Chasing Your Heart - Bab 153 Harus Menyayanginya Dengan Baik.

Wajah Regina Mo dalam sekejap langsung merah. Ada begitu banyak orang, tapi dirinya malah digendong turun. Benar-benar...

"Aku pergi melihat ibuku dulu!" Melihat semakin lama semakin dekat dengan jalan pulang, Regina Mo tanpa ragu mengucapkan apa yang ada di pikirannya.

Walaupun ibu Mo sedang dalam pengobatan, tapi ibu Mo tak melepaskan bisnis toko bunga. Setiap hari ibu Mo akan membuka toko selama 4 jam.

Baru saja melihat bayangan toko bunganya, Rizky langsung merasa tak tahan. Baru mobil berhenti, Rizky langsung berlari lalu memeluk kaki ibu Mo, "Nenek, kami pulang."

Ibu Mo tersenyum melihat kedua orang tersebut. Ada banyak kerinduan yang ingin dikatakan, tapi ibu Mo menahannya.

Regina Mo turun paling terakhir. Regina Mo agak mabuk mobil. Regina Mo bersandar pada pintu mobil sebentar, baru tenaga wanita itu kembali.

"Bu, bagaimana dengan kaki ibu?" Tatapan Regina Mo jatuh ke kaki ibunya, kedua alisnya berkerut.

Ibu Mo mengerti kekhawatiran Regina Mo, lalu menenangkannya dengan menepuk tangan Regina Mo, "Baik-baik saja. Setelah operasi, penyembuhannya cukup baik. Sekarang kakiku sudah bereaksi. Aku bisa berdiri, hanya saja aku tak bisa lama-lama berdiri."

Baru Regina Mo merasa lega. Setelah itu Regina Mo teringat masalah pernikahan. Regina Mo ingin membagikan berita bahagia ini.

"Bu, aku dan Arthur sudah menikah."

Wajah Regina Mo dihias dengan senyum bahagia dan senyuman itu terrefleksikan di mata ibu Mo, membuat ibu Mo terpana.

Ibu Mo mendongak, lalu mengalihkan tatapannya ke Arthur Sheng.

Arthur Sheng langsung mengerti, lalu menjelaskan, "Ini sungguhan. Kami sudah melaksanakan pesta pernikahan."

"Apa kamu sungguh bisa menerimanya?" Ada keraguan dan kekhawatiran di wajah ibu Mo, jika dia tak bahagia berada di keluarganya, apa gunanya menikah?

Arthur Sheng tersenyum, lalu menggendong Rizky yang ada di sebelah, "Bu, apakah kami mirip?"

Pertanyaan tersebut langsung menghilangkan kerisauan ibu Mo dan membuat hati ibu Mo menghangat.

Perlahan-lahan air mata mengalir dari mata ibu Mo. Ibu Mo menggerakan kursi rodanya ke depan Arthur Sheng lalu menggenggam tangan pria tersebut, "Nantinya anakku akan ku berikan padamu. Kamu harus menyayanginya dengan sebaik-baiknya!"

Arthur Sheng mengangguk tanpa ragu.

"Apa yang kalian lakukan? Beberapa hari ini kalian tidak terlihat?" Ibu Mo kembali teringat dirinya menelpon beberapa kali, tapi jaringannya sibuk. Kalau bukan karena Regina Mo yang mengirimnya pesan, ibu Mo sudah pasti panik sekali.

Arthur Sheng juga merasa tak enak hati, dengan suara pelan menjelaskan, "Bu, kami pergi ke luar negeri untuk bulan madu. Itu diputuskan mendadak hingga lupa mengabari ibu. Maafkan aku."

Ibu Mo hanya merasa khawatir, melihat mereka baik-baik saja tanpa masalah, ibu Mo akhirnya tersenyum, "Baguslah kalau kalian bulan madu. Kalian harus baik-baik ya."

Kebahagiaan terbesar ibu Mo mungkin menginginkan Regina Mo bahagia.

Regina Mo yang diliputi rasa cinta, akhirnya keluar dari toko bunga. Sekarang Regina Mo merasa lelah sekali, tapi dirinya masih ingin bertanya tentang penyakit ibunya secara detil.

Keduanya berbalik lalu pergi ke rumah dokter.

Mereka sangat menyambut hangat pasien yang masih ada hubungan kerabat dengannya. Beberapa saat kemudian, dokter menjelaskan penyakit ibu Mo dengan jelas.

"Kesembuhan kaki nyonya lumayan baik. Tapi olahraga di hari biasa harus dikurangi. Aku lihat nyonya agak sibuk di toko bunga. Pastikan nyonya harus berolahraga, tapi jangan sampai letih, apalagi melakukan pekerjaan berat."

Setelah melewati hidup yang sangat lama di negara ini, kemampuan bahasa mereka sudah sampai tahap bisa menjelaskan. Hal ini juga untuk menghindari mengundang Arthur Sheng kemari untuk membantu menerjemahkan.

