Chasing Your Heart - Bab 371 Ingin Ia Mati Sampai Tubuhnya Tidak Bisa Dikuburkan

Apa... Apakah dia ini Tuan Besar Sheng Sheng seperti yang ada dalam bayangannya?

Tidaklah berlebihan untuk mengatakan bahwa pada pertemuan ini, selain wajahnya yang terlihat lelah, Tuan Besar Sheng Sheng tampaknya baru saja keluar dari

Kulitnya tampak kusam, matanya sayu, dan rambutnya yang seputih salju seperti rumput layu. Tubuhnya yang dulu sehat dan bugar sekarang tampak sangat kurus. Singkatnya, kondisinya saat ini bisa dideskripsikan hanya dalam satu kata: lemah.

Meskipun Tuan Besar Sheng sudah cukup tua, bagaimanapun juga, dalam Keluarga Sheng, ia memiliki kehidupan yang bermartabat dan kedudukan yang tinggi.

Lagipula, sebagai kepala keluarga, suara dan ucapan Tuan Besar Sheng sangat didengar dalam keluarga Sheng, dia tidak menyangka Tuan Besar Sheng akan mengalami hari berat seperti itu.

"Tuan Besar Sheng.” Tisno Wen melangkah mendekat, ia merasa sesak karena sedih, "Kamu... Telah mengalami penderitaan."

Karena telah berada di rumah sakit selama beberapa hari terakhir dan belum banyak melakukan aktivitas fisik, respon Tuan Besar Sheng menjadi sedikit lamban.

Maka ketika Tisno Wen berbicara dengannya, tentu saja Tuan Besar Sheng tidak mendengarnya.

Perawat yang ada di sebelah Tuan Besar Sheng membantu menyadarkannya, "Tuan, seseorang datang menemuimu."

Saat berbicara dengan Tuan Besar Sheng, perawat itu melirik ke arah Tisno Wen.

Perawat itu mendesah dalam hati, Tuan Besar Sheng ini benar-benar beruntung, semua orang yang datang menemuinya terlihat begitu rupawan.

Meskipun dapat dikatakan bahwa pria yang datang kali ini kelihatannya tidak sehebat orang yang sedang terbaring di ranjang rumah sakit, namun tetap saja ia terlihat hebat.

Orang seperti dia, jika berdiri di tengah keramaian, benar-benar terlihat luar biasa, dan auranya dapat membuat banyak wanita mengaguminya.

Tuan Besar Sheng menoleh dengan lemas, tatapan matanya kabur dan keruh, seolah-olah setiap saat mungkin ia bisa jatuh tertidur.

"Kamu, kamu, kamu..." Setelah ia mengucapkan kata “kamu” berkali-kali, ia batuk-batuk dengan keras, kemudian ia menutupi mulutnya.

Mungkin dia semakin tua, jadi fungsi tubuhnya juga sudah mulai sulit untuk pulih, saat ini ia masih belum sembuh.

Tisno Wen bergegas mendekatinya, ia menepuk punggung Tuan Besar Sheng dan membantu mengatur napasnya: "Jangan khawatir, aku di sini untuk menjengukmu."

Tuan Besar Sheng berbicara sambil terbatuk-batuk: "Ar, Arthur..."

Tisno Wen menebak apa yang dipikirkan Tuan Besar Sheng dan dengan cepat berkata: "Arthur baik-baik saja sekarang. Saat dia sadarkan diri, dia akan datang menemuimu."

Tuan Besar Sheng mengangguk lega, Perawat segera membawakan segelas air hangat dan obat yang harus diminum Tuan Besar Sheng dan menyuapinya makanan.

...

Ketika berjalan keluar dari kamar dimana Tuan Besar Sheng dirawat, Tisno Wen segera menghapus kehangatan di wajahnya, ruaut wajahnya kini menjadi dingin, tidak seperti sebelumnya.

Orang yang bernama Cherry ini, benar-benar keterlaluan.

Pertama, ia sengaja menculik Regina Mo di saluran irigasi yang tidak jauh dari situ, lalu melukai Arthur Sheng, kemudian ia juga menculik Tuan Besar Sheng sampai Tuan Besar Sheng menjadi seperti ini, ia juga melukai Arthur Sheng lagi, dan saat ini kondisi Arthur Sheng sangat parah.

Dilihat dari sisi lain, orang semacam ini ternyata bisa melakukan perbuatan keji seperti itu kepada orang tua, sepertinya dia tidak memiliki rasa kemanusiaan sama sekali.

Ini adalah pembalasan dendam yang benar-benar keterlaluan!

Tisno Wen diam-diam telah membuat keputusan dalam hatinya, mereka tidak bisa bertindak pasif lagi. Jika terus seperti ini, cepat atau lambat mereka akan habis dan musnah di tangan wanita bernama "Cherry" ini.

Tentu saja, mereka tidak punya mood dan waktu untuk menemaninya bermain petak umpet seperti ini.

Karena Cherry benar-benar ingin menjadi musuh dari Sheng World, jangan salahkan mereka jika mereka bersikap kasar padanya!

Memikirkan hal ini, langkah kakinya menjadi lesu.

Tisno Wen mengeluarkan ponsel dari saku jasnya, mencari nomor Billy Gu dan meneleponnya.

...

Sepuluh jam kemudian, Billy Gu berhasil sampai di negara ini.

Sebelumnya, ia telah membuat kesepakatan dengan Tisno Wen, satu orang tinggal di negara itu, dan yang lainnya pergi ke luar negeri, ke tempat Arthur Sheng berada.

Ia bisa tiba-tiba datang ke sini karena Tisno Wen menjelaskan secara singkat situasi di sini, kemudian keduanya membuat keputusan setelah mempertimbangkannya dengan matang.

Meski Sheng World sangat penting, namun jika dibandingkan kembali, orangnya tetap lebih penting.

Karena akan berurusan dengan Cherry, mereka harus bertindak dengan cepat.

Hanya jika masalah di sini dapat diatasi, Sheng World juga akan dapat dikelola dengan baik.

Jika tidak, masalah ini akan selalu terjadi kembali di antara kedua belah pihak, dan selalu merugikan pihak mereka.

Saat Billy Gu mengurus urusan di dalam negeri seorang diri, ia merasa kepalanya hampir meledak, ditambah lagi terkadang ia mengkhawatirkan keadaan mereka di sini, sehingga rasanya semakin sulit untuk merasa tenang.

Setiap hari, seperti semut yang berada dalam panci yang panas, tidak tahu lagi harus berbuat apa.

Memiliki kesempatan untuk datang ke tempat ini, ia merasa jauh lebih tenang.

Bagaimanapun juga, ini lebih baik daripada hanya mengkhawatirkannya saja, bukan?

Memperkirakan perkiraan waktu penerbangannya, Tisno Wen datang ke bandara untuk menjemputnya secara langsung.

Selama sepuluh jam perjalanan, karena sedang dalam amarah yang meluap-luap, Billy Gu tidak terlihat lelah sedikitpun, ia malah terlihat memiliki semangat juang yang tinggi.

"Aku belum pernah bertemu wanita yang hebat seperti Cherry ini. Karena dia begitu sombong dan angkuh, aku pasti akan membuatnya mati, dan aku tidak akan membiarkan ia memiliki tempat untuk menguburkan tubuhnya sendiri!" Kata Billy Gu, sembari mengepalkan tinjunya dengan keras.

Jika membiarkan wanita yang begitu kejam ini tetap hidup, sama saja kita bekerja sama dalam kejahatan!

Tisno Wen mengangguk tanpa bersuara, begitu kedua pria itu naik ke mobil, mereka mulai membahas rencana pertarungan mereka.

...

Di luar jendela, langit terlihat sangat indah, awan putih muncul berarakan di langit yang biru, ini adalah hari yang sangat cerah.

Tapi mood Regina Mo sedang tidak cerah.

Dia baru saja menerima panggilan telepon dari Rizky, kemudian dengan perasaan yang cemas ia membawakan baskom berisi air dan berjalan menuju kamar dimana Arthur Sheng dirawat.

Dalam beberapa hari terakhir, Regina Mo merawatnya tanpa selangkahpun menjauh darinya.

Bahkan jika dia meninggalkannya sebentar, dia akan merasa tidak tenang.

Entah mengapa, di dalam hatinya, Arthur Sheng seolah bisa berubah menjadi asap sewaktu-waktu, Jika ia tidak melihatnya untuk beberapa saat saja, Arthur Sheng seolah bisa terbang bersama angin.

Oleh karena itu, walaupun ia mengkhawatirkan Rizky yang sedang berada jauh darinya, dia masih tidak berani meninggalkan Arthur Sheng walau hanya setengah langkah.

Melihat wajah lesu Regina Mo, Kris tidak tahan lagi, ia tidak bisa menahan diri untuk tidak berkata: "Kakak ipar, bagaimana jika kamu kembali dan beristirahat? Kami bisa menyiapkan tempat untukmu beristirahat di sini."

Regina Mo menggelengkan kepalanya, seperti sudah menjadi sebuah kebiasaan, ia berkata: "Aku akan berada di sini bersama Arthur."

Dalam beberapa hari terakhir, kalimat ini terus ia katakan berkali-kali.

Novel Terkait

Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
3 tahun yang lalu
Gadis Penghancur Hidupku  Ternyata Jodohku

Gadis Penghancur Hidupku Ternyata Jodohku

Rio Saputra
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu
Si Menantu Buta

Si Menantu Buta

Deddy
Menantu
4 tahun yang lalu
My Enchanting Guy

My Enchanting Guy

Bryan Wu
Menantu
3 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu