tiba didepan pintu perusahaan aku, aku ingin membuka pintu mobil turunl, malah menyadari Timothy Huang tidak membuka kunci pintu mobil.

“Buka pintu!”

“Tidak bisa, sebelum kemarahan kamu hilang, aku tidak akan membuka pintu.”

Aku benar-benar sangat kesal dengan Timothy Huang, dulu kenapa tidak sadar bahwa dia orang yang kurang ajar?

“Kamu buka pintu tidak?”

“Tidak buka.”

“Aku ketawa dengan dingin: “kamu tidak buka pintu, malam ini aku terpaksa tidur pisah kamar dengan kamu, lagipula kita belum mengambil surat nikah.”

“Kamu kekamar mana merasa aku tidak bisa masuk?”

Perkataan dia sekali keluar, aku marah sampai mukanya marah: “Timothy Huang!”

Suara perkataan aku baru berhenti, Timothy Huang tiba-tiba menyampingkan badan, selagi aku tidak perhatikan, menunduk kepala mencium bibir aku sebentar: “sudahlah, jangan marah lagi, aku sudah tahu salah, lain kali aku tidak akan mengganggu kamu begini lagi.”

Kata-kata satu perut aku, dia tiba-tiba mengaku salah begini, kalau masih saling tidak mau mengalah, sepertinya aku tidak masuk akal mencari keributan.

Nafasnya, tidak bisa naik, juga tidak bisa turun.

Pada akhirnya, aku hanya bisa mengangkat tangan mendorong-dorong dia: “Kamu bukakan pintu mobil, aku benar-benar mau pergi bekerja.”

Dia tidak bicara, mengangkat tangan mengelus-elus kepala aku: “istri yang baik.”

Orang ini membujuk anak kecil?

Tetapi aku sendiri juga payah, tidak tahan langsung ketawa: “cepatan buka pintu.”

“Baik, dengar perkataan istri.”

Aku benar-benar tidak tahan terhadap Timothy Huuang, mendengar suara kunci pintu terbuka, aku tidak berkata apa-apa lagi dengan dia, mendorong pintu mobil langsung turun.

Jalan sampai setengah, aku tetap tidak tahan membalikkan kepala, menyadari bahwa Timothy Huang duduk disana melihatin aku.

Sesaat, sepertinya semua kemarahan sudah menghilang.

Benar-benar payah.

“Suara berdecak lidah, dengan direktur Huang didepan pintu perusahaan menunjukkan cinta lagi.”

Aku baru jalan sampai depan lift, sudah mendengar suara Tifanny Xiang.

Wajah aku tidak tahan menjadi merah: “kebetulan sekali?”

“Aku setiap hari di jam segini, Jane Tsu aku! iya juga sih, dimata kamu hanya ada direktur Huang, mana ada aku.”

Tifanny Xiang ini, benar-benar ya!

Aku segera mencubit dia sebentar: “sudah sudah, jangan mengejek aku lagi.”

Dia menghadap aku tertawa-tawa: “dibilang-bilang, kamu tahu tidak, manager kita bagian pemasaran pernah mengejar direktur Huang?”

Alis aku gerak-gerak: “manager mana?”

“Masih ada manager yang mana, yang itu Michelle Lin.”

Bicara Michelle Lin, Tifanny Xiang wajahnya sangat tidak senang.

Aku baru saja bekerja tidak lama, terhadap masalah perusahaan masih banyak yang belum begitu paham, Michelle Lin ini, aku juga hanya mendengar namanya saja, bertemu saja tidak pernah bertemu.

“Dia, tidak akrab.”

Pintu lift terbuka, Tifanny Xiang mengangkat tangan mencolek aku: “Kamu tidak bisa mikir panjangkah? Kamu tidak tahu perusahaan kita tahun ini ada bekerja sama dengan IEC International Group? Michelle Lin ini memanfaatin masalah kerjasama ini, sudah berkali-kali mengajak direktur Huang bertemu berduaan.

Aku merasa sangat lucu: “Timothy Huang menyetujui tidak?”

“Itu malah tidak ada.”

Aku mendorong pintu kantor: “kalau begitu ya sudah.”

Tifanny Xiang melihatin aku, dengan ekspresi sangat memuja: “Bisa ya, Jane Tsu, kamu ini namanya tidak ada suara memenangkan yang bersuara.”

Aku tersenyum-senyum, tidak bicara apa-apa.

