Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu - Bab 58 Semua sudah ku pikirkan dengan baik

Aku sebenarnya ingin segera pergi, tapi mendengar kata George Huang, langkahku pun terhenti dan menoleh kearahnya sambil mengerutkan alis: “Tuan Huang, aku tidak mengerti. Apa maksudmu?”

Melihat itu George Huang tersenyum: “Jane Tsu, aku sangat menghargaimu. Jadi aku ingatkan kau terlebih dahulu, Timothy tidak seperti yang kau kenal.”

Hatiku terenyuh, wajahku tetap datar : “Aku tidak mengerti apa yang kau bicarakan, kalau tidak ada urusan lain aku pergi dulu.”

Dia tersenyum lagi, suara tertawa itu tidak besar tidak kecil, tapi bisa terdengar olehku, membuat perasaanku tidak karuan.

Didalam perjalanan, aku terus memikirkan omongan George Huang. Tidak bisa dipungkiri, George Huang sangat cerdas, dia tahu apa yang harus ia katakan dan apa yang tidak.

Kata-kata yang tidak seharusnya ia katakan, satu kata pun tidak terucap. Karena dia tahu, kalau benar ada apa-apa, dan kalimat itu keluar dari mulutnya, keuntungan yang dia dapat akan berkurang.

Tapi kalau dia katakan setengah saja, atau seperti sekarang yang hanya satu kalimat yang ia keluarkan, pikiranku pun bisa dengan mudah ia kontrol.

Aku jelas-jelas tahu ini adalah jebakan George Huang, tapi aku masih saja terjebak.

Sesampainya dirumah langit belum gelap, aku mengirimkan sms kepada Timothy Huang apa dia akan pulang untuk makan malam. Dia tidak membalasku, aku sudah memasak untuk dua orang. Sampai jam tujuh aku baru mendapat balasan darinya.

Timothy Huang bilang ia tadi ada meeting. Malam ini juga tidak bisa pulang untuk makan malam karena masih ada urusan.

Sebenarnya ini tidak bisa menyalahkannya, tapi melihat makanan diatas meja, entah kenapa, perasaanku agak sedih.

Aku mengambil mangkok, sedikit demi sedikit memakan habis makan untuk dua orang sendirian.

Belum sempat menghabiskan semua lauk, aku sudah tidak sanggup lagi. Akhirnya aku tidak menyerah, berlari ke kamar mandi dan memuntahkannya.

Timothy Huang sampai dirumah sudah jam sepuluh lebih, aku selesai mandi dan bersiap untuk tidur, dia mendorong pintu dan masuk: “Apa aku membangunkanmu?”

Aku menggeleng-gelengkan kepala, melihat raut wajahnya yang dingin, aku teringat lagi oleh kata-kata George Huang.

Melihatnya beranjak kedalam kamar mandi, aku pun tidak bisa menahan untuk memanggilnya: “Timothy Huang.”

Dia menoleh melihat ku sebentar: “Ada apa?”

Lampu dikamar mandi menyorot wajahnya, lingkaran hitam dibawah matanya sangat jelas.

Aku menelan ludah, ”Kau mandi saja dulu, kalau sudah selesai mandi baru kita bicara.”

Aku belum memikirkan dengan baik cara bicara dengannya, masalah ini sudah ditunda sebulan. Kalau ditunda lagi, aku mungkin tidak akan punya keberanian untuk bicara lagi.

Dia melepaskan dasinya, lalu berjalan mendekat, ekspresinya sangat dingin: “Kau ingin bicara apa, bicaralah sekarang.”

Suara Timothy Huang agak besar, aku dikejutkan olehnya. Aku melihat lurus kearahnya, tapi dia malah menunduk sambil memegang tanganku: “Jane Tsu, kau ingin bicara apa?”

Kedua matanya melihatku, seketika aku sudah tidak punya keberanian untuk bicara lagi.

Kami menjadi kaku seketika, dia tiba-tiba melepaskan tangannya. Mengalihkan pandangan kepalanya, duduk diatas kasur : “Bicaralah.”

Aku menggigit bibirku, melihatnya sebentar, tapi dia menundukkan kepalanya, sampai aku tidak bisa melihat dengan jelas ekspresinya. Hanya bisa merasakan aura dinginnya yang sulit didekati.

Aku ragu sebentar dan berbicara: “Hari ini kakakmu George Huang mencariku.”

Dia tertegun sebentar, seperti tidak menyangka aku akan mengatakan ini.

Sepertinya perceraian bukan hanya hal yang tidak berani ku katakan, Timothy Huang juga tidak bisa menghadapi hal ini dengan nyata.

Mengingat ini, perasaanku menjadi agak ringan, aku melanjutkan kalimatku tentang masalah selanjutnya : “Dia sore tadi meleponku, mengingat dia adalah kakakmu, mau tidak mau aku harus menemuinya. Tidak ku sangka dia memintaku untuk menjual saham yang ada ditanganku.

Timothy Huang tertawa sebentar, menengak melihatku: “Bagaimana denganmu? Jane Tsu, bagaimana keputusanmu?”

Dia melihatku, bola mata hitamnya bergerak-gerak, dan aku bisa melihat diriku didalamnya, tapi juga tidak bisa melihatnya dengan jelas.

Aku tahu Timothi Huang sudah salah paham, aku hanya bisa memendam segala kemarahan, berusaha mengatur mood dan bicara: “Walaupun aku tidak mengerti kenapa Kakek memberiku saham, tapi aku sama sekali tidak pernah menginginkan sepeserpun harta Keluarga Huang, ini adalah milikmu, dan aku akan mengembalikannya padamu.”

Setelah aku selesai bicara, sorot mata Timothy Huang seketika terlihat rumit.

Aku pikir aku sudah salah bicara, baru ingin bicara lagi, dia tiba-tiba mendekatkan tubuhnya dan menekan tubuhku dikasur, menundukkan kepala dan menciumku.

Akhir-akhir ini Timothy Huang selalu sibuk, kami bahkan tidak punya waktu untuk bermesraan. Apalagi hidup normal sebagai suami istri.

Ciumannya agak brutal, aku melawan sebentar sampai kemudian melingkarkan tanganku dan membalas ciumannya.

Aku baru selesai mandi, tubuhku masih tercium bau sabun. Timothy Huang membenamkan kepalanya ke tubuhku, tangannya perlahan melepaskan baju ditubuhku.

Timothy Huang malam ini sangat ingin bercinta, ketika diatas kasur sudah bosan, akhirnya dia menggendongku ke dalam kamar mandi mengulangnya sekali lagi.

Saat aku digendong kembali ke atas kasur mataku sudah tidak sanggup untuk kubuka. Timothy Huang memelukku, sepertinya menunduk menciumku sebentar: “Jane Tsu, karena itu kakek yang memberikannya padamu, berarti itu adalah milikmu. Kau tidak usah berpikir panjang, kau terima saja itu, kalau kau tidak mau menerimanya, kau boleh memberikannya kepada siapapun."

Aku hampir tertidur, sebenarnya dia bicara apapun aku sudah tidak bisa mendengarnya dengan jelas, aku hanya mengiyakan pelan sebagai jawaban.

Keesokan harinya saat terbangun baru aku bisa pelan-pelan mengingat apa yang semalam Timothy Huang katakan. Sudah jam sembilan lebih, Timothy Huang sudah pergi kekantor sedari tadi.

Aku duduk dikasur sebentar, lalu aku menelepon pengacara yang mengurusi surat warisan Kakek.

Aku mengajak Pengacara untuk bertemu, menanyakan tentang hal-hal yang berhubungan dengan pengalihan kepemilikan saham.

Pengacara Zhao agak terkejut: “Kau berencana untuk menyerahkan sahammu untuk Timothy Huang?”

Dengan yakin aku menganggukan kepala : “Iya, saham ini diberikan padaku juga tidak ada gunanya. Sekarang Timothy Huang sedang bermasalah di perusahaan. Walaupun saham ku ini tidak banyak, tapi lebih baik dari tidak ada sama sekali.

IEC International Group sudah naik pasar sedari dulu, jadi sahamnya tidak seperti perusahaan lain yang terkumpul jadi satu. Walaupun 2,5% terlihat sangat sedikit, tapi di dalam IEC International Group ini bisa membuat pemegangnya menjadi cukup terkenal.

Pengacara Zhao mendengar ucapanku mengerutkan alisnya tidak setuju : “Jane Tsu, kau pasti tahu kenapa Tuan Besar Huang menyerahkan saham itu kepadamu.”

Aku tidak tahu, jadi: “Tidak menutupi ini kepada Pengacara Zhao, aku benar-benar tidak tahu.”

Pengacara Zhao terkejut, suaranya seperti menghela nafas : “Sudahlah, ini urusan diantara kalian. Tapi aku sangat berharap kau bisa memikirkannya dengan baik, yang kau terima itu tidak banyak, tapi setidaknya ini bisa menjaminmu di Keluarga Huang, bahkan --- kedudukan.

Aku mengerti ucapan Pengacara Zhao, dia takut hubungan pernikahanku dan Timothy Huang akan terjadi perubahan, aku tersenyum : “Pengacara Zhao, kau tenang ya, masalah ini sudah kupikirkan dengan baik.”

Dia melihat sikapku sangat meyakinkan, akhirnya tidak berkata apa-apa lagi: “Kalau kau sudah memikirkannya dengan baik, aku akan menyiapkan dokumen yang dibutuhkan.”

Aku menganggukkan kepala, ”Merepotkanmu lagi Pengacara Zhao.”

Dia tertawa sebentar, tidak berbicara.

Setelah berpisah dengan Pengacara Zhao aku akan langsung pulang. Pengacara Zhao bilang besok sudah bisa menyerahkan dokumennya kepadaku.

Novel Terkait

Unperfect Wedding

Unperfect Wedding

Agnes Yu
Percintaan
5 tahun yang lalu

Everything i know about love

Shinta Charity
Cerpen
5 tahun yang lalu

Because You, My CEO

Mecy
Menikah
4 tahun yang lalu

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu