Chasing Your Heart - Bab 54 Melawan Kekerasan dengan Kekerasan

Tisno Wen segera menepuk dadanya dan menjamin: "Boss, jangan khawatir! aku akan membereskan semuanya!"

Setelah kira-kira 15 menit berlalu, mereka masih makan, Regina Mo masih memaksa Arthur Sheng untuk makan, saat itu juga, terdengar suara ribut dari pintu depan, suasana begitu sengit, tampaknya akan ada ledakan dan kehancuran yang terjadi di sana. Orang-orang ini adalah para preman yang baru saja di pukuli oleh Tisno Wen, bahkan mereka membawa berbagai tongkat kali ini, terlihat sangat kejam dan berbahaya.

Tanpa perlu Arthur Sheng berkata apa-apa. Tisno Wen langsung meletakkan sumpitnya, ia menegakkan badannya dan langsung berjalan kesana.

"Kamu membiarkannya pergi begitu saja?" tanya Regina Mo khawatir, ia ingin berdiri tetapi bahunya segera di tahan oleh Arthur Sheng, wanita itu hanya bisa duduk diam di tempatnya.

Arthur Sheng berkata dengan ringan: "dia bisa mengatasinya!"

Regina Mo tidak setuju dalam hati, boss satu ini benar-benar jahat, ia membiarkan bawahannya pergi mengatasinya sendiri, sedangkan dia hanya duduk diam......

"Lanjutkan saja makanmu! tidak usah ikut campur."

Awalnya Regina Mo tidak terlalu yakin, tetap melihat wajah Arthur Sheng yang tenang dan tampak memiiki strategi dan rencana yang matang, ia perlahan merasa lega. Ia tahu kalau Arthur Sheng sejak dulu tidak pernah bertempur dalam pertempuran yang tidak pasti. Tidak tahu mengapa, wanita itu yakin sekali akan hal ini.

Begitu ia mulai merasa lega, Regina Mo kembali merasa lapar, apalagi ia telah diganggu beberapa kali saat ia makan tadi, melihat Arthur Sheng yang masih bersedia untuk makan, wanita itu tetap berinisiatif menambahkan sayur ke mangkuk nasi pria tersebut. Melihat kerutan di dahi pria itu yang semakin dalam, wanita itu merasa lucu. Ia terus menambahkan sayur dan merasa sangat senang.

Mangkuk Arthur Sheng segera menjadi sebuah bukit yang tinngi, raut wajah pria tersebut bisa digambarkan seperti es yang berusia ratusan tahun, seolah apa yang ada di hadapannya bukanlah sayur, melainkan sebuah racun yang mematikan.

Regina Mo tidak memperdulikan tatapan peringatan dari Arthur Sheng, ia terus mendesak: "Cepat makan! ini tidak enak jika sudah dingin!"

Detik selanjutnya, Arthur Sheng mendorong mangkuk di hadapannya kepada Regina Mo tanpa ekspresi: "jika kamu tidak menghabiskannya, tidak usah pulang malam ini!"

Saat itu juga, hati Regina Mo rasanya hancur, wanita itu merasa seperti sedang menggali lubang untuk dirinya sendiri untuk di lompati ke dalam.

Suasana di tempat makan itu terasa canggung dan hangat, tapi berbeda dengan suasana di luar. Mereka sedang bertarung dengan sengit, Arthur Sheng malas untuk mengurusinya, ia memanggil beberapa pengawal untuk melawan para gangster tersebut.

Tapi para gangster tersebut benar-benar lemah di hadapan beberapa pengawal terlatih tersebut. Mereka dipukuli dan jatuh ke atas tanah kurang dari satu menit. Wajah mereka babak belur dan mereka menangis kesakitan. Tongkat-tongkat mereka pun patah. Para pengawal itu terlihat sangat rapi dalam balutan jas dan dasi. kali ini mereka kembali menang!

Ketika pemilik rumah menyaksikan adegan ini, kedua bola matanya seolah akan mencuat keluar, ia tidak berani mengeluarkan sepatah kata pun.

Ketika akhirnya Regina Mo berhasil menghabiskan semua hidangan di atas meja, ia sudah tidak bisa berjalan lagi. Melihat tatapan licik dari mata Arthur Sheng, Regina Mo merasa kesal dan sedikit marah.

"Boss, hitung seluruhnya!"

"Tidak perlu, aku tidak berani menerima uangmu..... kalian harus membiarkan aku tetap hidup dan mencari nafkah!"

Pada akhirnya, pemilik rumah makan ini tidak berani menerima uang kami, Regina Mo merasa aneh, tetapi pada saat berjalan keluar, melihat para preman yang telah babak belur itu, wanita itu pun mengerti perasaan boss pemilik rumah makan ini.

Mereka mengatasinya dengan terlalu keras, akan tetapi mengatasi kekerasan dengan kekerasan, ini memang tak berdaya dan tidak ada pilihan lain.

Setelah mengatasi masalah ini, Regina Mo pun kembali ke rumahnya, tapi saat ia sampai di rumah, Ibu Mo dengan panik berlari kemari: "Regina, ini tidak baik, Rizky Mo sedikit flu, sepertinya ia akan demam?"

Regina Mo dengan cepat naik ke lantai atas, ia bahkan tidak sempat mengganti sepatunya, saat memasuki kamar, ia melihat Rizky Mo yang tertidur pulas, tetapi alisnya yang kecil mengerutkan kening, dan pipinya yang kecil tampak memerah tidak wajar.

Regina Mo menyentuh dahinya, terasa sedikit panas.

Dalam keadaan setengah sadar, Rizky Mo membuka matanya, ia bergumam: "Ibu... aku merasa tidak nyaman......"

Regina Mo dengan cepat menyentuh tangan Rizky Mo, dengan suara ringan menenangkan: "Jangan takut, mama ada disini, sebentar lagi akan membaik, tidak akan terjadi apa-apa!"

Rizky Mo mengangguk-anggukkan kepalanya kemudian kembali tertidur. Tetapi mulutnya terus bergumam, tidak jelas apa yang ia katakan.

"Tidak bisa, kita harus segera ke dokter sekarang!"

"Tapi ini sudah tengah malam, jarak dari sini ke rumah sakit juga cukup jauh!" kata Ibu Mo khawatir.

Regina Mo berusaha tenang sejenak, ia langsung menghubungi Arthur Sheng: "Kamu ada dimana sekarang? Rizky Mo sakit, apakah kamu bisa kembali lagi kesini dan membawa kami ke rumah sakit?"

Arthur Sheng segera menjawab tanpa ragu: "Bisa, aku segera kesana! tunggu aku lima menit!"

Tidak sampai lima menit, mobil Arthur Sheng telah tiba di depan pintu rumah, ia naik ke atas dan menggendong Rizky Mo masuk ke dalam mobil, Regina Mo ikut masuk ke dalam mobil. Awalnya Ibu Mo juga ingin ikut pergi, tetapi Regina Mo membujuknya untuk tidak perlu ikut.

Dalam perjalanan, Regina Mo memeluk Rizky Mo yang sedikit demam, ia terus menyalahkan dirinya sendiri dalam hati. Belakangan ini, waktunya habis hanya untuk pekerjaan dan kursusnya, ia tidak punya waktu untuk menemani Rizky Mo sama sekali, sehingga ia sampai tidak tahu kalau Rizky Mo sedang sakit.

Melihat wajah kecil itu yang merasa tidak nyaman dan demam, Regina Mo juga merasa cemas dan bersalah, bagaimana ia bisa menjadi seorang ibu yang seperti ini? Kenapa ia begitu ceroboh? Kenapa ia tidak bisa menemani putranya?

Arthur Sheng juga sesekali menolehkan kepalanya melihat kondisi Rizky Mo, Regina Mo tidak menatap Arthur Sheng secara langsung. Lagi pula ia merasa marah pada Arhur Sheng. Jika bukan karena kontrak dengan pria ini, ia tidak perlu pergi ke kelas sialan itu, ia juga tidak perlu pergi ke pertemuan sialan tersebut, dengan begitu ia tidak mungkin sampai lalai dan tidak tahu kalau Rizky Mo sedang sakit.

Arthur Sheng juga tidak berkata apa-apa, ia hanya menambah kecepatan mobilnya.

Segera, mobil tiba di rumah sakit, karena Arthur Sheng sudah pernah bertemu dan pergi sebelumnya, dokter dengan cepat datang dan menanganinya.

Dokter memeriksa keadaan Rizky Mo secara terperinci, kemudian berkata: "Anak ini masuk angin, sehingga terpapar virus flu, kami perlu menyuntiknya untuk memeriksanya lebih lanjut!"

Regina Mo terus mengerutkan dahinya, ia memeluk Rizky Mo. Sedangkan Arthur Sheng segera mengurus masalah kamar. Ia menyuruh orang untuk membuka kamar Vip untuk Rizky Mo.

Setelah di suntik, raut waja Rizky Mo perlahan membaik, ia tidak lagi mengerutkan alisnya seperti tadi. Regina Mo pun merasa sedikit lebih tenang.

Arthur Sheng mengurus prosedur rawat inap Rizky Mo sebelum kembali ke kamar. Ia melihat Regina Mo yang menggenggam tangan Rizky Mo dengan erat, ada air mata di sudut matanya. Ia melangkah maju, ragu sejenak, kemudian menepuk pelan bahu Regina Mo.

"Dokter sudah bilang, dia akan baik-baik saja."

Regina Mo mengulurkan tangannya dan menyeka air matanya, ia mengangkat kepalanya dan menatap Arthur Sheng, dengan ringan berkata: "Sudah sangat larut, kamu pulang saja!Terima kasih sudah mengantarku ke rumah sakit dan mengurus semuanya untuk kami!"

Arthur Sheng mengangguk dengan datar, ia melihat sekilas ke tempat tidur lainnya di kamar tersebut, tiba-tiba ia berkata: "Aku sudah bolak-balik sepanjang malam ini, aku akan tidur disini malam ini!"

Sambil mengatakan itu, Arthur Sheng pun berbaring di ranjang tersebut, meninggalkan Regina Mo yang tercengang disana.

Novel Terkait

Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
The True Identity of My Hubby

The True Identity of My Hubby

Sweety Girl
Misteri
4 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Cinta Dibawah Sinar Rembulan

Denny Arianto
Menantu
5 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu
Istri kontrakku

Istri kontrakku

Rasudin
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Cintaku Pada Presdir

Cintaku Pada Presdir

Ningsi
Romantis
4 tahun yang lalu