Chasing Your Heart - Bab 120 Permintaan Maaf

Sesuai dengan dugaan, keesokan harinya, koran maupun media sosial semua memberitakan mengenai Arthur Sheng, seperti sebuah sejarah yang besar baru saja terjadi.

Surat kabar yang pertama kali menulis tentang beberapa laporan palsu tentang Regina Mo dan berbagai media secara terbuka meminta maaf, yang menimbulkan sebuah gejolak besar dalam industri hiburan!

Dan Regina Mo tidak tahu sama sekali mengenai masalah ini.

Pagi buta, Tisno Wen sudah sampai di tempat tinggal Arthur Sheng, begitu masuk dia langsung ingin sarapan.

"Tidak ada, buat sendiri sarapanmu! "Arthur Sheng menolak permintaannya tanpa sungkan.

Tisno Wen mengutarakan isi hatinya, "Selarut apa pun aku masih membantumu, kerja keras juga butuh diapresiasi, apa kamu pantas mengeksploitasi pegawai seperti ini? "

Arthur Sheng masih bersikap sama, "Sangat pantas. "

Tisno Wen tercengang, kenyang sudah perutnya.

"Sudahlah, berita yang aku selidiki adalah demikian, editor surat kabar itu menerima uang 200 juta untuk menulis cerita yang seperti itu, tapi setelah ditelusuri semua berhenti padanya. Dia tidak mengenali orang yang memberinya uang, namun aku rasa kemungkinannya hanya beberapa orang itu saja. "

Arthur Sheng juga tahu masalah seperti ini paling mungkin adalah pekerjaan ibunya.

"Bagaimana dengan editor itu? "

"Editor ini, dia kali ini sangat mengikuti peraturan, maka perusahaan surat kabarnya langsung ditutup, editornya sudah aku tuntut dengan tuduhan menjelekan nama baik, pemalsuan data, tapi tampaknya dia hanya akan mendekam di penjara. "

Arthur Sheng mengangguk-angguk, "Ini sudah cukup! "

Tisno Wen menunggu cukup lama namun tidak juga melihat Regina Mo, dalam hati dia merasa ada yang aneh, secara teori sekarang sudah hampir pukul 9, bukankah seharusnya dia sudah bangun lebih pagi?

"Di mana Regina? "

Arthur Sheng menatapnya dengan dingin, dia melihat ketakutan di dalam hatinya, lelaki ini tidak mungkin menginginkan istrinya bukan?

Faktanya, sinar matahari menembus masuk ke dalam kamar tidur, menyinari mata Regina Mo. Saat dia susah payah untuk bangun, dia duduk di tepi tempat tidur, terhanyut oleh bekas kebiruan di sekujur kulit tubuhnya.

Mengingat kejadian semalam, wajah Regina Mo merah merona.

Tapi sekarang di mana Arthur Sheng? Di mana Rizky?

Regina Mo mengenakan bajunya dengan susah payah, kemudian sambil merambat dinding, dia berjalan dengan pelan masuk ke dalam kamar mandi supaya dia tidak terpeleset. Selesai mandi, dia merasa lebih rileks, bertukar pakaian, lalu turun ke lantai bawah.

Tisno Wen masih dengan giat ingin mengetahui apa yang terjadi dengan Regina Mo saat dia melihat Regina Mo menuruni tangga. Jelas-jelas tidak mengenakan riasan wajah sama sekali, tapi kehadirannya mendatangkan kesegaran.

Arthur Sheng dengan segera menghampirinya dan menutupinya, dia tidak ingin kecantikannya ditemukan lelaki lain.

"Kenapa kamu masih di sini? "Arthur Sheng bertanya dengan nada yang sedikit keras.

Tisno Wen juga tahu melongo menatap istri orang itu bukan perilaku yang pantas. Dia dengan segera meraih mantelnya lalu bergegas keluar.

Regina Mo merasa tidak enak, "Kamu jangan seperti ini, bukankah Tisno Wen belum makan? "

Wajah Arthur Sheng menjadi muram, "Sudah makan atau belum apa hubungannya denganmu? "

Regina Mo sekarang sudah tidak takut lagi dengannya, dia tersenyum kecil, "Tentu ada hubungannya denganku, kalau dia belum makan, bagaimana dia bisa membantumu? "

Arthur Sheng senang.

Di meja makan, kedua orang itu bersantap dengan pelan. Rizky dibawa Tisno Wen pergi, dan itu memberikan mereka kesempatan untuk melanjutkan 'dunia milik berdua' mereka semalam.

"Aku ingin tahu sebenarnya siapa yang dibahas di surat kabar itu. "Regina Mo mengunyak roti sambil berkata dengan curiga.

Arthur Sheng mengangkat kepalanya, "Masalah ini aku sudah tahu, Tisno Wen datang sepagi ini adalah untuk memberitahuku hal ini, seorang editor menerima suap, sekarang dia sudah dipenjara, ini terhitung pembalasan dendammu dariku. "

Regina Mo terdiam sejenak, dalang peristiwa tersebut tentu bukanlah sembarang orang, kalau tidak Arthur Sheng tidak akan sehati-hati itu bertindak, tapi semua sudah terjadi, dalam hati dia juga merasa senang.

Tapi waktu itu dia seharusnya bisa menghentikan semua ini, kenapa dia baru bertindak sekarang?

Berpikir demikian, Regina Mo juga ingin menanyakan sesuatu.

Tangan Arthur Sheng yang menggenggam sendok terhenti seketika, matanya menyapu tanpa arah, hatinya berdecit, "Menurutmu apa alasannya? Kamu sudah menyetujuinya berkali-kali, yang pertama kamu membawa lari akta nikah kita, yang kedua kamu membawa lari foto pernikahan kita, sekarang kalau aku tidak bertindak demikian, kamu akan melarikan apa lagi? "

Mendengar alasan itu, Regina Mo merasa bersusah hati, dia juga tidak senang, tidak peduli di mana dia berada, akhirnya dia juga kembali ke sisi orang ini, ini sudah cukup.

"Aku hanya sembarang bertanya saja. "

Hanya saja jawaban ini terlalu terus terang, saking terus terangnya, bahkan aku sendiri juga jadi tidak tahan.

Arthur Sheng juga tidak mengatakan apa-apa lagi, dia mengganti topik pembicaraan, "Beberapa hari lagi, kamu ikut aku pergi ke rumah, menemui ayah dan ibu, kita sudah mempublikasikan pernikahan kita, itu sedikit kelewatan. "

Cakue yang di jepit Regina Mo terjatuh ke dalam mangkok, membuat supnya terciprat ke bajunya, tapi dia tidak memperdulikan ini semua.

"Kamu ingin aku ikut pulang denganmu? "

Arthur Sheng menatap sorot matanya yang sudah kelam, dalam hati dia merasa geli, dia mencubit wajahnya yang kecil.

Dia tahu di dalam benaknya, keluarganya tidak baik, hanya saja sekarang mereka harus pergi.

"Sudah, kamu jangan khawatir, yang perlu kamu nikahi itu aku, bukan keluargaku, kita pulang ke sana sebentar saja, tidak perlu lama-lama di sana. "

Arthur Sheng menghiburnya sembari menepuk-nepuk tangannya.

"Tapi, mereka tidak akan mau mengakuiku. "

Arthur Sheng tahu ketidak-percayaan dirinya, dengan segera dia menyelesaikan makanan di hadapannya, berjalan memutar ke hadapannya, "Kita tidak memerlukan pengakuan mereka, kepulangan kita ke sana kali ini adalah hanya untuk mengabarkan pada mereka. "

Meskipun demikian, hati Regina Mo masih juga tidak tenang.

"Apa kita sungguh sudah menjadi suami-istri yang sah? "

Arthur Sheng mencubit wajahnya lagi, "Iya, apa jangan-jangan kamu menyesali semua ini? "

Regina Mo dengan segera menggeleng, dia memiliki intuisi kalau hari ini dia mengatakan dia menyesal, sekitanya dia akan mati tanpa menyisakan apa-apa.

"Tapi surat nikah kita palsu! "

"Siapa yang memberi tahumu itu palsu? "

"Kamu! "

Baiklah, dia sudah menggali kubur sendiri, Arthur Sheng sekarang sudah tidak sempat untuk menyesalinya.

Dia merangkul pinggang Regina Mo dan membawanya berjalan perlahan masuk ke dalam kamar, "Aku rasa hari ini kita perlu membahas sebenarnya apakah pernikahan kita ini asli atau palsu, kemarin kamu terlalu lelah, aku baru melepaskanmu, tapi sekarang, kamu sudah tidak seberuntung itu lagi. "

Perkataan Arthur Sheng membuat Regina Mo teringat kembali dengan apa yang dia alami semalam. Kalau apa yang terjadi semalam saja terhitung dia sudah melepaskannya, kalau begitu apa yang akan terjadi padanya di kemudian hari?

Belum sempat dia meronta, dia sudah direbahkan lagi.

Novel Terkait

Bretta’s Diary

Bretta’s Diary

Danielle
Pernikahan
3 tahun yang lalu
Aku bukan menantu sampah

Aku bukan menantu sampah

Stiw boy
Menantu
3 tahun yang lalu
Sang Pendosa

Sang Pendosa

Doni
Adventure
4 tahun yang lalu
Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Cinta Seumur Hidup Presdir Gu

Shuran
Pernikahan
4 tahun yang lalu
My Only One

My Only One

Alice Song
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
Suami Misterius

Suami Misterius

Laura
Paman
3 tahun yang lalu
Adieu

Adieu

Shi Qi
Kejam
5 tahun yang lalu
Rahasia Seorang Menantu

Rahasia Seorang Menantu

Mike
Menjadi Kaya
3 tahun yang lalu