Chasing Your Heart - Bab 53 Memperkeruh Situasi

Ketika masuk, pemilik rumah makan tersebut melihat mereka bertiga yang mengenakan baju bermerk, terlihat sangat glamour, apalagi kedua pria tersebut. jika di lihat baik-baik, seluruh tubuh mereka memancarkan aura bangsawan, saat mereka datang, kualitas dan tingkat rumah makan mereka seolah langsung naik drastis, pemilik toko ini pun tidak berani bermalas-malasan.

"Ayo, silahkan masuk! hati-hati ada tangga......" pemilik rumah makan itu terlihat sangat ramah dan menampilkan senyum terbaiknya.

Regina Mo menarik tangan Arthur Sheng, takut ia akan berbalik pergi kaena merasa tidak puas, sulit sekali membawa dewa dengan kehormatan tinggi ini masuk ke rumah makan ini, sementara para gangster itu menatap mereka dengan tatapan mata tidak suka.

"Ini menunya, kalian ingin makan apa?"

Regina Mo tersenyum melihat menu makan tersebut: "sepertinya menunya juga tidak banyak berubah dengan menu yang dulu!"

Regina Mo dengan cepat memesan beberapa makanan, ia memberikan menu tersebut pada Arthur Sheng, mata hitam pria itu terangkat, ia melambaikan tangannya menolak dengan jijik.

Regina Mo menjulurkan lidahnya dengan jenaka, makanan dengan cepat di antar kemari, semuanya adalah gorengan-gorengan biasa, hanya sederhana tanpa penampilan yang menarik, tetapi warna makanannya terlihat cukup bagus, aroma hidangannya membangkitkan nafsu makan wanita tersebut.

"Ayo, makanannya sudah datang, cobalah sedikit!" Regina Mo memberikan Arthur Sheng dan Tisno Wen makanan tersebut secara terpisah, meskipun Tisno Wen tidak terlalu suka, tetapi ia tetap menghargai dan mencicipinya sedikit. Sedangkan Arthur Sheng, ia seperti seorang Buddha besar, sumpitnya bahkan tidak ia sentuh sama sekali, raut wajahnya terlihat sangat dingin.

"Kamu cobalah cicipi sedikit? mungkin akan ada rasa lainnya?" Regina Mo memiringkan kepalanya, ia memberikan sepotong babi panggang ke hadapan Arthur Sheng. Pria tersebut langsung memalingkan wajahnya dan berkata dengan datar: "Aku tidak makan makanan sampah seperti ini."

Pemilik rumah makan ini datang membawakan teh poci dan berencana menuangkan teh untuk mereka, ia kemudian mendengarkan perkataan tersebut: "Tuan, kamu tidak boleh sembarangan berbicara!"

Regina Mo segera mengulurkan tangannya dan menghentikan Arthur Sheng, ia dengan cepat meminta maaf kepada pemilik rumah makan ini: "Bos, kamu telah salah paham, teman saya berbicara omong kosong ini karena ia telah kenyang, jangan dimasukkan ke dalam hati."

Arthur Sheng mendorong tangan Regina Mo dan berkata dengan dingin: "Maaf. aku memang tidak pernah makan makanan seperti ini sejak dulu, ini kenyataan."

Regina Mo ingin menghentikan mulut Arthur Sheng, tetapi ia tidak bisa menghentikannya. Ia mengutuk dalam hatinya, bukankah ini malah memperkeruh situasinya?

Raut wajah pemilik rumah makan tersebut semakin tidak baik, ia terlihat sangat tidak senang dan tidak puas.

Rumah makan ini tidak terlalu besar, sehingga percakapan mereka dapat di dengar dengan mudah oleh meja sebelah. Para pria yang berada di satu meja tersebut segera bercanda: "Jika di lihat-lihat, bos besar ini tampak sok sekali!"

Mata Arthur Sheng menajam dan menghitam, ia tenggelam dalam amarahnya. Pria itu langsung berdiri dan berbalik ingin berjalan keluar, melihat itu, para gangster itu tertawa lebar.

Regina Mo menatap Arthur Sheng dengan khawatir, ia menautkan kesepuluh jarinya dengan gugup, seolah ia telah memberikan kesulitan pada pria tesebut.

Para pria dan wanita di meja tersebut tampak seperti preman dan gangster jalanan, melihat Arthur Sheng yang akan pergi, mereka langsung bolak balik dan mengelilingi Arthur Sheng dengan kelompoknya.

"Kenapa, sekarang kamu akan pergi begitu saja? tidak semudah itu!" seorang preman membuang rokok yang ada di mulutnya ke atas tanah dan menginjaknya dengan satu kaki, tindakan ini tampak seperti sebuah tindakan provokatif.

"Bukankah kamu seorang bos besar? kenapa langsung takut dengan situasi ini? jika kamu takut, lebih baik kamu segera pergi dari sini, jangan berpura-pura dan sok-sok an menjadi bos besar di sini!"

Setelah preman itu menyelesaikan kalimatnya, melihat Arthur Sheng yang tetap berdiri tegak, ia merasa tidak puas, ia mengulurkan tangannya ingin mendorong Arthur Sheng, detik selanjutnya pergelengan tangan preman tersebut segera di tangkap dan dilipat kebelakang oleh Tisno Wen, preman itu meringis kesakitan.