"Berapa lama hingga ibu bisa benar-benar berjalan?"

Dokter tersenyum riang, "Jangan khawatir. Paling lama 6 bulan, beliau pasti bisa jalan sendiri. Tapi di saat itu, beliau harus memerhatikan intensitas olahraganya."

Ketika mendengar ibunya bisa berjalan, Regina Mo sudah terkejut.

Bagus sekali!

Akhirnya ibunya bisa berjalan. Ibu Mo selalu kuat seumur hidupnya. Jika setelahnya ibu Mo harus menjalani hidup di kursi roda, sedih sekali rasanya!

Melihat Regina Mo akan menangis, Arthur Sheng buru-buru menenangkan, "Tidak apa. Ibu sebentar lagi akan sembuh. Kamu ini... jangan menangis terus."

Regina Mo bersandar pada dada bidang Arthur Sheng, lalu dengan suara pelan berkata, "Bukankah ini karena gembira?"

Arthur Sheng berpura-pura menatap tak senang, "Senang pun kamu menangis. Nantinya kamu akan banyak menangis."

Regina Mo tak bicara lagi. Dirinya tahu tak bisa melawan ucapan pria itu, lebih baik menuruti ucapan Arthur Sheng.

Sesampainya di rumah, Regina Mo yang sulit tertidur langsung tertidur dan bangun keesokan harinya.

Begitu bangun, Regina Mo langsung melihat Arthur Sheng berpakaian jas rapi dan bersiap pergi.

"Pagi sekali?"

Arthur Sheng berjalan ke depan, mengikat dasinya. Melihat wajah kecil yang masih setengah terbangun di dalam cermin, Arthur Sheng berbalik lalu memeluk wanita tersebut, "Kamu tertidur seperti babi. Rizky sudah bangun dan kamu belum."

Regina Mo berdalih tak terima, "Bukankah itu karena aku kelelahan? Rizky tak melakukan apapun."

Arthur Sheng menyentuh dahi Regina Mo dengan sayang, "Alasanmu terlalu banyak."

Selesai makan, ketika Arthur Sheng akan pergi keluar tiba-tiba pria itu teringat sesuatu, lalu berbalik dan bicara pada Regina Mo yang masih menguap: "Besok adalah akhir pekan. Kita kembali ke rumah lama. Sekarang kita sudah resmi menjadi sepasang suami istri, kita harus kembali dan tinggal di sana."

Kalimat itu membuat kuapan Regina Mo tersangkut di tenggorokan.

Kembali ke rumah lama? Ada ketakutan luar biasa pada tempat itu bagi Regina Mo.

Apakah harus menolak?

Tanpa menunggu jawaban Regina Mo, Arthur Sheng sudah pergi.

Seharian Regina Mo tak tahu dirinya harus bagaimana.

Regina Mo hanya pernah bertemu beberapa anggota keluarga Sheng, tapi orang-orang itu bisa menjadi mimpi buruk baginya.

Melihat ibunya melamun, Rizky bersandar pada Regina Mo dan bertanya: "Bu, ada apa? Ayah menjahili ibu lagi? Aku akan balas!"

Rizky langsung bersiap menghajar tanpa takut dan semangat.

Regina Mo tak kuasa memeluk erat Rizky, "Tidak. Kamu terlalu banyak berpikir, sayang. Apa kamu ingin bertemu nenek?"

Rizky menjawab dengan riang, "Mau. Tapi bukankah kemarin kita baru bertemu nenek?"

Regina Mo menggeleng, "Bukan nenek itu yang ibu bicarakan. Itu adalah ibunya ibu. Besok kita bertemu ibunya ayah. Kamu ingin bertemu?"

Keantusiasan Rizky berkurang sedikit, "Baiklah, besok kita pergi."

Jantung Regina Mo tak hentinya berdegup cepat. Kali ini dirinya tak hanya bertemu nyonya Sheng, dirinya juga akan bertemu dengan anggota keluarga Sheng yang lain. Ini adalah pertarungan pertama yang Regina Mo akan lihat.

Walaupun begitu, di hari kedua, setelah ditenangkan oleh Arthur Sheng, tangan Regina Mo masih berkeringat. Regina Mo memasuki gerbang kediaman keluarga Sheng dengan tubuh gemetar ketakutan.

Novel Terkait

The Winner Of Your Heart

The Winner Of Your Heart

Shinta
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Pria Misteriusku

Pria Misteriusku

Lyly
Romantis
3 tahun yang lalu
Cinta Yang Terlarang

Cinta Yang Terlarang

Minnie
Cerpen
4 tahun yang lalu
Loving Handsome

Loving Handsome

Glen Valora
Dimanja
3 tahun yang lalu
The Revival of the King

The Revival of the King

Shinta
Peperangan
3 tahun yang lalu
Kisah Si Dewa Perang

Kisah Si Dewa Perang

Daron Jay
Serangan Balik
3 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
3 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu