Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu - Bab 185 Kejutan

Melihat aku tidak ingin memberitahu banyak, Jessy pun tidak bertanya lagi.

Aku dan Jessy sampai di depan pintu restoran, semuanya lagi nungguin kami, aku jadi tidak enak, baru pertama masuk lagi, jadi pas sore aku traktir mereka minum teh.

Hari pertama kerja rasanya lumayan oke, teman kerja juga asyik.

Pas pulang kerja aku tidak menduga Timothy bakal datang jemput, jadi ketika mau keluar bareng sama teman kerja aku tidak komentar apa-apa.

Tapi tak disangka pas sampai di depan pintu utama aku sudah melihat Timothy.

Aku tercengang, dan langsung beri isyarat ke dia, sedangkan dia malah kayak tidak melihat saja, langsung berjalan lurus ke hadapan aku : “Sudah jam pulang?”

Kelihatan sekali Tiffany yang di samping sangat terkejut, melihat Timothy dia langsung memasang wajah kaget dan menutup mulutnya : “Di, direktur Huang?”

Sedangkan Timothy tanpa sungkan sedikit pun langsung menyapa sendiri : “Halo, aku ayahnya anaknya Jane.”

Mendengar perkataan dia aku langsung menginjak kakinya. Namun dia malah mengulurkan tangan menarik aku dan seketika hilang keseimbangan, akhirnya jatuh bersandar di dalam pelukannya.

Dan dia langsung sekalian merangkul aku : “Hati-hati.”

Aku mengangkat kepala meliriknya, memberi isyarat supaya lepasin aku, namun mau bagaimana pun juga ia tetap tidak melepas tangan, lalu aku pun mencubit pinggangnya, kemudian dia malah langsung sekalian tarik tangan aku jadi melingkar di pinggangnya.

Aku menatap Tiffany dan Deasy dengan muka panas : “Kalian duluan saja, kita, sampai jumpa besok.”

Deasy masih lumayan tenang, ditariknya Tiffany : “Oke, sampai ketemu besok.”

Aku mengangguk, lalu menatap Deasy dengan penuh terima kasih.

Melihat dua orang itu sudah pergi, aku langsung menoleh menatap Timothy : “Ngapain kamu? Ini pintu utama perusahaan loh, kalau kamu kayak begini dan dilihat sama teman kerja yang lain, apa yang bakal mereka pikirkan tentang aku?”

“Sudah malam, ayo kita pulang, Victor sudah kangen sama kamu.”

Dia langsung mengalihkan topik, aku ingin menghempas tangannya, tapi dia malah tetap genggam dengan erat, sama sekali tidak mau melepas.

Akhirnya aku benar-benar sudah kehilangan akal, dan di sini masih daerah perusahaan, kalau membuat keributan juga aku yang malu.

Sepanjang perjalanan aku tidak bersuara.

Pas turun dari mobil dia tiba-tiba menahan aku.

Aku menoleh dengan muka dingin, “Ngapain?”

Dia seolah tdiak melihat ekspresi aku, malah tertawa dan mendadak mengeluarkan sekuntum bunga mawar dari belakang.

Aku tercengang sejenak, tapi teringat aku masih lagi marah, segera aku tahan bibirku yang sudah hampir mau tersenyum : “Buat apa?”

“Kasih kamu, kalau tidak buat apa? Emang aku kurang kerjaan! Tidak suka bunga mawar? Kalau begitu lain kali aku siapin yang lain! Bunga lili? Bunga hyacinth?”

Jujur saja , tidak ada satu pun cewek yang tidak suka dengan kejutan kecil seperti ini.

Mungkin ada cewek yang tidak suka bunga, tidak suka perhiasan, tapi kalau kejutan, itu adalah sesuatu yang tak bisa dia tolak.

Aku juga tak bisa menolalk, apalagi setiap perkataan yang keluar dari Timothy itu buat menghibur aku, aku sama sekali tidak bisa menahan.

“Sudahlah, lain kali kalau mau jemput aku kasih tahu dulu bisa tidak?”

Aku mengulurkan tangan menerima bunga mawar itu, lalu dia menundukkan kepala menatap aku : “Lain kali kasih tahu kamu dulu.”

Aku memiringkan mulut : “Kali ini ya sudah lah.”

Malas perhitungan sama dia, lagian aku juga tidak bisa menang dari dia.

Besoknya hari kedua kerja, ketika aku sampai di kantor, Tiffany langsung datang menanyai aku : “Jane, kamu dan direktur Huang benar-benar suami istri?”

Sudah aku duga hal ini akan memancing rasa penasaran Tiffany dan lainnya.

Kota A itu mau dibilang besar juga tidak, dibilang kecil juga tidak, jadi aku pun malas untuk merahasiakan lagi, aku mengangguk : “Iya, tapi kami sudah cerai tiga tahun yang lalu.”

“Lalu sekarang?”