"Apa yang ingin kalian lakukan?" tanya Tisno Wen tidak senang.

Preman tadi memberikan isyarat mata pada yang lainnya, detik berikutnya, beberapa gangster tersebut langsung mengambil kursi dan meja-meja di sebelahnya dan berniat menghancurkannya.

Tisno Wen membawa bajingan yang ia lipat tangannya berjalan pergi, ia dengan mudah menghindari lemparan meja dan kursi dari depan dan belakangnya. Detik berikutnya, ia menghempaskan bajingan itu dan menendang perutnya dengan kuat. Ia tidak bisa bangun dan hanya dapat berlutut di tanah berteriak kesakitan.

Para gangster lainnya saling memandang dan langsung maju tanpa takut mati, tetapi Tisno Wen mengalahkan empat seorang diri, ia sangat cepat dan terampil, ia dapat menghindari semua serangan bajingan tersebut dan bahkan membalasnya. Para preman tersebut pun tidak memiliki kekuatan untuk melawan lagi, mereka semua terjatuh ke atas tanah dan menagis kesakitan.

Regina Mo benar-benar kaget, dalam waktu kurang dari satu menit, Tisno Wen benar-benar menendang para gangster itu keluar dari rumah makan ini. Ia tidak menyangka pria yang tampak lembut dan elegan itu memiliki kekuatan luar biasa.

Sedangkan Arthur Sheng, ia terlihat tenang dan tetap berdiri di tempat semula, tidak bergerak sama sekali, wajahnya tidak tampak kaget sama sekali, seolah perkelahian tadi hanyalah pertengkaran anak-anak biasa.

Pemilik rumah makan sudah tercengang sejak tadi, ia berdiri di depan pintu dan tubuhnya bergetar, orang-orang apa mereka ini...... tidak mungkin sebuah organisasi kriminal, kan?

Butuh waktu yang lama bagi para preman tersebut untuk bangkit dari atas tanah, mereka menatap Arthur Sheng dan lainnya dengan enggan dan berkata: "kalian tunggulah, lihat dan tunggu saja!"

Setelah itu mereka semua berlari pergi.

Akhirnya masalahnya pun berakhir, Tisno Wen terlihat tenang seperti tidak terjadi apa-apa sebelumnya, ia melangkah maju dan menepuk bahu pemilik rumah makan yang tampak pucat: "bereskanlah semua ini! lihat berapa total kerugiannya, kami akan menggantinya!"

"Ini......" pemilik rumah makan semakin bergetar, kakinya pun gemetaran, seolah ia akan berlutut di depan Tisno Wen kapan saja.

Tisno Wen juga tidak memperhatikan, ia malah membereskan dan merapikan meja kursi di sana dengan baik, ia menyapa Arthur Sheng dan wanita itu untuk kembali duduk dengan biasa seolah tidak terjadi apa-apa.

"Lanjut saja makannya."

Barulah hati Regina Mo merasa lebih lega, ia mengangkat kepalanya menatap Arthur Sheng yang berdiri diam seperti patung Yunani, ia pun bertanya dengan tak berdaya: "Direktur Sheng, apakah kamu berencana tetap berdiri disini dan menjadi karya seni kelas atas?"

Arthur Sheng mengangkat alisnya, ia tampak tidak senang.

"Kamu juga duduk dan makanlah sedikit! ini enak sekali, aku tidak bohong!" Regina Mo mengedip-ngedipkan matanya dan bahkan mengangkat tangannya bersumpah.

Tidak tahu juga apakah ia tersentuh dengan ketulusan Regina Mo, atau Arthur Sheng merasa ia tidak cocok sama sekali untuk berdiri disini dan menjadi patung karya seni, akhirnya pria itu duduk dengan enggan, tapi wajahnya masih saja menunjukkan ekspresi jijik.

Regina Mo menghela nafas lega, setidaknya pria itu tidak pergi meninggalkannya, wajah dingin seperti es tersebut, ia hanya bisa membiasakan dirinya dalam diam.

Pemilik rumah makan tersebut tiba-tiba muncul dari belakang dan mengingatkan: "Kalian tidak segera berlari dan pergi? orang-orang tadi masih ada di jalan dan tidak akan melepaskan kalian!"

Tisno Wen mengangkat alisnya: "Begitukah, mereka tidak akan membiarkannya begitu saja? akhirnya sedikit menyenangkan juga sekarang!"

Pemilik rumah makan tersebut sangat terkejut sampai-sampai rahangnya akan jatuh ketika mendengar hal tersebut, ia bertanya dengan gemetar: "Kalian tidak mungkin masih ingin melawan mereka dan tidak membiarkan mereka pergi, kan?"

Tisno Wen tersenyum penuh misteri tanpa berkata-kata sama sekali, Arthur Sheng pun dengan datar memerintah: "Sudah beres, aku tidak ingin membuat masalah baru lagi!"

Novel Terkait

Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu
The Sixth Sense

The Sixth Sense

Alexander
Adventure
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
3 tahun yang lalu
Harmless Lie

Harmless Lie

Baige
CEO
5 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Lady Boss

My Lady Boss

George
Dimanja
4 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu