Chasing Your Heart - Bab 213 Tak Boleh Buat Kesalahan!

"Nona, semoga beruntung!" Oki Ye berkata dengan suara rendah, buru-buru menggendong Regina Mo ke tempat yang aman sebelum mobil meledak.

Baru menaruh Regina Mo masuk ke dalam mobil, suara ledakan besar mengagetkan Regina Mo yang tak sadarkan diri hingga tubuh wanita itu bergetar.

Oki Ye tak lagi memperhatikan kondisi Regina Mo, langsung membawa mobilnya pergi hingga tak terlihat.

Tak lama setelah Oki Ye pergi, Evelly Mo dan Ayah Mo muncul di lokasi ledakan.

"Bagus juga kerjanya." Ayah Mo memuji. Kesempurnaan ini melebihi ekspektasinya.

Evelly Mo tersenyum bangga, dengan arogan menjawab: "Itu pria yang kamu tak sukai. Tapi Regina masih belum mati!" Evelly Mo mengernyit sambil mengelus luka di kepalanya.

Ayah Melihat ke kejauhan, "Dia tidak akan mempengaruhimu, aku sudah menyuruh Oki membawanya ke Eropa. Kamu pasti tahu jelas orang seperti apa Oki. Mana mungkin Regina memiliki kesempatan untuk kembali?"

"Dan lagi ada banyak orang di dunia ini. Anggaplah Arthur ke Eropa, pasti tidak akan bertemu dengannya."

Hati Evelly Mo masih tak tenang. Melihat ayahnya tak sabaran, untuk sementara Evelly Mo tak berkata apapun.

"Cepat ke sana, sebentar lagi mereka pasti mengejar."

Evelly Mo mengangguk. Mulai hari ini dirinya akan hidup sebagai identitas orang lain, ini adalah perjalanannya yang lain!

Para pengawal sedari awal sudah pusing karena belok-belokan tadi, ketika Arthur Sheng sampai pria itu seperti mendengar suara mobil meledak dan langsung menyuruh orang menyetir ke arah suara tersebut. Sesuai dugaannya, dia melihat Regina Mo di sana.

Mobil yang meledak tak jauh dari sana. Mata Evelly Mo tampak melamun. Di sekelilingnya adalah bagian-bagian mobil yang sudah terbakar, ada banyak luka di wajahnya dan darah yang menetes, rambutnya kacau, terlihat sangat mengerikan.

"Regina, kamu tak apa?" Melihat lokasi yang seperti ini, Arthur Sheng kaget sekali sampai jiwanya hampir melayang. Ada apa ini?

Evelly Mo mengatur ekspresinya, lalu memeluk Arthur Sheng erat dan menangis tersedu-sedu, "Arthur... Arthur... aku pikir diriku tak akan bertemu denganmu lagi...."

Mana mungkin Arthur Sheng masih ingin menyalahkan Regina Mo, lalu dengan pelan menenangkan istrinya, "Jangan takut, jangan menangia, sekarang kamu baik-baik saja. Selama kamu baik-baik saja, semuanya tentu akan baik!"

Evelly Mo seperti diselamatkan dari laut luas, lalu memeluk Arthur Sheng dengan erat. Tapi di tempat yang Arthur Sheng tak bisa lihat, wanita itu memunculkan senyum yang tak biasa.

Arthur Sheng pikir Regina Mo sakit, lalu langsung membawanya ke rumah sakit. Hasil pemeriksaan yang keluar adalah gegar otak kecil, Arthur Sheng juga menerima tatapan kesal dari seorang suster, hanya luka kecil begitu tapi bersikap seperti wanitanya akan mati. Pria kuat seperti itu tapi matanya malah penuh air mata!

Sebenarnya saat diperiksa Evelly Mo sudah sadar, tapi demi tak berbuat salah, Evelly Mo berpura-pura tidur untuk memikirkan kata-kata selanjutnya, tapi tak disangka dia malah ketiduran.

Ketika bangun, sudah pukul 4 pagi. Arthur Sheng masih tak bergerak, matanya selalu menatap Regina Mo.

"Arthur, kamu mau tidur sebentar?" Evelly Mo memicingkan matanya, belum beradaptasi dengan cahaya ruangan.

Arthur Sheng menggeleng, "Bisakah kamu memberitahuku apa yang sebenarnya terjadi kemarin? Aku baru tahu hari ini Jessy mencarimu, kalian masih bertengkar.'

Saat Arthur Sheng bicara, mata Evelly Mo tampak panik, kedua tangannya menggenggam erat tangan Arthur Sheng,  lalu air mata mengalir.

"Arthur... aku tak sengaja. Ini bukan keinginanku. Aku sungguh tak tahu apa yang terjadi!"

Arthur Sheng menepuk-nepuk tangan Evelly Mo, menenangkan wanita itu: "Tidak apa, semuanya sudah berlalu. Sekarang beritahu aku, baru aku tahu apa yang terjadi."

Evelly Mo menenangkan perasaannya, kedua tangannya menggenggam erat lengan Arthur Sheng.

"2 hari yang lalu, entah apa yang terjadi, tiba-tiba muncul orang yang ingin mengancamku. Aku takut, tak tahu harus bagaimana. Dia bilang jangan beritahu orang lain, jika memberitahu, aku akan mati dan aa.. aku... percaya!"

Evelly Mo menelan ludah, seperti sangat ketakutan, "Di.. diaa menyuruhku mengambil kue dan memberikannya ke ibu. Aku tak berani dan terpaksa mengiyakan. Aku ingin memberi ibu isyarat  tapi saat itu ada Shanon. Apapun yang aku bicarakan ibu tidak akan dengar."

Arthur Sheng mengangguk, "Lalu bagaimana dengan Jessy?"

"Orang itu menyuruhku membuat janji pada Jessy untuk pergi ke bar, menyuruhku minum bersamanya. Lalu setelah itu aku tak tahu apapun. Besok pagi dia mencariku dan aku baru tahu apa yang terjadi. Aku sungguh tak sengaja."

Arthur Sheng agak curiga. Jika orang itu sungguh membenci keluarga Sheng, dia akan langsung menyuruh Regina Mo meracuninya, maka keluarga Sheng akan runtuh, tapi dia tak melakukannya, malah menyakiti ibunya. Sebenarnya apa maksud orang itu?

"Kamu pernah bertemu orang itu?" Arthur Sheng bertanya pelan. Takut kalimatnya menyakiti Regina Mo. Bagaimanapun juga semua itu Regina Mo yang lakukan.

Dahi Regina Mo berkerut, "aku tak tahu. Dia selalu menelponku dan hanya bertemu sekali, tapi dia menutupi seluruh tubuhnya, aku hanya melihat matanya yang menakutkan."

Arthur Sheng sama sekali tak mencurigai ucapan Evelly Mo. Dia adalah istrinya sendiri, istri yang harus dia gandeng seumur hidupnya dan sebelum pernikahan wanita itu kabur beberapa kali, itu membuat Arthur Sheng tahu sifat Regina Mo. Regina Mo bukan orang yang mudah meminta bantuan pada orang lain.

"Baiklah, semuanya sudah berlalu. Aku akan mencaritahu dengan jelas." Arthur Sheng menepuk-nepuk bahu Evelly Mo, membiarkan wanita itu tidur sebentar lagi.

Jam 8 pagi, keduanya kembali ke rumah.

Rizky duduk di atas sofa, Tisno Wen berada di sebelahnya, lalu menyapa keduanya dan pergi. Malam hari, Rizky selalu berisik hingga tak mau tidur, ingin mencari ibunya. Tisno Wen pasrah, terpaksa menceritakan dongeng pada Rizky, baru anak itu tertidur.

"Ibu! Ibu! Akhirnya ibu pulang!" Ketika melihat Evelly Mo, reaksi Rizky agak lambat. Kakinya yang duduk cukup lama terasa mati rasa, setelah kesadarannya kembali, Rizky langsung berlari berhambur ke ibunya.

Evelly Mo berjongkok memeluk Rizky, "Ibu pulang! Kenapa Rizky tak sekolah?"

Rizky memeluk leher ibunya, "aku rindu ibu. Tunggu ibu pulang, baru aku sekolah."

Evelly Mo mencium pipi Rizky, "Tak apa. Semuanya sudah berlalu, ibu sudah pulang."

Rizky mengangguk mengerti. Anak kecil itu tak paham apa yang ibunya bicarakan, tapi selama ibunya pulang, itu sudah cukup baginya.

Novel Terkait

Predestined

Predestined

Carly
CEO
5 tahun yang lalu
Dark Love

Dark Love

Angel Veronica
Percintaan
5 tahun yang lalu
Cinta Setelah Menikah

Cinta Setelah Menikah

Putri
Dikasihi
4 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
4 tahun yang lalu
Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Jika bertemu lagi, aku akan melupakanmu

Summer
Romantis
5 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
5 tahun yang lalu
Pergilah Suamiku

Pergilah Suamiku

Danis
Pertikaian
4 tahun yang lalu
You Are My Soft Spot

You Are My Soft Spot

Ella
CEO
4 tahun yang lalu