Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu - Bab 137 Lepasin Aku, Timothy

Aku termangu, otakku berasa mendengar suara ‘wwuunnggg wuungg wunggg” berdengung, aku langsung meminum pas terasa air itu menyentuh bibrku.

Baru minum sedikit Timothy sudah tarik kembali gelasnya, lalu disodornya sebuah pil ke aku : “Buka mulut.”

Kali ini tanpa mengatakan apa-apa aku langsung membuka mulut menelan obat itu.

Habis minum obat aku baru sadar, kudorong dia dan aku sendiri menepi ke samping : “Bagaimana kamu bisa masuk?”

Dengan datar dia menjawab : “Kamu yang buka pintu buat aku.”

Aku melipat bibirku dan menundukkan kepala melihat tanganku dengan agak gelisah.

Pikiranku agak kacau, tapi aku masih ingat besok harus bangun awal : “Aku mau tidur, kamu pergi saja.”

Keadaanku yang sekarang benar-benar tidak bisa berdebat sama dia, lagian aku juga tak bisa menang dari dia, gara-gara kepala yang pusing, pikiran dan tindakanku jadi tak sejalan dan lemot.

Dia tidak mengatakan apa pun, hanya agak mengangakan mulut seperti menjawab, tapi juga seperti tidak menjawab.

Aku melihatnya sekilas, akhirnya tanpa bersuara lagi aku pergi ke arah koper buat mengambil baju tidur dan mandi.

Tidak tahu apa karena aku mabuk atau kode koper yang rusak, aku tidak bisa membuka koper itu.

Timothy datang mendekat, “Berapa kodenya?”

Karena tidak jongkok dengan benar , tak sengaja aku jatuh ke lantai.

Dia tidak bersuara lagi, melainkan langsung mau membuka kunci koper.

Kunci yang dari tadi tak bisa aku buka langsung bisa dibuka sama dia, aku tercengang, kelihatannya dia juga tidak menduga, dia menatapi aku : “1118?”

1118?

Hari kami menerima surat nikah, koper ini dibeli pas mau pindah tinggal bersama dia, aku tidak pernah mengubah kodenya dari dulu, soalnya malas.

Dan sekarang dia tahu begini, malah membuat aku kelihatannya masih ada perasaan sama dia saja.

Aku menatapnya dan refleks mau langsung membantah, tapi mabuk itu membuat pikiranku jadi lamban, jelas-jelas yang mau aku bilang itu “Kamu jangan salah paham, aku cuma malas ganti saja”, akhirnya yang terucap dari mulutku malah : “Aku cuma suka pakai kode ini saja, semua kode di handphoneku juga ini, masalah?”

Habis ngomong begitu aku jadi menyesal, melihat senyuman di wajah Timothy aku jadi merasa aku sungguh mabuk berat.”

Dia membantu aku membuka koper, belum sempat aku merespon dia sudah sodorin satu set pakaian : “Mandi sana.”

Aku masih tidak bergerak, cuma menundukkan kepala melihati pakaian yang ada di tanganku.

“Mau aku yang bopong aku ke toilet?”

Perkataannya ini sedikit banyak berhasil mendorong aku jalan, mendengar omongan dia aku langsung bangkit berdiri, tapi karena tidak stabil, sekali bangkit langsung sempoyongan.

Timothy mengulurkan tangan memapah aku , “Aku bopong kamu saja.”

Aku termangu, tunggu sampai otakku sudah merespon, tangannya sudah mulai membopongku.

Refleks aku langsung berpegangan di lehernya, pas sadar aku langsung melepaskan pegangan dan benar-benar hampir jatuh ke lantai : “Turunin aku.”

Kelihatan sekali dia tidak berniat buat turunin aku, langsung dia bopong aku ke kamar mandi.

Setelah aku sudah berdiri sendiri dia menundukkan kepala melihatku : “Bisa mandi sendiri?”

“Keluar kamu Timothy!”

Kudorong dia sampai di depan pintu, dia menataku sebentar lalu keluar, tapi tidak lupa dia menambahkan : “Kalau ada apa-apa, panggil aku.”

Panggil apaan!

Aku memelototi pintu itu agak lama, merasa aku harus melakukan sesuatu, akhirnya aku buka pakaianku.

Ketika air yang hangat itu menyirami tubuhku, kesadaranku jadi lebih jelas, tapi uap air membuat pandanganku jadi tidak jelas.

Di luar diam sekali, aku rasa Timothy sudah pergi.

Kepikiran ini hati aku malah agak kecewa.

Mungkin karena mabuk, perasaan seseorang kayak gampang menjadi-jadi.

Karena tidak berdiri stabil saat lagi mau memakai celana, aku jadi agak terhuyung-huyung, akhirnya aku jatuh ke lantai.

Sebelum jatuh tanganku reflek mencengkram sesuatu, tapi tidak dapat dan malah menjatuhkan barang-barang di wastafel.

Rasa sakitnya tak tertahankan sampai aku menarik napas dalam, belum sempat aku berdiri lagi Timothy sudah mendorong pintu masuk.

Melihat dia masuk aku langsung berteriak : “Keluar kamu!”

Akhirnya aku sadar kenapa tadi aku memelototi pintu, itu aku mau kunci pintu, kenapa aku tidak kunci pintu!

Tampak dia tidak berniat mendengarkan aku, dia langsung lurus mendekati aku dan membungkukkan badan membopongku.

Setelah mandi kesadaranku sudah agak penuh, jadi sekali dia bopong aku, langsung kudorong dia : “Turunin aku Tim!”

Dia menundukkan kepala menatapku, perasaan yang tersirat dari sorot matanya itu tampak rumit sekali, suaranya juga agak berat : “Jane, jangan gerak sembarangan, aku tidak menjamin tidak akan terjadi apa-apa.”

Perkataannya itu membuat sekujur badanku membeku, pas ini aku baru sadar selain celana dalam, tidak ada apa-apa lagi di badanku.

Aku langsung menutupi diriku sendiri, sedangkan dia tetap membopongku keluar.

Dia meletakkan aku di ranjang, langsung kudorong dia, tapi tidak berhasil.

“Timothy!”

Dia mundukkan kepala melihat aku, sorot matanya membuat aku merasa seram, refleks aku meneriakinya.

Dia tidak bergerak sama sekali, mabuk aku sudah hilang setengah habis dilihatin begitu sama dia : “Awas kamu!”

Tapi dia masih diam tak bergerak seperti dinding.

Aku terbaring di situ, badanku hampir telanjang semua, dan dia masih lihatin aku seperti ini, aku mengangkat kaki ingin menendangnya, malah kakiku di cengkram sama dia.

“Lepasin aku Timothy!”

Dia turunin kaki aku ke bawah, lalu menarik selimut yang di samping untuk menutupi tubuhku : “Tidur.”

Sambil berkata, dia mendadak membalikkan badan masuk ke toilet.

Terdengar suara air mengalir dari dalam, aku yang terbaring di ranjang cuma mengerjapkan mata, pikiranku jadi kosong, seperti tidak ada satu pun yang bisa masuk ke otakku.

Dengan cepat dia sudah keluar dengan setengah badan berbalut handuk.

Aku baru saja mau turun dari ranjang dengan dibalut selimut buat mengambil air, tapi tak disangka baru saja jari kakiku menyentuh lantai sudah melihat dia keluar.

Mau tak mau aku akui, meskipun sudah dua tahun berlalu, badan Timothy ini sama sekali tidak berubah.

Perut sixpacknya masih tetap tampak jelas, air yang mengalir jatuh dari ujung rambut ke leher dan dadanya, mengalir mengikuti bentuk badannya yang bagus itu, dan terakhir hilang di handuk putih itu.

Aku diam melihati dia begitu saja, aku merasa malam ini aku sungguh mabuk sekali, sampai bibir mengering, sehingga tanpa bisa ditahan aku menelan ludah.

“Haus?”

Tidak tahu sejak kapan dia sudah di dekat aku, terasa suhu badannya yang hangat.

Refleks aku mundur, dengan tertawa menggoda dia membalikkan badan mengambilkan aku air.

Aku mengulurkan tangan menerimanya tanpa melihat muka dia.

Tidak tahu karena minum bir atau apa, sudah minum segelas besar air aku masih merasa haus.

Aku ingin mengambil air lagi, tapi tubuhku hanya berbalut selimut.

Timothy seperti tahu aku ingin apa, dia menglulurkan tangan mengambil gelasku lalu menyodorkan segelar air lagi.

Setelah minum dua gelas baru aku merasa tidak begitu haus lagi, saat aku mau baring kembali di ranjang baru teringat satu hal : “Kenapa kamu masih belum pergi?”

Novel Terkait

Diamond Lover

Diamond Lover

Lena
Kejam
4 tahun yang lalu
My Beautiful Teacher

My Beautiful Teacher

Haikal Chandra
Adventure
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Dalam

Cinta Yang Dalam

Kim Yongyi
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Awesome Guy

Awesome Guy

Robin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Antara Dendam Dan Cinta

Antara Dendam Dan Cinta

Siti
Pernikahan
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Asisten Bos Cantik

Asisten Bos Cantik

Boris Drey
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Dipungut Oleh CEO Arogan

Dipungut Oleh CEO Arogan

Bella
Dikasihi
5 tahun yang lalu