This Isn't Love - Bab 142: Siapa Yang Tidak Mengakui?

Mansion

Olivia Zhi tidur sepanjang sore, sangat lelah hingga tidak bangun meskipun dia sangat lapar.

Saat Irsan Bo melangkah ke kamar, terdengar bunyi raungan perutnya. Ia mengerutkan kening, tetapi sudut mulutnya tidak bisa menahan untuk tidak membuka suara, "Bibi Zhan, bawakan aku secangkir susu hangat."

Olivia Zhi tiba-tiba mendengar suara Irsan Bo, yang membuat seluruh tubuhnya tesadar. Otak kecil itu bisa menyerang kapan saja.

Irsan Bo bersandar di pintu dengan alis terangkat dan menatapnya dengan senyum lucu: "Kenapa, tidakkah kamu mengenalku, atau apakah setelah menggunakanku, tidak ingin mengakuinya?"

Satu kata membuat Olivia Zhi ingin memukul bantal!

Siapa yang menggunakan siapa?

Siapa yang tidak mengakuinya?

Mulut pria ini, bagaimana dia bisa selalu membalikkan fakta?

Irsan Bo melihat wajahnya yang marah sambil tersenyum, dan mengagumi setengah dari bahunya yang tak sempat ia tutup, kini tenggorokannya terasa agak kering.

Olivia Zhi segera membungkus dirinya, dan wajah cantiknya berubah menjadi merah, yang secara bertahap menyebar ke seluruh tubuh halusnya.

Dia

Mengapa dia menatapnya?

Tatapan dalam Irsan Bo semakin menjadi-jadi. Melihat pria itu seakan tak mampu menahan diri dan ingin melangkah, Bibi Zhan datang dengan susu: "Tuan muda, susu yang kamu inginkan."

Bibi Zhan curiga dengan situasi di ruangan itu, dan tiba-tiba seluruh pikirannya tergerak. Dia menebak sesuatu tadi malam, tapi dia tidak mengira itu benar-benar terjadi …

Irsan Bo mengambil susu dan batuk dua kali: "Baik, kamu turun. Olivia dan aku tidak makan di rumah sore ini."

Bibi Zhan mengangguk dan berbalik pergi. Kejutan memenuhi lubuk hatinya. Hal pertama yang dia pikirkan adalah Paula Chu. Apakah nona Chu tahu tentang ini?

Setelah Bibi Zhan pergi, Irsan Bo duduk di samping tempat tidur dengan susu dan menyerahkannya: "Habiskan ini lalu bersiap-siap, dan aku akan membawamu makan malam."

Sepanjang malam tadi begitu Gairah…bah kan beristirahat sepanjang hari tidak mampu mengembalikan seluruh tenaganya.

Olivia Zhi dengan hati-hati mengulurkan tangan kecil untuk mengambil susu, dan kewaspadaannya membuat Irsan Bo ingin tertawa.

Jika ia ingin melakukan sesuatu, apakah Olivia Zhi bisa menolak?

Olivia Zhi menghabiskan susu dengan cepat. Perutnya yang lapar sedikit lega. Lalu dia menatap Irsan Bo yang masih duduk di ranjang. "Kamu tidak pergi?"

Tawa Irsan Bo hampir pecah. Olivia Zhi menarik selimut dan membungkus dirinya bagaikan sepotong kue dengan raut pucat : "Irsan Bo, kamu ..."

"Apa menurutmu itu berguna?" Irsan Bo menyela dengan senyuman, dan tiba-tiba merasa Olivia Zhi sangat imut.

Dia tidak menjadi santai meskipun telah memiliki hubungan badan dengannya, dia juga tidak dengan mudah memberikannya hati.

Olivia Zhi memelototinya dengan marah, "Keluar!"

Jika dia tidak pergi, dia tidak mau bangun. Dan pagi ini dia diam-diam melihat tubuhnya sendiri, ia penuh dengan jejak biru dan ungu, memalukan!

Meskipun ini semua dilakukan oleh pria di depannya, dia tetap tidak bisa telanjang di depannya.

Irsan Bo tertawa dan menggodanya. Tepat sebelum Olivia Zhi mengamuk, ia bangkit dan berjalan ke pintu : "Aku menunggumu di sini. Cepat."

Olivia Zhi memperhatikannya dengan cermat dan memastikan dia tidak akan mengintip, dia segera bangun dan bergegas ke kamar mandi.

Air di kamar mandi "berderak" dan Irsan Bo dengan tenang menunggu di pintu. Hatinya dipenuhi dengan perasaan misteruis.

Ternyata, ia bukan pria yang tidak mengenal cinta, hanya saja pada saat itu ia belum menemukan cintanya.

Olivia Zhi cukup lama di kamar mandi sebelum keluar. Dia kembali ke kamar dengan handuk mandi dan mengganti pakaiannya. Irsan Bo masih menunggunya.

Setengah jam kemudian, Olivia Zhi sudah siap. Irsan Bo maju dan meraih tangan kecilnya: "Ayo pergi. Sudah waktunya makan malam."

Pada saat itu, Olivia Zhi yang berdiri di depannya merasa seakan sedang berhalusinasi.

Menangkat kepala dan melihat pria di depannya, yang mengulurkan tangan dengan mata terkulai. Ia diam-diam mendengarkan detak jantungnya sendiri, ini terasa seperti mimpi terindah.

Indra keenam seorang wanita selalu kuat, tetapi Olivia Zhi tidak menyangka mimpinya akan bangun begitu cepat.

Sebelum berangkat, Irsan Bo menyerahkan pisang kepada Olivia Zhi. Olivia Zhi yang lapar mengambilnya sambil tersenyum. Jantungnya masih berdebar kencang: "Terima kasih."

Irsan Bo terkekeh dan melaju ke Hotel Glory : “Setelah makan malam, aku akan mengantarmu ke rumah sakit untuk diperiksa. Aku takut aku menyakitimu kemarin."

Kalimat itu jatuh, dan Olivia Zhi hampir tersedak pisang.

"Bagaimanapun, lebih baik dicek.” Irsan Bo berbisik, "Kalau kamu baik-baik saja aku akan mengantarmu kembali ke rumah lamaku. ”

Mendengarnya, Olivia Zhi di kursi penumpang benar-benar bingung, tertegun dan menoleh untuk melihatnya.

Irsan Bo melirik dengan lembut: "Ada apa?"

Olivia Zhi mengawasinya diam-diam, tapi hatinya tidak bisa berhenti berdetak gila, memikirkan apa yang dia lakukan ketika membawanya kembali ke kediaman keluarga Bo.

Irsan Bo meliriknya tanpa mengucapkan sepatah kata pun, namun mulutnya tersenyum lebar, yang dengan jelas menunjukkan canda dan godaan.

Olivia Zhi, dengan hati yang tak karuan mengikutinya berjalan menuju Hotel Glory. Willy Ke, yang belum sudah lama menunggu di depan pintu datang menyapa : "Tuan muda"

Irsan Bo mengangguk sedikit, Willy Ke menatapnya dengan mata berat. Irsan Bo hanya berbalik dan memegang tangan kecil Olivia Zhi.

Saat itu, Olivia Zhi membeku.

Ini di luar ruangan. Jika orang melihat mereka seperti ini, akankah…

Sesuai dugaannya, tak perlu melihat orang lain, Willy Ke saja sudah mengerutkan kening dan tangan kecilnya menyelinap keluar dan mundur dua langkah untuk menghindari Irsan Bo.

Irsan Bo mengerutkan kening dan hendak berbicara, tapi Olivia Zhi memuka suara pada Willy Ke, "Manajer Ke, aku sangat lapar, tolong sajikan makanan."

Willy Ke tertegun sejenak, dan dengan cepat meminta orang untuk membawa Olivia Zhi masuk. Irsan Bo di belakangnya menekan amarahnya dan tidak berbicara.

Olivia Zhi bergegas ke ruang VIP sampai tidak ada orang lain di sekitarnya. Saat Irsan Bo masuk ke ruangan, dia tidak bisa menahan raut cemberut.

Apakah bersamanya begitu menyulitkan?

Segera setelah mereka duduk, para pelayan menyiapkan meja penuh makanan mewah.

Olivia Zhi mulai makan tanpa mengucapkan sepatah kata pun kepada Irsan Bo. Meskipun dia sangat lapar, tata krama meja masih sopan dan elegan.

Irsan Bo memperhatikan dengan tenang, dan amarahnya meredam saat ini. Tampaknya tidak ada yang lebih penting daripada memberinya makan dengan baik.

Irsan Bo menyajikan Olivia Zhi semangkuk sup, dan dari waktu ke waktu memasukkan beberapa sayuran ke dalam mangkuknya. Alhasil, Willy Ke tercengang,

"Di kamar mana Paula Chu tinggal?" Tiba-tiba, Irsan Bo bertanya.

Olivia Zhi berhenti minum sup. Willy Ke menunduk dan berkata, “Nona Chu…tinggal di kamar standar.”

Awalnya, Willy Ke mengira Irsan Bo akan marah, tetapi dia berkata, “Baik. Kedepannya, dia akan menjadi tamu biasa. Mengerti?"

Mendengar dan melihat situasi, hanya idiot yang tidak tahu apa yang sedang terjadi!

Setelah menyelesaikan masalah Irsan Bo, Toni Cai datang untuk memberitahunya tentang masalah ini. Willy Ke langsung memarahi Toni Cai.

Dasar bodoh, mengapa begitu lambat?

Suasana di ruang VIP cukup baik, tapi pintunya tiba-tiba diketuk oleh pelauan. Detik berikutnya, Paula Chu muncul di ruangan: "Irsan..."

Senyuman di wajahnya terhenti saat melihat Irsan Bo membantu Olivia Zhi mengambil makanan.

Novel Terkait

Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
4 tahun yang lalu
Thick Wallet

Thick Wallet

Tessa
Serangan Balik
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
The Richest man

The Richest man

Afraden
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
4 tahun yang lalu