Chasing Your Heart - Bab 154 Jangan Membuatnya Malu.

Keluarga Sheng adalah keluarga yang sangat besar. Tuan besar Sheng memiliki 6 orang anak dan Tuan Besar Sheng adalah anak kedua dari keluarga besar ini. Setelah kakek Sheng pensiun, Tuan Besar Sheng memimpin keluarga. Tapi belum menjadi pemimpin beberapa lama, Tuan Besar Sheng sudah mundur dan digantikan oleh Arthur Sheng.

Sebenarnya untuk menjadi penguasa keluarga Sheng tidak didasarkan pada hubungan, melainkan kemampuan. Inilah mengapa Arthur Sheng tetap pada posisinya, seringkali juga akan ada orang yang datang untuk memprovokasinya.

Satu persatu masalah berdatangan, kabar utama tentang Regina Mo dan Arthur Sheng tak pernah berkurang. Walaupun yang lain tak pernah bertemu Regina Mo, semua orang sudah familiar dengan wajah Regina Mo.

Dan hari ini wanita itu datang! Anggota keluarga Sheng yang datang juga banyak!

"Halo kakek, ayah, ibu, paman tertua, bibi tertua, paman ketiga, dan bibi ketiga. Aku membawa Regina pulang." Arthur Sheng masih memasang senyum tenang. Hanya saja yang lain bisa merasakan karakter Arthur Sheng sedikit berubah.

Regina Mo mengikuti dari belakang dengan malu-malu dan Rizky berjalan di samping Regina Mo dengan patuh, karena di sana ada orang yang Rizky kenal.

Nyonya Sheng dan Tuan Besar Sheng masih memasang wajah malas meladeni, hanya saja kakek Sheng masih tampak hangat, "Baguslah kalian pulang!"

Regina Mo menatap tatapan yang aneh dari banyak orang, akhirnya Regina Mo memberanikan diri menyapa kakek Sheng.

Arthur Sheng membawa Regina Mo berjalan ke sebelah, "Ini paman dan bibi tertua. Mereka orang baik."

Regina Mo menyapa dengan suara pelan, "Halo paman dan bibi tertua."

Paman tertua sama dengan Arthur Sheng, sepertinya wajah mereka lumpuh tak bisa berekspresi, sangat serius. Tapi sedari awal Regina Mo sudah berlatih terbiasa akan hal itu. Sekarang dirinya hanya sedikit gugup berhadapan dengan para orang tua, wajah serius atau apapun itu, anggap saja dia tak melihatnya.

"Hm." Paman tertua menjawab dengan dingin.

Bibi tertua kelihatannya orang yang terstruktur dan rapi, dengan senyum lebar bibi tertua berkata, "Ini amplop pernikahan kalian. Setelah menjadi keluarga Sheng, nantinya sikap dan ucapanmu akan mewakili reputasi keluarga Sheng. Kamu harus baik-baik menahan diri, kalau tidak mengerti, tanya saja."

Regina Mo mengangguk, tapi dalam hati Regina Mo tahu perseteruan ini akan sulit. Dari luar mereka tampak hangat, tapi karena Arthur Sheng yang berkuasa di sini, dirinya harus belajar fasih bicara dan bersikap menjilat.

"Ini paman ketiga dan bibi ketiga." Arthur Sheng kembali memperkenalkan.

Regina Mo melihat sepasang suami istri di hadapannya. Dari luar mereka tampak hangat, tapi di dalamnya mereka lah yang paling ganas. Regina Mo agak ketakutan, tapi dengan cepat kembali berubah tenang. Dirinya tak boleh mempermalukan Arthur Sheng.

"Halo paman dan bibi ketiga. Ini hadiah untuk kalian, aku harap kalian suka."

Regina Mo tersenyum malu lalu mengeluarkan hadiah yang sudah disiapkan. Sebagai gantinya, wajah sepasang suami istri itu semakin tersenyum hangat, tetapi sorot dari mata mereka tak bisa ditutupi.

Tak mungkin kan! Orang yang tak memiliki latar belakang keluarga yang baik bisa mengancam mereka?

"Ayah, ibu."

Regina Mo bergeser dengan ketakutan. Mereka termasuk musuh terbesar Regina Mo di keluarga ini. Regina Mo juga tak tahu apakah nantinya mereka bisa rukun. Tapi sepertinya sekarang tak ada harapan.

Dua pasang wajah itu tampak merengut seperti barang terpentingnya dirampas.

Ya, kan? Bukankah dirinya merampas anak laki-laki berharga mereka? Karena sudah dirampas, pasti mereka akan benci. Tapi Regina Mo berharap mereka tak menyulitkan dirinya!

"Ayah, ibu!" Regina Mo berusaha keras mengembangkan senyum. Karena Arthur Sheng sudah berusaha begitu keras, seharusnya dirinya tak membuat pria itu kecewa, kan?

Keduanya masih tak bicara, tapi Regina Mo sudah dari awal memprediksi hasilnya. Regina Mo mengeluarkan hadiah yang dibelinya di jalan, anggap saja ini hadiah pertemuan.

"Kamu membelinya dengan uang anakku. Kamu menggunakan uang anakku untuk memberi kami hadiah. Bukankah itu tak sopan?" Nyonya Sheng melihat gelang yang dikeluarkan, nada suaranya tak senang.

Regina Mo tersedak, jantungnya terus berdebar. Arthur Sheng yang berada di samping tak tahan untuk mengelak, "Hadiah itu memakai uang Regina sendiri. Walaupun tidak mahal, tapi itu maksud baik darinya sendiri."

Baru nyonya Sheng menatap Regina Mo, "Barang cacat seperti itu mau mengotori mataku?"

Tuan besar Sheng tak tahan untuk berdeham, "Ini lumayan."

Arthur Sheng juga tidak lagi melawan. Orang yang datang ke sini sebagian besar datang untuk melihat hal yang memalukan, jika semakin ribut, itu akan semakin tak baik.

"Sisanya adalah orang-orang yang lebih muda darimu. Hei, ini kakak ipar kalian!"

Regina Mo melihat ke sana. Sorot mata mereka tampak tak ramah. Ada ejekan, sindiran, tertawa di atas penderitaan dan sebagainya. Regina Mo sudah lelah tapi dia masih menyapa.

"Baiklah. Ini sudah dianggap telah mengenal saudara-saudara. Nantinya Regina adalah bagian dari keluarga Sheng." Ucap kakek Sheng. Jika masih ada keberatan, keberatan itu harus ditahan.

Rizky yang sedari tadi duduk di pangkuan Kakek Sheng sudah merasa tak tenang. Saat ini di ruang tamu sudah tidak ada orang yang bicara. Rizky merasa kesempatannya sudah datang, lalu Rizky mendekati telinga kakek Sheng, "Aku mau makan. Kakek, aku hampir mati kelaparan. Lihat, perutku terus berbunyi."

Kakek Sheng menunduk seakan serius mendengarkan bunyi di perut Rizky, "Sepertinya iya! Kalau begitu ayo kita makan!"

Rizky masih mengikuti kakek Sheng duduk. Sebenarnya ini pertama kalinya. Dulu orang yang lebih muda tidak diperlakukan seperti ini. Arthur Sheng merasa bangga, inilah anaknya.

Kakek Sheng juga tak berpikir untuk makan dalam diam. Ketika makan, pria tua itu terus berbicara bahwa Rizky sangat mirip sekali dengan Arthur Sheng. Tapi ketika ucapan itu sampai pada telinga Regina Mo, ucapan itu berubah menjadi penyesalan. Dirinya membohongi kakek Sheng.

Wajah nyonya Sheng dan tuan besar Sheng semakin tak senang. Mereka ingin bicara tapi tak bisa bicara, itu membuat mereka kesal!

"Kak, aku pulang!" Tiba-tiba aura seseorang yang riang masuk ke dalam.

Regina Mo mendongak dengan rasa terkejut. Dulu dia tak pernah mendengar bahwa Arthur Sheng memiliki adik perempuan. Begitu mendongak, seorang gadis berumur 15 tahun masuk ke dalam pandangannya. Gadis itu tampak ceria dan menggemaskan. Hanya saja matanya membuat orang lain tak nyaman melihatnya.

"Vera, ini kakak iparmu!" Melihat Vera Sheng yang memperhatikan Regina Mo dari atas sampai bawah, Arthur Sheng langsung tahu apa yang dipikirkan adiknya, lalu Arthur Sheng langsung memperkenalkan.

Vera Sheng sengaja menilai Regina Mo dari atas sampai bawah, "Ini kakak iparku? Biasa saja!"

Sorot mata Arthur Sheng melirik dingin. Vera Sheng buru-buru bersikap manis sambil tersenyum, "Aku masih ada urusan, aku pergi! Kalian makan lah dengan pelan!"

Selesai bicara, Vera Sheng berbalik lalu meninggalkan ruang tamu.

Wajah Arthur Sheng agak kesal, dia ingin meledakkan amarahnya tapi dihalangi oleh Regina Mo. Ini hari pertamanya masuk ke rumah ini, kalau di hari pertama saja sudah ada masalah, pastinya itu tak bagus.

Novel Terkait

Nikah Tanpa Cinta

Nikah Tanpa Cinta

Laura Wang
Romantis
4 tahun yang lalu
Wonderful Son-in-Law

Wonderful Son-in-Law

Edrick
Menantu
4 tahun yang lalu
Anak Sultan Super

Anak Sultan Super

Tristan Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Love and Trouble

Love and Trouble

Mimi Xu
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
4 tahun yang lalu
See You Next Time

See You Next Time

Cherry Blossom
CEO
5 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
5 tahun yang lalu