Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu - Bab 191 Rencana Kapan Menikah

Dia melihat aku begitu, aku benar-benar tidak tahu aku harus berkata jujur, atau harus berbohong dengan niat baik.

Pada saat aku sedang ragu, wajah Timothy Huang tiba-tiba murung lagi: “segitu sulit dijawabkah?”

Mengangkat kepala melihat ekspresi wajahnya, aku tiba-tiba tidak ragu lagi, segera menggelengkan kepala: “Tidak.”

“Iya?”

Ekspresi wajahnya membaik sedikit, tetapi melihat aku, jelas sekali ada sedikit tidak percaya.

Aku tahu jika saat ini aku ada sedikit ragu, masalah akan kacau, jadi segera membuka mulut berkata: “benar-benar tidak ada, aku hanya bicara sembarangan dengan teman kamu saja.”

“Huh.”

Dia dengan dingin bersuara, menundukkan kepala langsung menciumku.

Aku gerak-gerak, keingat besok adalah hari senin, tidak tahan mengingatkan: “Besok harus bekerja.”

Suara bicara aku baru saja berhenti, dia tiba-tiba ketawa, menundukkan kepala melihat aku, pandangan itu membuat aku tidak tahan merasa panas: “Kamu ketawa apa?”

“Kamu memangnya dari pagi sampai malam selalu memikirkan masalah begitu ya?”

“Kamu bicara sembarangan apa, jelas-jelas adalah kamu!”

Kulit muka aku tidak setebal dia, kata-kata begini bagaimana mau melanjutkan lagi.

Malahan dia menunduk kepala begitu melihat aku, sepertinya tahu kalimat selanjutnya aku mau berkata apa, tinggal tunggu aku membuka mulut berbicara.

“Aku apa? Kamu lanjutkan bicara, otak aku ada sedikit tidak lancar, kamu tidak bicara jelas, aku tidak akan mengerti.”

Orang ini, jelas sekali sengaja.

“Kamu cepat melepaskan aku, aku mau pergi mandi.”

Sekarang ini sudah tidak pagi, jika tidak pergi mandi, besok aku kemungkinan tidak bisa bangun.

Dia tumben dengan gampang melepaskan tangan, hanya saja mengangkat kepala melihatin aku, “aku hanya ingin mencium kamu saja, istri, kamu beritahu aku, apa yang kamu pikirkan?”

Aku mengangkat tangan menangkap guling yang disamping dan melemparkan ke wajah dia: “sana pergi, aku mau pergi mandi!”

Selesai bicara, aku segera lari ke kamar mengambil baju pergi mandi.

Timothy Huang malam ini malah benar-benar tidak menyentuh aku, setelah selesai mandi kemudian matikan lampu dan naik keatas ranjang berbaring dengan tenang.

Karena keluar bertemu dengan teman dia, kita selesai mandi sudah mau jam dua belas, jam biologis aku sudah seharusnya tidur, berbaring sebentar sudah ketiduran.

Ditengah-tengah linglung, aku sepertinya mendengar Timothy Huang disamping telinga aku berkata sesuatu. Tetapi aku benar-benar sangat ngantuk, mendengarnya tidak begitu nyata, tidak jelas menjawab satu kalimat, lalu aku sudah ketiduran.

Hari kedua saat alarm berbunyi, aku dengan berjuang baru bangun.

Aku setelah mencuci, Timothy Huang kebetulan baru pulang selesai berlari.

Bulan desember ini, diluar sangat dingin, Timothy Huang pulang membawa satu badan kedinginan.

Dia jalan kemari memeluk aku, aku segera mengulurkan tangan mendorong dia: “Jangan sentuh aku, dingin sekali.”

“Peluk sebentar.”

“Tenaga dia kuat, memaksa memeluk aku, menundukkan kepala menciumku lagi: “Aku pergi mandi.”

“Gerakan dia memang cepat, aku belum sempat berkata apapun dia sudah lari tidak tahu kemana, berkedip mata, aku sudah tidak kelihatan bayangan dia.

Beberapa hari ini adalah Timothy Huang yang mengantar aku pergi bekerja, dimusim dingin ini, juga mengirit kerepotan aku untuk bangun pagi-pagi pergi bersempit-sempitan didalam bus.

Lamaran Timothy Huang dihari sabtu membuat semua orang mengetahuinya, sebelum aku turun mobil kepikiran masalah ini, tidak tahan ada sedikit sakit kepala.

Karena terus memikirkan masalah, saat dia memanggilku aku malah tidak memperhatikan.

“Jane Tsu?”

Timothy Huang menarik aku sebentar, aku mengangkat kepala melihat, baru sadar sudah sampai didepan pintu perusahaan aku.

Aku segera melepaskan sabuk pengaman: “Aku sudah sampai, pergi bekerja dulu.”

Akhirnya dia mengulurkan tangan menarik aku, “pergi begitu saja, nyonya Huang?”

Pada saat dia memanggil aku “nyonya Huang”, juga tidak tahu apakah sengaja, suara terakhir itu menggoda, tampaknya ada sedikit tidak serius.

Lelaki ini didepan orang lain ekspresinya sangat dingin, tetapi didepan aku malah seorang preman yang bermuka tebal.

Ditambahkan garis pandangan dia, aku selalu merasa pandangannya tidak berniat baik.

Mengangkat tangan mendorong-dorong dia, juga tidak ingin kehilangan kegagahan sendiri, lalu membuka mulut membantahnya: “nyonya Huang apa, kamu hanya melamar, kita belum menikah.”

“Kamu mengingatkan aku satu hal, kalau tidak kamu hari ini minta izin, kita sekalian pergi mengambil surat nikah?”

Aku tidak tahan memukul dia: “kamu jangan membuat masalah, cepatan, aku sudah mau terlambat!”

“Nyonya Huang, aku setiap hari mengantar kamu bekerja, yang dulu aku tidak perhitungan lagi dengan kamu, hari sabtu kamu baru saja menyetujui menikah dengan aku, ciuman berpisah ini, seharusnya ada dong?”

Didunia ini, kenapa ada lelaki yang tidak tahu malu seperti ini?

Kebetulan disaat ini adalah waktunya bekerja, mobil Timothy Huang dengan sangat bagus berhenti didepan gedung perusahaan kami.

Begitu banyak orang yang lalu-lalang, aku mana enak disaat seperti ini pergi mencium Timothy Huang.

Tetapi tingkah laku Timothy Huang begitu, sangat jelas jika aku tidak menciumnya dia tidak akan melepaskan tangan.

Melihat waktu sisa tidak sampai sepuluh menit, jika aku terus dengan dia menunda disini, aku bekerja pasti terlambat.

Dia tidak peduli telat atau tidak, itu karena dia sendiri adalah seorang bos, dan aku hanya seorang karyawan!

Tahu jelas jika terus begini hanya tidak baik terhadap aku, terakhir aku dengan cepat mencium pipinya sebentar: “sudah sudah, kamu cepat lepaskan aku turun.”

Dia melepaskan tangannya, pegang wajah aku sebentar: “Nyonya Huang bekerja yang baik, malam hari aku jemput kamu pulang kerumah.”

Aku merasa wajah yang dipegang dia sama seperti dibakar oleh api, membuka pintu lalu turun dari mobil langsung lari pergi.

Saat ini orang menunggu lift tidak sedikit, aku lari sampai depan lift baru mendengar Tifanny Xiang memanggil aku.

“Jane Tsu, buat apa kamu lari begitu cepat, aku sudah memanggil kamu beberapa kali, tetap tidak berhenti!”

Aku ada sedikit merasa tidak enak hati melihat dia: “Aku mikir bisa memaksa masuk tidak.”

“Kamu buru-buru apa, ini bukannya masih ada beberapa menit, waktunya masih cukup untuk menunggu lift selanjutnya.”

Aku mengangguk-angguk kepala, menundukkan kepala melihat cincin yang ditangan, hanya merasa sakit kepala.

Benar-benar melupakan barang ini!

Cincin yang Timothy Huang memilih, meskipun modelnya sangat bangus, tetapi berlian itu benar-benar terlalu menarik perhatian orang, awalnya masalah lamaran dia sudah hampir diketahui semua orang, aku belakangan baru tahu, Timothy Huang ternyata membuka siaran langsung tentang seluruh proses lamaran dia terhadap aku!

Kepikiran sampai disini, muka aku ada sedikit panas.

Aku benar-benar tidak biasa terbuka begitu, tadi saat Tifanny Xiang memanggil nama aku, sudah ada beberapa orang yang melihat kemari.

Aku dengan sadar berjalan menuju kesamping, Tifanny Xiang melihat aku sebentar, tiba-tiba mendesak kemari, mengangkat kepala melihatin aku, ketawanya sedikit, bagaimana bilangnya ya, ada sedikit tidak berniat baik.

“Jane Tsu.”

Kata-katanya baru saja berhenti, aku sudah melihat dua wanita disamping melihat kemari.

Aku segera tarik Tifanny Xiang sebentar, menundukkan kepala disamping telinga dia: “Ada masalah apa, kita sampai dikantor baru bicara lagi.”

Dia tidak mengerti kenapa aku mau sampai dikantor baru mau bicara lagi, aku memberi kode ke dia melihat-lihat orang disekitar, dia membuang sebuah ekspresi sudah jelas kepada aku.

Aku segera lega, kebetulan, saat ini pintu lift sudah buka.

Aku segera menarik Tifanny Xiang masuk, lift sedikit-sedikit menaik keatas, aku akhirnya lega.

Juga tidak tahu masalah ini, mau sampai kapan baru dinyatakan berhenti.

Baru saja keluar dari lift, Tifanny Xiang sudah tarik aku: “Jane Tsu, direktur Huang sudah melamar kamu, kalian rencananya kapan mau menikah?”

Novel Terkait

My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Because You, My CEO

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu
Terpikat Sang Playboy

Terpikat Sang Playboy

Suxi
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
5 tahun yang lalu
The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Awesome Husband

Awesome Husband

Edison
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Perjalanan Cintaku

Perjalanan Cintaku

Hans
Direktur
4 tahun yang lalu