Jujur saja, kalau Tiffany tidak tanya, aku sama sekali belum pernah memikirkan hubungan aku dan Timothy.

Mungkin karena pernikahan pertama yang gagal, aku merasa kalau pun tidak menikah lagi juga tidak masalah.

Asalkan Timothy masih mencintai aku, aku masih mencintai dia, sebenarnya mau menikah atau tidak itu tidak ada hubungannya.

“Dia mau kejar kamu lagi ya?”

Melihat aku tidak menjawab, Tiffany langsung bertanya lagi.

Aku tertawa, “Tidak termasuk siapa yang kejar siapa sih, hanya saja kami merasa seperti sekarang ini sudah lumayan oke.”

Tiffany menatap aku dan tersenyum dengan misterius : “Sekali lihat juga bisa ditebak, pasti direktur Huang mau balik sama kamu, tapi kamunya yang belum pertimbangkan dengan baik?”

Aku termangu, merasa sedikit lucu : “Tidak, dia juga tidak mengungkit soal ini.”

“Tapi kalian sekarang begini juga oke kok.”

“Terima kasih.”

Tiffany juga bukan orang suka bergosip, mungkin Cuma penasaran saja, setelah tahu hubungan aku dan Timothy, dia pun tidak bertanya yang lain lagi.

Pas jam 9 lewat, John tiba-tiba memanggil aku ke ruangan kantornya.

Keluar dari ruang kantornya, perasaan hatiku jadi rumit.

Aku sungguh tidak menduga, pihak kerja sama pertama yang bakal aku temui sejak pulang ke kota A adalah Max, Max sih masih mending, masalah masih ada satu asistennya lagi, dan orang itu adalah Florence.

Benaran deh, perasaan aku sekarang tidak ada bedanya dengan habis makan makanan paling tidak enak.

Setelah dipikir-pikir, aku tetap mengetuk pintu kantor John.

“Masuk.”

Aku mendorong pintu masuk, melihat aku John tampak agak tercengang sejenak : “Ada apa Jane?”

Aku agak canggung, seharusnya aku yang masih baru di perusahaan ini, tidak enak juga untuk menolak proyek pertama yang diberikan.

Tapi sama Max dan Florence itu, aku sungguh jijik sekali.

Setelah menggertakkan gigi aku tetap membuka mulut : “Manajer Ding, proyek ini, apa aku boleh tidak ikut?”

“Oh, kenapa?”

Dia mengangkat alis dengan sedikit terkejut.

Aku tidak tahu harus bagaimana mengatakannya, sebenarnya kemampuan kerja Max masih lumayan oke, Cuma perangainya itu yang tidak oke. Dan sekarang ada bareng sama Florence lagi, aku tidak punya waktu sebanyak itu untuk menghadapi mereka.

Tapi apa ini termasuk mengatakan keburukan orang lain?

Ini sepertinya tidak terlalu baik.

Melihat aku tidak bersuara, John bertanya lagi : “Seingat aku kamu pernah kerja sama dengan perusahaan ini, kamu——“

Kemudian dia tiba-tiba mengangguk sebelum omongannya selesai : “Oke, aku mengerti, kalau kamu sungguh merasa keberatan, akan aku pikirkan dulu.”

Aku langsung lega, sungguh terima kasih sekali dengan John yang pengertian : “Terima kasih ya manajer Ding.”

“Tidak apa, lagian kerja juga harus dengan senang hati baru bisa mendapat hasil yang maksimal.”

Kalau perkataan ini aku kurang setuju.

“Oke, soal masalah ini aku sudah tahu, kamu keluar dulu saja, aku coba ngomong dulu sama atasan.”

Aku tidak menduga John bakal gampang diajak ngomong, setelah masalah ini selesai aku akhirnya bernapas lega.

Hanya saya napas lega ini tidak bertahan lama.

“Jane, apa maksud kamu ini?”

Aku melihat Florence yang berdiri di depan pintu, aku jadi sedikit kesal, sambil mengernyitkan alis aku berkata : “Nona Lee, pertanyaan ini harusnya aku yang tanya ke kamu kali ya?”

“Tak usah pura-pura lagi, berdasarkan apa kamu tidak kerja sama dengan kami?”

Sambil berkata begitu dia maju mau mendorong aku yang lagi berdiri di tangga,tindakan tak terduganya ini membuat aku sampai hilang keseimbangan, namun diselamatkan oleh sepasang tangan yang memapah aku dari belakang.

Novel Terkait

Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu
Menunggumu Kembali

Menunggumu Kembali

Novan
Menantu
5 tahun yang lalu
Yama's Wife

Yama's Wife

Clark
Percintaan
4 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Love Is A War Zone

Love Is A War Zone

Qing Qing
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Precious Moment

Precious Moment

Louise Lee
CEO
4 tahun yang lalu
Wahai Hati

Wahai Hati

JavAlius
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu