Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu - Bab 100 Lelaki Nona Tsu berganti Dengan Sangat Cepat

Aku dan Mike Qi untuk sekarang hanya berteman saja. Ia menyuruh ibunya membantuku menjaga Victor, aku benar-benar merasa tidak enak hati.

Tapi Mike Qi bersikeras, aku bahkan tidak bisa menolaknya.

Keesokan harinya Ibu Mike Qi pun datang, agak tidak sama dengan yang ku pikirkan.

“Hai, Jane Tsu.”

Ibu Mike Qi pagi-pagi sudah datang. Terawat, fashionable, aku bahkan tidak menyangka kalau ibunya sudah hampir enam puluh tahun.

Menghadapi orang yang lebih tua awalnya aku memang sedikit sungkan, tapi keramahan Ibu Mike Qi membuatku sama sekali tidak merasa sungkan: “Mike selalu bilang kalau dia mengenal seorang Mama yang cantik, setelah bertemu ternyata memang cantik, membuatku ingin menjadikannya anak perempuanku sendiri.”

“Hehe, Bibi.. ayo masuk.”

Aku dipuji sampai tidak tahu harus bicara apa, hanya bisa mengalihkan topik pembicaraan.

“Baby Victor dimana? Aku sudah lama ingin datang melihatnya. Mike bilang ia takut aku membuatmu kaget, sudah menahan selama ini, akhirnya punya kesempatan, aku ingin melihat Victor dulu.”

Sungguh..... sifatnya sangat betolak belakang dengan Mike Qi.

“Jangan di ambil hati, ucapan ibuku memang agak ngawur.”

Ibu Mike Qi menepuk Mike Qi: “Kau bisa bicara atau tidak? Wajar saja tidak ada perempuan yang mau padamu, syukurin! Mulutmu bodoh!”

Tidak ku sangka bahkan tentang Mike Qi yang mengejarku, ibunya pun tahu.

Namun dia bicara dengan sangat terus terang, membuatku bahkan untuk merasa canggung pun tidak sempat.

Mendengar ia menyebut Victor, aku segera mengajak ibu Mike Qi masuk kamar: “Victor belum bangun, dia sangat senang tidur.”

“Anak kecil memang begitu, bisa tidur itu harus! Aduhhh, benar-benar lucu!”

Bicara sesungguhnya, ibu Mike Qi sangat menyenangkan dan diluar dugaan.

Awalnya aku takut merepotkan ibu Mike Qi, akhirnya saat Victor terbangun, ibunya menggendong Victor seperti menggendong anak kesayangan.

Victor yang selalu saja menangis dan rewel, masih “hahaha”tertawa bermain dengan ibu Mike Qi.

“Apa kau masih khawatir?”

Aku berdiri di depan pintu,entah kapan Mike Qi sudah membawa air untukku.

Aku merentangkan tangan menerima, menggelengkan kepala: “Terimakasih, ibumu benar-benar menyukai anak-anak.”

Mike Qi yang selalu berwajah datar pun tersenyum: “Iya.”

Dia menunduk melihatku, sorot matanya sangat hangat. Aku tidak tahan dan segera mengalihkan pandangan: “Pesawat kita pesawat sore kan?”

“Jam tiga lebih.”

Aku menganggukkan kepala,”Kalau begitu aku ke kamar dulu mencari cincin.”

Walaupun sudah ku cari berkali-kali, tapi Timothy Huang bisa mengatakan bahwa cincin itu ada padaku, hanya saja aku tidak menemukannya.

Aku tidak menyerah, karena kalung dan cincin itu aku jadi harus bertemu dengan Timothy Huang untuk yang kedua kalinya, aku tidak berharap ada yang ketiga kali.

Tapi kenyataan berkata lain, aku sudah mencari satu jam lebih dan tidak menemukan apa-apa.

Setelah makan siang aku dan Mike Qi pun berangkat ke bandara. Supir di rumah Mike Qi pun datang menjemput ibunya pulang, Victor sedang tidur siang dipeluk oleh ibu Mike Qi, dia tidak tahu bahwa ibunya akan pergi berperang sekali lagi.

Tapi demi Victor, aku tidak bisa tidak pergi.

Bukan aku geer, Timothy Huang mempersulitku seperti ini, kalau aku tidak pergi ke kota A, aku benar-benar merasa dia akan datang ke kota D.

Ketika dia datang, Victor sudah tidak bisa disembunyikan.

Lebih baik aku yang pergi menghampirinya, aku bisa menerima segala kenangan yang bertubi-tubi, tapi tidak bisa menerima kesedihan karena kehilangan Victor.

“Apa kau ingin tidur sebentar?”

Aku sedang melamun, mendengar ucapan Mike Qi, aku mengangguk dan merentangkan tangan mengambil selimut yang ia sodorkan: “Terimakasih.”

