Chasing Your Heart - Bab 155 Bibi, Selamatkan Aku.

Di hari pertama makan di kediaman keluarga Sheng, Regina Mo sudah tak senang. Atau bisa dibilang, selain Rizky dan kakek Sheng yang tak peduli dengan situasi, yang lainnya tidak bisa makan dengan nyaman. Di dalam hati mereka ada rencana yang mereka pikirkan masing-masing.

Selesai makan, pertemuan keluarga dianggap selesai.

Sebagai nyonya baru di kediaman keluarga Sheng, tentu saja Regina Mo harus mengantar tamu pergi. Bagusnya tidak ada kesalahan apapun yang dia lakukan. Walaupun nyonya Sheng tak suka, nyonya Sheng juga tak bisa menampakkan hal yang tak baik pada lawannya.

"Hampir semuanya sudah pulang. Kamu bisa pergi."

Selesai mengantar tamu, nyonya Sheng berbalik lalu bicara dengan dingin pada Regina Mo.

Sedikitpun nyonya Sheng tak mau melihat Regina Mo, wanita inilah yang hampir menghancurkan anaknya.

Regina Mo tak bicara apapun, dia hanya dengan patuh pergi ke halaman.

Lagipula dirinya juga tak bisa langsung merubah pandangan nyonya Sheng terhadapnya.

Sebentar... sepertinya barusan Rizky bermain di halaman, tapi kenapa sekarang menghilang?

Rizky adalah anak yang peka dan penurut. Mereka tidak hanya sekali pergi ke kediaman keluarga Sheng. Saat itu selama ada kakek Sheng, semuanya akan baik-baik saja. Tapi sekarang tak bisa begitu. Tapi kenapa Rizky tak ada di tempat semula?

"Rizky? Kamu di mana?" Regina Mo tak berani berteriak, takut nyonya Sheng berkata dirinya tak tahu aturan.

Walaupun Regina Mo pernah datang ke rumah lama ini, tapi dia hanya tinggal beberapa hari saja, Regina Mo tak familiar dengan halaman belakang, terpaksa Regina Mo meraba-raba mencari Rizky.

"Rizky, ibu mencarimu. Cepat pulang!"

Tidak ada juga!

Regina Mo lemas. Sekarang hari hampir gelap. Rizky pergi kemana?

Dirinya sudah mencari satu putaran. Regina Mo agak putus asa duduk di atas kursi. Regina Mo ingin mencari sekali lagi, jika tidak ada, terpaksa dirinya merepotkan Arthur Sheng.

Mungkin Tuhan mendengar doanya. Samar-samar dari kejauhan terdengar suara. Regina Mo tak tahu, entah karena telepati, Regina Mo merasa itu adalah Rizky.

Regina Mo mengikuti suara tersebut lalu pelan-pelan menemukan taman bebatuan. Di belakang taman itu Regina Mo melihat gundukan kecil. Sepertinya sedang diperbaiki, karena banyak sekali bebatuan baru.

Dan di atas gundukan, Vera Sheng sedang berdiri. Dari bawah sana masih terdengar samar-samar suara memanggil 'Bibi!'.

Begitu berpikir anaknya ada di bawah bebatuan itu, hati Regina Mo langsung tercekat. Regina Mo langsung berlari dan melihat Rizky sedang berdiri di lubang kecil yang berada di gundukan.

Bagi orang dewasa, lubang seperti ini sulit dijangkau. Regina Mo tak berani membayangkan bagaimana Rizky bisa ada di bawah sana.

Seluruh tubuh Rizky berlumpur, di wajahnya ada banyak luka kecil. Begitu melihat, pasti saat terjatuh Rizky terluka, di tangan anak itu juga ada banyak luka kecil.

Vera Sheng berdiri sendirian di atas gundukan, tak peduli dengan panggilan Rizky, wanita itu masih melihat Rizky dengan antusias, seperti melihat lelucon.

Regina Mo tak ada waktu memperhatikan Vera Sheng, yang harus dilakukannya sekarang adalah meletakkan Rizky di tempat yang aman.

Regina Mo langsung melompat ke dalam, mengulurkan tangan untuk menggendong Rizky.

Rizky yang awalnya masih berusaha keras, wajahnya langsung bersedih. Dengan segera anak itu menangis.

Walau dulu Regina Mo memiliki banyak kepahitan dalam hidupnya, tapi Regina Mo tak akan pernah membiarkan Rizky menerima kesedihan sedikitpun. Jelas-jelas sekarang mereka akan menjalani kehidupan yang baik, tapi malah disakiti seperti ini. Ada rasa sakit yang menjalar di hati Regina Mo.

"Rizky, mana yang sakit?" Regina Mo mengelus pelan dahi Rizky yang terluka, bertanya dengan penuh perhatian.

Mendengar suara lembut ibunya, tak kuasa air mata Rizky mengucur, "Ibu... ibu... aku takut sekali!"

Hati Regina Mo seperti ditusuk-tusuk, "Jangan takut. Ibu datang terlambat, ibu yang salah dan tak baik!"

Melihat air mata ibunya lebih banyak darinya, Rizky menjadi bingung, "Bu, jangan menangis. Aku anak laki-laki, aku tidak selemah itu."

Regina Mo tak bisa menahan tangisnya. Mendengar Rizky menenangkannya, baru perlahan-lahan Regina Mo bangkit.

Vera Sheng masih berdiri di atas gundukan melihat lelucon di depannya. Semakin mereka menangis keras, semakin Vera Sheng senang, tapi tak diduga mereka berhenti menangis.

"Anakmu bodoh sekali. Mana mungkin itu anak kakakku." Vera Sheng berdiri dengan angkuh, ucapannya sangat memancing amarah.

Regina Mo mulai tenang. Melihat Vera Sheng yang seperti itu, Regina Mo langsung mengerti apa yang terjadi. Tapi diam-diam Regina Mo tak berharap dirinya berpikir jahat tentang orang lain.

"Vera, kemari. Angkat Rizky ke atas."

Regina Mo ingat benar bahwa ini hari pertamanya. Dirinya tak bisa membuat keributan dan sekarang juga tak ada yang melihat. Jika dirinya hanya bicara tanpa bukti, tentu saja itu tak bisa.

Vera Sheng membuang begitu banyak waktu dan tentunya tak mudah untuk menggiring Rizky kemari. Mana mungkin dirinya sekarang dengan mudahnya mengangkat anak itu naik ke atas?

"Huh, dia sendiri yang jatuh ke dalam. Bukan aku yang mendorongnya. Kenapa aku harus menariknya ke atas? Ditambah lagi, bukankah kamu sangat sabar? Lakukan saja sendiri."

Regina Mo menahan amarahnya, "Tapi dia mengikuti kamu kesini hingga kecelakaan. Kamu masihlah bibinya. Bagaimana bisa kamu begitu?"

Ada sorotan licik dari mata Vera Sheng, "Kenapa aku tidak boleh begitu? Anak ini masih tak tahu kalau dia anak haram dari pria lain! Kenapa? Aku tidak boleh bicara?"

"Dan jangan pernah melempar kesalahan padaku. Dia sendiri yang mengikuti, bukan aku yang memohon-mohon untuk dia ikut."

Hati Regina Mo seperti ditekan oleh ditekan sesuatu, napasnya tertahan, "Tapi dia memanggilmu bibi."

Sepertinya Vera Sheng tak ingin pemikirannya dilawan, hati Vera Sheng langsung merasa lega, dengan puas menatap ke Regina Mo, "Ingat! Dia sendiri yang jatuh. Tidak ada sedikitpun kaitannya denganku. Aku balik dulu, kamu baik-baiklah tinggal di sana."

Melihat siluet Vera Sheng pergi, sikap Regina Mo langsung berubah menjadi dingin. Sebegitu teganya kah wanita itu meninggalkan mereka di dalam lubang yang dingin?

Tapi banyak bicara pun juga tak ada manfaat. Regina Mo berbalik, melihat Rizky yang masih menangis, "Kenapa kamu mengikuti bibi kemari?"

Rizky menangis tersedu-sedu, lalu menjawab ibunya dengan suara pelan, "Bibi bermain petak umpet denganku. Dia menyuruhku menutup mata untuk mencarinya, lalu aku jatuh ke dalam."

Mencari dengan mata tertutup? Sepertinya Vera Sheng memang sengaja menyakiti Rizky. Jika di dalam lubang ini ada bebatuan, mungkin dirinya saat ini sudah melihat Rizky di rumah sakit.

Novel Terkait

Love From Arrogant CEO

Love From Arrogant CEO

Melisa Stephanie
Dimanja
4 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
5 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
4 tahun yang lalu
Hanya Kamu Hidupku

Hanya Kamu Hidupku

Renata
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Menantu Hebat

Menantu Hebat

Alwi Go
Menantu
4 tahun yang lalu
Pernikahan Tak Sempurna

Pernikahan Tak Sempurna

Azalea_
Percintaan
4 tahun yang lalu