Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu - Bab 210 Jangan Menggangguku, Timothy

Hari berikutnya aku terbangun karena panggilan Timothy, beberapa hari ini aku sangat lelah, karena berpikir hari ini libur, aku tidur sampai tidak ingat dunia lagi.

Jika bukan karena Timothy yang menciumku, aku tidak tahu akan tidur sampai kapan.

Ketika aku merasakan ciuman di wajahku, aku masih mengantuk, aku mengangkat tangan dan menepuknya tanpa sadar, mataku masih tertutup: " Timothy, jangan menggangguku!"

Sangat susah menemui hari untuk bermalas-malasan, aku sangat ngantuk, dan sekarang ia berniat membuatku sadar, aku sangat ingin mendaratkan kedua tamparan ke pipinya.

Sambil memikirkannya, kedua tanganku juga segera melakukannya.

Tapi baru saja ingin mengangkat tangan, Timothy sudah menahan tanganku.

Aku merasa jari-jari ku sedikit sakit, aku membuka mata dan melihatnya sebentar, dan baru sadar bahwa ia sedang menggigiti jariku.

Aku sangat marah: “Jangan gigit aku! Aku ngantuk!”

“Sudah siang, Jane.”

Dia segera menyerbu-ku dengan pelukan, tangannya meraba-raba di tubuhku.

Baju tidurku yang longgar, memudahkan pergerakan tangannya kedalam sana, tangannya dengan cepat meraih menekan dadaku, dan dia mencubitnya dengan keras, menyebabkan aku sepenuhnya sadar sekarang: “Timothy!”

“Sudah jam Sembilan lewat, Jane.”

Mataku masih enggan membuka, tapi Timothy sama sekali tidak ingin melepaskanku.

Mendengar ucapannya, aku meraih ponsel dan melihat sekilas, dia benar, sudah jam setengah sepuluh.

Aku semalam jam setengah dua subuh baru tidur, tetap saja tidak habis pikir, walaupun merasa baru saja tertidur sebentar, ternyata sudah tidur delapan jam.

Nampaknya belakangan ini benar-benar kelelahan, tanpa sadar sudah tidur selama itu, aku masih saja merasa sangat mengantuk.

Aku baru saja meletakkan kembali ponsel, Timothy sudah menyingkapkan pakaianku.

“Apa yang kamu lakukan!”

Aku sangat terkejut, lalu buru-buru menahan tangannya.

Ia menengadah menatapku: “Diluar sangat dingin, sebaiknya kita tidak bepergian.”

Aku buru-buru membenarkan posisi bajuku, tapi tenaganya terlalu kuat, sehingga aku tidak sengaja merobek pakaianku sendiri.

“Kamu yang merobeknya sendiri, Jane.”

Wajahku terbakar, kemudian hendak bangkit. Tapi Timothy seperti tahu apa yang ingin aku lakukan, tangan dan kakinya lurus mengunci tubuhku.

Aku merasa lucu dan jengkel pada saat yang sama lalu mendorongnya: “Timothy—nghh!”

Ia menunduk dan langsung menciumku, aku tidak bisa menahannya, aku hanya membiarkannya menciumku.

Begitulah di pagi hari ini, aku ditangkap oleh Timothy dan kami berdua melakukannya berulang-ulang di dalam selimut, akhirnya aku sangat lelah sampai tidak punya tenaga lagi, kami berdua memutuskan untuk delivery order untuk makan siang.

Hotel yang aku tinggali lumayan strategis, walaupun bukan berada di tengah kota, tapi hanya butuh berjalan sepuluh menit untuk menjangkaunya.

Mungkin karena hari ini adalah tahun baru, orang dibawah sangat ramai.

Aku berdiri di tepi jendela dan menatap ke bawah, salju yang turun tidak begitu lebat, pasangan muda di bawah sana jalan berpegangan tangan di bawah payung.

Saat-saat yang sangat berharga.

“Apa yang kamu pikirkan?”

Timothy memelukku dari belakang, aku tidak mendorongnya pergi, hanya meraih jemarinya dengan tanganku dan memainkannya: “Kamu datang seperti ini, Victor pasti akan menangis, kan?”

Dia menunduk mengecupku sebentar: “Aku bilang padanya aku akan membawa ibunya pulang kerumah.”

Aku tertawa: “Dia masih kecil, kau sudah membohonginya seperti itu?”

“Aku tidak membohonginya, aku memang datang untuk mencarimu, kan?”

Aku tidak bisa menang mendebatnya, aku terlalu malas untuk lanjut membahas hal ini dengannya: “Kamu berencana datang berapa hari?”

“Aku akan pergi tanggal 4, besok malam ada pesta yang harus dihadiri, dan kamu harus menemaniku.”

Ini adalah pernyataan darinya, bukan pertanyaan.