Lelaki seperti Timothy Huang ini, mengejar dia setumpuk, tapi jika aku mau cemburu kepada setiap orang, kalau begitu aku bukannya harus tiap hari mengelilingi Timothy Huang.

Tetapi Michelle Lin ini, diungkit sekilas oleh Tifanny Xiang, aku benar-benar tidak tahan mau awasi sekilas.

Siang bolong benar-benar tidak boleh mengatai orang, ini bukan, Tifanny Xiang baru mengungkit Michelle Lin ini dengan aku, aku hanya pergi mengisi air, sudah langsungbertemu dengan dia.

“Jane Tsu.”

Sebelum ini, aku terhadap Michelle Lin ini sedikit bayanganpun tidak ada, juga tidak perlu bilang wajahnya seperti apa.

Dengan dingin mendengar ada orang memanggil aku, melihat adalah karyawan perusahaan, aku dengan sopan bersenyum sebentar: “hallo.”

“Aku adalah Michelle Lin, manager bagian pemasaran.”

Mendengar dia memperkenalkan diri sendiri, senyuman dimuka aku menghilang sedikit, melihat dia mengulurkan tangan dan menjabat tangan dia: “sudah lama mengharapkan bertemu dengan anda.”

“Sepertinya direktur Huang tidak pernah mengungkit aku ke kamu.”

Didalam kata-kata ini memprovokasi sangat kuat, tetapi juga sangat mengetahui, jika disaat ini aku melanjutkan bertanya, akan kalah.

Walaupun tidak ada seorang wanita saat mendengar ada wanita yang suka lelaki sendiri dan berkata seperti ini malah tidak peduli sama sekali, tetapi didepan Michelle Lin, aku walaupun sangat peduli dia berkata ini, juga masih berpura-pura tidak peduli: “Dia terhadap orang yang tidak ada hubungan, selama ini tidak pernah mengungkit.”

“Oh iya? malah tidak kepikirann, aku ternyata adalah orang yang tidak berhubungan.”

Ekspresi wajahnya tidak berubah, terpaksa berkata, Michelle Lin ini benar-benar ada sedikit cara.

Aku tersenyum sesaat: “kalau ini aku sudah tidak tahu, tetapi dia tidak mengungkit nona Lin ini benar.”

“Tidak apa-apa, aku pergi sibuk dulu, nona Tsu.”

Dia berkata, dengan sangat bermakna melihat aku sesaat, aku sangat tidak suka pandangan dia begitu, melihat dia membalik badan pergi, aku dalam hati merasa ada sedikit sumpek.

Disaat ini Tiffany Xiang berjalan kemari, Michelle Lin barusan bilang apa sama kamu?”

Aku melihat dia sebentar, “dia tanya aku apakah Timothy Huang ada mengungkit dia didepan aku.”

“Cis, benar-benar tidak tahu malu!”

Melihat reaksi Tifanny Xiang sepertii ini, sumpek didalam hati aku berkurang lumayan banyak: “aku juga merasa dia sangat tidak tahu malu.”

Timothy Huang sudah begitu heboh melamar, dia masih saja bisa berkata perkataan seperti itu kepada aku. Wanita normal yang memiliki sedikit rasa malu juga tahu apa namanya menghindar dari kecurigaan orang, mana ada seperti dia, jelas-jelas sengaja datang menambah masalah aku.

Kamu jangan mendengar dia sembarangan bicara, wanita ini dari awal sudah bilang didalam kantor bahawa dia mau mengejar direktur Huang, dulu masih bilang direktur Huang dengan dia bagaimana ------”

Tifanny Xiang bicara sampai setengah, tiba-tiba sudah tidak bicara lagi.

Aku tahu dia ada masalah yang menyembunyikan dari aku, tidak tahan mengangkat-angkat alis: “Timothy Huang dengan dia kenapa?”

Tifanny Xiang selama ini ada apa bicara apa, akhirnya sekarang malah mau bicara tapi berhenti bicara lagi, aku menyadari bahwa masalah tidak beres, angkat tangan mencubit dia sebentar: “cepat katakan.”

“Jane Tsu, itu, aku ------”

Aku melihat dia mau kabur pergi, segera mengulurkan tangan menarik dia: “kembali, masalahnya bicara jelas dulu baru pergi!”

Novel Terkait

Loving The Pain

Loving The Pain

Amarda
Percintaan
5 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu
My Perfect Lady

My Perfect Lady

Alicia
Misteri
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
A Dream of Marrying You

A Dream of Marrying You

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Everything i know about love

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu
Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu