Chasing Your Heart - Bab 362 Benar-benar Kacau

Melihat nama yang tertera di nomor itu, Kris ragu untuk sesaat, sebelum akhirnya mengangkatnya.

Suara yang terdengar dari ujung telepon sebelah sana tidak lain adalah suara Tisno Wen.

"Kris, ini aku Tsino Wen, bagaimana kondisi Arthur sekarang?" Tisno Wen berdiri di depan ambang jendela, menatap dengan serius ke arah gedung-gedung tinggi di kejauhan.

Sejak hari saat dia tahu dari Kris bahwa Arthur Sheng terluka parah dan tidak sadarkan diri, dia belum pernah menghubunginya lagi.

Tentu saja, dalam hati dia juga masih terus mengkhawatirkan kondisi Arthur Sheng.

"Keadaannya saat tidak tidaklah begitu bagus." Kris terdiam sesaat, kemudian menyampaikan perkataan dokter tadi kepada Tisno Wen.

Sampai pada akhirnya, Kris mengatakan dengan agak ragu: "Dan dokter berkata, jika Arthur tidak secepatnya sadar, maka akan semakin berbahaya baginya."

"Apa?!" Untuk sesaat, Tisno Wen jelas sulit menerima kabar tersebut.

"Bagaimana bisa begini?" Tisno Wen seketika mengernyitkan dahi, lalu melanjutkan bertanya: "Bukankah waktu itu kamu berkata dia tidak mengalami masalah serius yang lain?"

Dia masih ingat, waktu itu saat Kris menghubunginya, dia memang berkata bahwa selain Arthur Sheng tidak sadar karena efek ledakan bahan peledak, dia tidak mengalami masalah besar lainnya.

Kris menghela nafas panjang, "Saat aku menemukan Arthur saat itu, memang seperti itu keadaannya, saat aku membawanya ke rumah sakit, dokter juga berkata begitu, hanya dengan banyak istirahat saja itu cukup, tapi siapa yang tahu, dia juga tak kunjung sadar beberapa hari ini?"

Ketika memikirkan tentang hari itu, Kris merasakan ketakutan yang berlarut-larut.

Saat itu ketika dia sedang membawa Kakek ke kelompok orang yang menerimanya, dia mendengar suara dentuman yang keras tak jauh dari situ, dan merasakan suatu getaran yang tidak ringan di tanah yang di pijaknya.

Bisa dikatakan, dia yang saat itu berada di tempat yang cukup jauh dari tempat kejadian, dia pun langsung goyah dan terjatuh ke tanah.

Saat itu, hatinya berdegup dengan kencang, hal yang pertama kali dipikirkannya adalah keselamatan Arthur Sheng.

Karena saat dia berjalan keluar, Arthur Sheng masih berada di dalam sana.

Kemudian ketika membawa Arthur Sheng ke rumah sakit, dokter juga berkata untung saja, dia tidak mengalami cedera serius apapun selain tidak sadarkan diri.

Setelah melakukan sebuah operasi sederhana kepadanya, maka dia sudah berada di masa penyembuhan.

"Baiklah, aku mengerti." Tisno Wen dengan panik berjalan ke arah sofa, dan menghempaskan diri ke atasnya dengan gusar.

Di tengah kepanikannya, dia juga berkata, "Urusan Arthur di sana aku serahkan kepadamu dulu, nanti aku pasti akan segera mencari waktu untuk melihat situasinya di sana. Jika ada kondisi tak terduga lainnya dan kamu membutuhkan bantuanku, jangan segan untuk menghubungiku."

Sejujurnya, meskipun Tisno Wen sangat mengkhawatirkan kepergian Arthur Sheng kali ini, tapi dalam bayangannya, Arthur Sheng dalam benaknya adalah seseorang yang sangat kuat dan kokoh.

Dia selalu merasa bahwa Arthur Sheng adalah yang paling berani dan cerdas di antara mereka.

Dia tidak pernah menyangka, bahwa seorang sehebat Arthur Sheng, ternyata juga sungguh bisa tumbang......

Meskipun saat ini dia juga belum melihat kondisi Arthur Sheng yang sebenarnya, tapi dia juga bisa membayangkan sosoknya yang terkulai lemas.

Kris memang merasa suasana hatinya tidak begitu bagus karena kondisi Arthur Sheng saat ini, maka dia pun juga tidak berbicara banyak kali ini, seakan mereka memiliki pemahaman yang sama pun menutup teleponnya dalam diam.

"Kamu telepon dengan siapa?" Baru saja Tisno Wen menutup teleponnya, Billy Gu masuk ke dalam ruangannya.

"Aku baru saja menanyakan kondisi Arthur di sana." Tisno Wen menghirup nafas dalam-dalam, kemudian memencet alisnya, wajahnya penuh dengan keseriusan.

"Ada apa dengannya disana?" Begitu mengungkit Arthur Sheng, ekspresi Billy Gu berubah sepenuhnya, dan dengan kepanikan yang mulai meningkat dia menanyakan kondisinya kepada Tisno Wen.

Beberapa hari ini Billy Gu sebenarnya juga sangat mengikuti perkembangan kondisi Arthur Sheng, terlebih setelah mendapat kabar bahwa Arthur dalam keadaan koma, dia pun menjadi lebih khawatir dan cemas.

Tapi meskipun cemas, jarak keduanya sangat berjauhan, juga bukan berarti masa lalunya bisa dilewatkan begitu saja.

"Barusan ada kabar dari sana, semenjak hari tragedi itu, Arthur masih belum kunjung sadar, jika terus seperti ini, bisa jadi tubuhnya tidak akan kuat." Tisno mengatakannya sembari bangkit berdiri dari sofa itu.

Karena kecemasannya yang mendalam, membuatnya tidak betah untuk terus duduk.

Setelah berdiri, dia pun mulai berjalan mondar-mandir mengelilingi ruangan kantornya.

Saat mendengar kabar bahwa Arthur Sheng masih belum sadarkan diri juga, Billy Gu merasa kabut menyelimuti benaknya, "Apa yang kamu katakan?"

Lalu, dia melanjutkan bertanya kepada Tisno Wen, "Maksudmu, jika terus begini, kondisi Arthur akan menjadi sangat membahayakan bukan?"

"iya." Tisno Wen menjawabnya dengan sedikit tak berdaya, kemudian berkata: "Aku rasa kali ini kita harus pergi ke luar negeri."

"Bagaimana bisa menjadi seperti ini?" Billy Gu menatapnya dengan tidak percaya, "Tisno Wen, saat itu bukan seperti ini yang kamu katakan kepadaku! Kamu berkata bahwa Arthur tidak mengalami apapun yang serius!"

"Aku juga tidak tahu, mereka yang mengatakan seperti itu kepadaku, aku juga berpikir Arthur akan baik-baik saja." Tisno Wen berkata dengan geram.

Dia yang biasanya lembut, baru kali ini merasakan emosinya begitu meledak-ledak.

Dengan agresif Billy Gu pun segera menyahut: "Lalu tunggu apalagi, kita harus bergegas pergi!"

Tisno Wen tidak menjawabnya, dan otaknya berputar dengan cepat.

Saat ini, jika keduanya pergi, pasti juga tidak akan berhasil.

Dan sifat Billy Gu relatif terlalu tidak sabar baginya, jika dia pergi sendiri itu pun juga tidak akan berhasil.

Setelah berpikir-pikir, Tisno Wen akhirnya memikirkan sebuah cara yang menurutnya paling aman.

Kepergian kali ini, sebaiknya dia pergi sendiri, sedangkan Billy Gu biarlah dia tetap di sini untuk mengurus Sheng World, dan juga dibutuhkan orang untuk mengawasi Regina Mo, jika tidak jika sampai Evelly Mo mendapat kabar tentang kekosongan itu, bisa-bisa nantinya menimbulkan sebuah masalah lain.

Setelah meluruskan pikirannya, Tisno Wen menjelaskan pemikirannya kepada Billy Gu, "Begini saja, kepergian kali ini, biar aku saja yang pergi, kamu tinggallah di sini dan mengurus Sheng World, juga mengawasi Regina Mo, nanti jika ada berita tentang perkembangannya, aku akan langsung menghubungimu."

Setelah terdiam beberapa saat, dia kembali menambahkan: "JIka kamu sampai tiba-tiba menemui suatu situasi yang mendadak, juga hubungi aku langsung, kita akan memikirkan cara penyelesaiannya bersama-sama."

Sebenarnya, secara tidak langsung, Billy Gu ingin menolak ide Tisno Wen.

Bagaimanapun juga, rasa khawatirnya kepada Arthur Sheng juga tak kalah dari Tisno Wen.

Tapi, sekarang bukanlah saatnya untuk memperdebatkan masalah itu, setelah dipikir-pikir, perkataan Tisno Wen juga bukanlah tidak masuk akal.

Jika saat ini mereka berdua meninggalkan tempat ini, tidak akan ada orang yang mengurus Sheng World di sini, dan akan membuatnya menjadi benar-benar kacau.

Bermacam masalah di perusahaan memang tidak bisa dilepaskan begitu saja.

Novel Terkait

Evan's Life As Son-in-law

Evan's Life As Son-in-law

Alexia
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Marriage Journey

Marriage Journey

Hyon Song
Percintaan
3 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
4 tahun yang lalu
My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
3 tahun yang lalu
Gue Jadi Kaya

Gue Jadi Kaya

Faya Saitama
Karir
4 tahun yang lalu
Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu Luar Biasa Bangkrut

Menantu
4 tahun yang lalu
Dewa Perang Greget

Dewa Perang Greget

Budi Ma
Pertikaian
3 tahun yang lalu