Aku mengerutkan dahi: “Aku hanya libur hari ini, pesta besok malam, mungkin aku tidak bisa menemanimu.”

Beberapa hari ini aku lembur setiap hari, setelah besok, aku yakin juga akan lembur setiap hari.

“Sebegitu sibuk, ya?”

“Hmm, waktu untuk proyek ini tidak banyak, hanya dua bulan, kami tidak punya banyak waktu untuk membuang waktu pada rencana awal ini."

Dia terdiam sesaat, aku kira dia akan marah, aku menegaskan kembali: “Timothy, aku juga tidak tahu akan sesibuk ini.”

“Kita bicarakan nanti lagi.”

Aku tahu, dia sudah tidak memikirkan hal ini lagi ketika ia menjawabku demikian.

Aku sudah tiga hari di Kota J, tidak sekalipun jalan-jalan mengelilingi kota, ketika hari ini punya waktu, aku mempunyai ide.“ Sekarang baru jam dua lebih sedikit, bagaimana jika kita turun dan berjalan-jalan?”

“Kenapa kamu sangat energik?”

Dia menunduk menatapku, aku mendorongnya: “Bisakah pikiranmu serius sedikit?!”

“Apa yang kamu pikirkan , Jane Tsu?”

Dia hanya menarikku kembali dan mengunci tanganku, dia menekan tubuhku dan berbisik di sebelahku.

Napasnya yang hangat berhembus ke telingaku, dan aku merasa seluruh tubuhku memanas.

Aku tidak ingin berbicara dengannya lagi, atau tidak dia mungkin akan berbuat sesuatu lagi nanti.

Aku mendorongnya lagi: “Cepat ganti baju, ayo jalan-jalan.”

Selesai bicara, aku buru-buru lari, mencegahnya menangkapku kembali.

Sebelum keluar, aku mengecek suhu diluar terlebih dahulu, sekitar minus 7 atau delapan derajat, beberapa hari ini akan sangat dingin.

Jadi sebelum bepergian aku sudah membungkus seluruh tubuhku terlebih dahulu, dan syal di leher membungkus setengah wajahku.

Aku berbalik melihat Timothy, dia seperti tidak takut dingin, hanya mengenakan tiga potong baju, aku menjulurkan tangan meraih tangannya, dan menyadari tangannya hangat, akhirnya aku menyerah.

Jika saat aku raba tangannya ternyata dingin, tidak masalah untuk kembali ke kamar selagi kami masih berada di lobby hotel.

Walaupun aku sudah memakai baju berlapis-lapis, tapi saat berjalan keluar dan angin berhembus datang, aku tetap saja gemetar karenanya.

Timothy yang sedang memegang payung, mengulurkan tangan dan menarikku mendekat: “Dingin tidak?”

Tangan dan kakiku semua dingin, baru saja keluar, suhu tanganku sudah menurun.

Tanpa menunggu jawabanku, dia tiba-tiba menggenggam tanganku.

Sejujurnya, tangannya sangat hangat, tapi jika ia mengeluarkan tangannya, saat angin berhembus, tangannya dingin sampai kemerahan.

Aku mencoba menarik tanganku kembali, tetapi dia menangkapnya dengan erat, aku tidak bisa menariknya kembali, jadi lebih baik aku menyerah.

“Apakah kamu pernah datang ke Kota J sebelumnya?”

Aku tidak pernah datang sebelumnya, jadi jangan berharap padaku untuk memandu jalan.

Dia melihatku sekilas, “Tidak pernah.”

“Baiklah kalau begitu, kita jalan-jalan sembarangan saja.”

Walaupun Kota A juga turun salju, tapi tidak se-lebat salju di Kota J ini.

Aku mengenakan sepatu boot salju yang terbuat dari wol, kakiku tidak dingin, dan tanganku digenggam oleh Timothy juga tidak membeku.

Tapi berjalan dengan iringan salu ini, benar-benar sangat dingin, angin yang berhembus sudah seperti bilah pisau.

Aku benar-benar tidak tahan lagi, melihat sebuah pusat perbelanjaan yang ada didepan mata, aku buru-buru menarik Timothy masuk kedalamnya.

Ketika menoleh kembali, aku hendak bertanya padanya, apakah ia ingin menonton film, baru menyadari ia sedang menatapku dan menertawaiku: “Bukannya kamu bilang akan keluar berjalan-jalan?”

Aku berdeham, tidak ambil pusing dengan kegembiraannya: “Timothy, bagaimana kalau kita menonton film?”

Aku baru tersadar, bertahun-tahun aku bersama Timothy, kami belum pernah sekalipun menonton bersama.

Novel Terkait

See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
4 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Si Menantu Dokter

Si Menantu Dokter

Hendy Zhang
Menantu
4 tahun yang lalu