Entah karena kali ini aku tidak sendiri pergi berperang, aku merasa tidak sekhawatir sebelumnya.

Saat pesawat mendarat di kota A waktu sudah menunjukkan pukul enam sore. Bulan november kota A belum terlalu dingin, jam enam matahari sudah terbenam, senja bercahaya, kemerah-merahan.

Pernah ku pikir bahwa aku tidak akan kembali lagi ke kota ini. Tapi tidak ku sangka, dalam waktu sebulan, aku sudah kembali dua kali.

“Hati-hati.”

Pundakku tiba-tiba terasa hangat, aku di tahan oleh Mike Qi. Saat menengakkan kepala, baru kusadari bahwa aku hampir menabrak tubuh orang didepanku.

“Terimakasih.”

Aku tidak berani berpikir banyak dan amburadul lagi, fokus jalan kedepan.

Aku tidak memberitahukan masalah kali ini kepada Cedrix Xu, sebelumnya Cedrix Xu pernah bilang bahwa masalah ini serahkan saja padanya.

Bukan aku tidak percaya pada kemampuan Cedrix Xu, aku hanya tahu sifatnya Timothi Huang, kalau dia bilang aku harus datang sendiri, aku harus datang sendiri. Kalau tidak, aku tidak tahu apa yang akan dilakukannya.

Karena sesampai dikota A sudah malam, aku dan Mike Qi langsung pergi makan malam. Aku mengajaknya berkeliling sebentar, lalu kembali ke hotel.

Sesampainya di hotel, ibu Mike Qi menggendong Victor video call dengan kami. Victor menepuk –nepuk video call, melihatnya aku jadi sedih.

Victor rindu mama, mama juga merindukan Victor.

“Kami akan segera pulang, Jane Tsu.”

Aku sedang bersedih, Mike Qi pun langsung mengucapkan kalimat pasti ini.

Aku menengakkan kepala menatapnya, aku benar-benar tidak mengerti. Orang yang awalnya aku temui apa bukan Mike Qi ya?

Aku sudah membuat janji pada pengacara Timothi Huang sejak awal, besok sore jam tiga kami akan bertemu.

Aku tidak menemukan cincin, juga tidak tahu harga cincin itu berapa. Jadi aku meletakkan uang yang diberikan Timothy Huang ketika bercerai dulu kedalam sebuah kartu dan membawanya pulang.

Aku tidak percaya berapa puluh juta tidak cukup untuk mengganti sebuah cincin.

Tapi cara Timothi Huang sangat tidak masuk akal. Aku sudah menyiapkan ganti rugi, dia bahkan tidak mau berpikir ke arah situ.

“Jane Tsu, jangan khawatir. Aku menemanimu.”

Baru saja keluar dari hotel, aku tidak berhati-hati dan hampir terjatuh.

Mike Qi menggenggam tanganku, mengerutkan alisnya: “Tanganmu terlalu dingin.”

Dia langsung melepaskan tangannya, aku juga tidak enak,”Tidak apa-apa, ku masukkan kedalam kantong sebentar juga sudah tidak apa-apa.”

Ini baru awal musim gugur, tanganku sudah sedingin ini.

Aku tahu, aku sedang takut.

Aku punya perasaan tidak enak, ditangan Timothy Huang, aku tidak pernah tidak dirugikan.

Mike Qi tidak bicara lagi,hanya membantuku membuka pintu dan membiarkan masuk. Aku mengucapkan terimakasih, menoleh melihat kearah jendela, tidak tau permainan apa yang akan dimainkan Timothy huang kali ini.

Saat sampai di cafe tempat janjian jam baru menunjukkan pukul 2.50, kami datang lebih cepat sepuluh menit.

Timothy Huang mereka juga belum datang, aku memesan dua cangkir latte. Merapatkan bibir, terdiam bersama Mike Qi menunggu kedatangan Timothy Huang.

“Nona Tsu.”

Di menit ke lima puluh lima Timothy Huang mereka datang, kali ini dia datang bersama pengacaranya, Nicole Shen tidak datang.

Saat aku menengakkan kepala, sudah terlihat sorot mata dingin dan gelap Timothi Huang.

Dia melihatku dari ketinggian, menaikkan sudut bibirnya, tersenyum dengan penuh sindiran: “Lelaki Nona Tsu berganti dengan sangat cepat, sebelumnya bersama Wakil Direktur Xu, kali ini bersama tuan ini, jadi tuan ini siapa?”

Novel Terkait

Mata Superman

Mata Superman

Brick
Dokter
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
5 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
4 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
5 tahun yang lalu
Uangku Ya Milikku

Uangku Ya Milikku

Raditya Dika
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu