Chasing Your Heart - Bab 95 Halo Ayah

"Terima kasih atas kebaikan hati Nak Philip, tapi, kakiku ini sudah aku periksakan ke banyak dokter, mereka semua berkata sudah tidak ada harapan. Hiraukan saja, ayo, makan."

Ibu Mo menyambutnya sambil mengalihkan topik pembicaraan.

Philip Song mengangguk, lalu mengambilkan sayur bagi ibu Mo sembari mengambilkan sayur juga untuk Regina Mo.

Regina Mo bengong, seakan merasa tidak tenang.

Rizky tidak senang melihatnya, "Paman, jangan sembarangan mengambilkan makan untuk ibuku. Di dunia ini hanya ayahku yang boleh melakukannya. "

Philip Song tertegun, "Ayah? "

Apa Arthur Sheng yang dia maksudkan?

Sebelum sempat bertanya, sesendok sayur yang dia ambilkan, sudah direbut oleh Rizky.

Bagaimana Regina Mo tidak bisa merasakan semua itu, Rizky tidak menyukai Philip Song, dia dengan buru-buru meminta maaf, "Maaf, anak ini mungkin masih belum terbiasa, maka dia berbuat demikian. "Selanjutnya dia memelototi Rizky, "Rizky Mo, minta maaf pada paman seperti apa yang sudah ibu ajarkan, bersikaplah sopan. "

Philip Song berkata, "Tidak apa-apa, namanya juga anak kecil. "

Mulutnya berkata demikian, namun dalam hati dia sedang menimbang apakah dia bisa membujuk anak ini.

.......

Setelah seharian penuh, suasana hari Arthur Sheng membaik.

Kerja, membenamkan diri dalam pekerjaan, orang lain mungkin tidak bisa melihatnya, tapi teman-teman dekatnya yang sudah mengenalnya cukup lama, Tisno Wen dan Billy Gu, mereka berdua tahu, dia menggunakan pekerjaannya untuk membuat dirinya melupakan segalanya.

Seusai kunjungannya beberapa hari, Nyonya Sheng mengundang Diana Song menghadapnya.

Di sebuah kafe yang megah dan mewah, yang terletak di tengah gedung-gedung mewah.

"Tante Sheng, ada urusan apa anda memanggilku ke sini?"

Begitu berjalan masuk dan bertegur sapa beberapa saat, Diana Song langsung menanyakan pokok pertemuan mereka.

Nyonya Sheng tersenyum, "Dua hari ini aku mengunjungi Arthur, dia terlihat baik, tidak ada masalah apa pun, tampaknya wanita itu hanya dia cari untuk teman tidur saja. "

"Tapi perempuan itu juga tahu diri, dia tahu dirinya harus pergi, kalau tidak, akan merepotkanku. "

Diana Song tahu tentu tidak sesederhana seperti yang kasat mata, sejak dari hari itu saat dia mabuk, dan dari mulutnya dia menggumamkan nama Regina Mo, dia tahu, orang ini sudah menggoreskan namanya di dalam hati Arthur Sheng.

Namun, dia sekarang yang cerdas, tentu tidak akan mengatakannya, dia dipaksa keadaan. Dengan sifat yang dimiliki oleh Arthur Sheng, bagaimana kalau dia sampai kabur? Maka dia harus mengatasinya perlahan/

Diana Song menatap Nyonya Sheng, dengan wajah yang penuh keraguan, dia berkata, "Tapi, sikap Arthur terhadapku masih seperti yang dulu...... "

Nyonya Sheng langsung memotong perkataannya, "Nanti kamulah yang akan menjadi istri Arthur. Aku memahaminya, dia itu adalah orang yang terlihat dingin di luar, tapi hangat dalamnya. Kamu sesempurna ini, kalau kamu lebih berusaha lagi, apa dia masih bisa menghindarimu? "

Dia berpikir sejenak lalu melanjutkan, "Keluarga kami sangat menyenangi wanita berpendidikan dan berpengawasan luas sepertimu. Perempuan seperti dirinya, jangan pernah berharap bisa masuk dalam keluarga kami. "

Diana Song tersenyum, "Aku tahu, terima kasih atas dukungan tante, aku pasti akan merawat Arthur baik-baik. Beberapa hari yang lalu saat sedang berjalan-jalan, aku melihat batu giok dengan warna yang indah, dan setelah aku pikir-pikir, aku ingin menghadiahkannya padamu, kebetulan hari ini tante mengundangku.

Nyonya Sheng langsung mengangguk, dia ini adalah calon menantu yang dia cari sendiri, pasti sempurna.

Pertemuan 2 orang ini, tidak dengan sepengetahuan Arthur Sheng. Arthur Sheng terlalu mencurahkan pikirannya pada pekerjaan, tapi pekerjaan, selalu ada habisnya.

Sore itu setelah jam pulang kantor, dia tanpa sadar kembali mengendarai mobilnya menuju ke tempat tinggal Regina Mo. Ketika dia tersadar, dia memukul-mukul setir mobilnya karena kesal.

Kenapa dia datang lagi?

Mungkin orang lain tidak bisa melihatnya, tapi dirinya sendiri panik, dan juga sebal, seperti pada saat dia akan pergi dulu, hatinya terasa kosong, hanya kulitnya saja yang tersisa dari tubuhnya.

Dia sudah beberapa kali ingin pergi ke tempat ke mana dia pergi, tapi setiap kali dia menekan perasaan itu jauh ke dalam hatinya, dia dalam hati terus mengatakan pada dirinya sendiri, wanita itulah yang menyerah, sekarang kenapa dia harus mengejarnya lagi?

Temperamennya yang aneh membuat masalah ini terus menerus dipendamnya dalam hati. Tisno Wen tidak tahan lagi, dia awalnya ingin mengurusnya, tapi siapa yang berani memberi perintah pada Direktur Sheng. Segerombol orang meneleponnya untuk memberitakan situasi yang dia hadapi, dirinya hanya bisa membantu mereka sebisanya.

Mencari keberadaan Regina Mo bukanlah hal yang susah, ada tiket kereta api, ditambah lagi dengan jumlah orang yang dia kerahkan, tidak sampai setengah hari, semua informasi itu sudah tergeletak di atas mejanya, dan setelah melihatnya sekilas, Tisno Wen menyesalinya.

Philip Song!

Siapa lelaki itu?

Kenapa baru beberapa hari, muncul orang ini?

Berjarak dengannya begitu dekat, dan yang paling penting, bagaimana mungkin orang yang sesusah ibu Mo itu juga berhasil dihasutnya.

Tidak bisa, dia harus pergi melihatnya, demi kebahagiaan saudaranya itu, dia memutuskan untuk mengorbankan waktu istirahatnya yang berharga.

Dia dengan segera pergi ke kota N dan tinggal di sebuah hotel di seberang toko bunga Regina Mo, setiap hari mengawasi kedua orang itu.

Hm, dari luar tampaknya tidak ada apa-apa, kedua orang itu sangat menjaga jarak, tapi dari sikap Rizky, dia dapat melihat sesuatu.

Di saat dia mengira itu semua hanya bayangannya saja, suatu siang, setelah mengantar Rizky ke sekolah, keduanya keluar bersamaan.

Tisno Wen berpikir dan kemudian merasa ini adalah kesempatan yang bagus untuk merusak hubungan mereka berdua, meskipun sungguh dihasut dirinya sendiri, mungkin dia sendiri juga sudah tidak punya harapan.

Selesai berdandan, dia menguntit mereka berdua berjalan di tepi patai. Orang-orang yang melihatnya, seorang bos dengan sebuah kupluk, di hari sepanas itu, menimbulkan tanda tanya.

Tisno Wen dalam hati terus menerus menghibur diri, tidak apa-apa, setelah ini semua selesai, dirinya akan beres-beres lalu pulang, dia tidak bisa terus-menerus terhalang oleh masalah ini.

Setelah menentukan posisi yang bagus, matanya mengawasi dua orang itu.

Regina Mo juga sangat bingung sekarang, seusai mengantarkan anaknya ke sekolah, Philip Song mengajaknya ke tepi pantai, namun sepanjang jalan mereka sama sekali tidak mengucapkan apa-apa, sampai sekarang.

"Apa kamu ada urusan? Apa tidak nyaman dibicarakan di rumah? "

Regina Mo hanya bisa terpikir satu alasan,hanya saja, sebenarnya hal apa yang bisa membuat seorang semurah hati itu, bersikap...semalu itu?

Philip Song mengamati deburan ombak yang tertiup angin, dalam hati dia sedikit merasa tenang, lalu duduk bergeser mendekati Regina Mo, "Sebenarnya hari ini aku mengundangmu datang adalah untuk mengatakan sesuatu denganmu. Regina......kamu seharusnya mengetahui perasaanku padamu, beberapa tahun ini, aku terus mencarimu...... "

Sambil berkata demikian, dia menggenggam tangan Regina Mo, dan mengumpulkan keberaniannya.

Regina Mo menyeritkan dahinya dan tanpa sadar mengibaskan tangannya, alhasil, belum sempat dia melakukan semua, sebuah suara menghentikan semua itu.....

"APA YANG SEDANG KALIAN LAKUKAN! "

Sebuah suara penuh amarah itu membuat semua orang berpaling.

Tisno Wen keluar dengan kupluk merahnya dari belakang mereka.

Philip Song bingung, dirinya belum selesai mengatakannya, siapa ini, memotong perkataannya.

Begitu melihatnya, Regina Mo juga bingung, bagaimana dia bisa berada di situ.

Sebelum dia sempat bertanya, Tisno Wen memotongnya, "Siapa kamu, apa kamu tidak tahu siapa dia, beraninya kamu membawanya ke tempat ini? "

Tidak heran dia banyak bertanya, dia sendiri banyak sekali menyaksikan hal serupa, tentu melihat kedua orang itu, dia punya gambaran tersendiri.

Tisno Wen sebenarnya adalah seorang putra keluarga konglomerat, penampilannya sebagai seorang bajingan hanya di luarnya saja.

Philip Song mempertahankan sikap kesatrianya, "Tuan ini, siapa anda, aku dan temanku datang ke sini untuk main. "

Novel Terkait

Air Mata Cinta

Air Mata Cinta

Bella Ciao
Keburu Nikah
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
3 tahun yang lalu
Cinta Tak Biasa

Cinta Tak Biasa

Susanti
Cerpen
4 tahun yang lalu
Pengantin Baruku

Pengantin Baruku

Febi
Percintaan
3 tahun yang lalu
Blooming at that time

Blooming at that time

White Rose
Percintaan
4 tahun yang lalu
Gaun Pengantin Kecilku

Gaun Pengantin Kecilku

Yumiko Yang
CEO
3 tahun yang lalu
Meet By Chance

Meet By Chance

Lena Tan
Percintaan
3 tahun yang lalu
Adore You

Adore You

Elina
Percintaan
4 tahun yang lalu