Chasing Your Heart - Bab 201 Sebaiknya Tidak Saling Jumpa

Regina Mo dari yang dia ingat selalu tinggal di sebuah desa yang berjarak tidak jauh dari Kota A, maka keesokan harinya dia berangkat.

Memasuki desa, pepohonan dan rerumputan menjadi sebuah pemandangan yang asing namun akrab.

Saat Regina Mo mengajak mereka masuk, mereka mengamat-amati semuanya. Setelah beberapa tahun tidak melihat itu semua, untuk tidak mengenalinya adalah hal yang wajar.

"Bagaimana kesehatan Paman He belakangan ini? "Regina Mo menyapa dengan akrab. Arthur Sheng menoleh ke arah pandangan matanya, yang disapanya adalah sesosok tua yang kurus kering, punggungnya sedikit membungkuk, namun kehangatan masih dapat terlihat di wajahnya.

Paman He memicingkan matanya cukup lama, lalu mendadak tertawa, "Regina rupanya, di mana ibumu? Apa setelah lama tak berjumpa dia sudah melupakan aku ini? "

Regina Mo tersenyum merasa tidak enak, "Bagaimana bisa lupa? Belakangan ini aku terlalu sibuk, bukankah sekarang aku sudah pulang? "

Paman He tertawa, "Kamu ini, tentu aku mengetahuinya, setelah mempunyai pekerjaan, kamu melupakan kami. Bagaimana dengan toko bungamu? "

Regina Mo dapat melihat kecemasan di matanya, dia juga paham bisnis kecil sama sekali tidak mempunyai kesempatan untuk bersaing, sampai di pusat kota, bisnis seperti itu hanya akan ditindas orang lain.

"Sudah tidak ada, namun aku mendapatkan pekerjaan baru yang kebetulan sebidang dengan yang aku kerjakan, dan gajinya pun lumayan. "

Paman He mengangguk sambil tersenyum, "Bagus, bagus, apakah ini pacarmu? "

Wajah Regina Mo merona merah, "Bukan, ini suamiku, aku beberapa hari yang lalu baru saja menikah. "

Paman He terkejut, dia kemudian tertawa lebih lantang lagi, "Bagus, gadis ini begitu dilihat semua orang juga tahu dia adalah gadis yang baik-baik. "

Setelah berpamitan, Regina Mo mengajak Arthur Sheng menelusuri desa lebih dalam. Sambil berjalan bersama dengan Arthur Sheng dia memberitahu, "Di sini Paman He dan Paman ketiga yang terbaik padaku. "

Sambil berkata demikian, dia melihat tantenya, "Regina, kamu pulang? Ini pacarmu? "

Regina Mo tersenyum tanpa mengatakan apa-apa, kecurigaan yang dia miliki dulu, sudah tidak ada, hanya kepercayaan diri.

Namun setelah mereka berjalan menjauh, beberapa orang mulai membicarakan semua mengenai Regina Mo.

"Anak Regina itu bagaimana bisa berubah sangat banyak?"

"Hm, belum tentu dia di kota tidak melakukan sesuatu, kamu lihat saja lelaki di sebelahnya, bukankah dia mirip dengan seorang mafia? "

Segala tebakan yang muncul dari mulut mereka tidak Regina Mo gubris, dia menoleh dan berkata pada Arthur Sheng, "Apa pun yang kamu dengarkan, cukupn kamu dengar saja, kalau sampai kamu anggap serius, akan kelihatan temperamen burukmu, toh mereka tidak berniat buruk, mereka hanya menggosip saja. "

Arthur Sheng berbalik mengamati 4 orang pengawalnya, dan juga mobil hitamnya. Baiklah, dia memang terlihat seperti seorang mafia.

Regina Mo terus berjalan maju, akhirnya di ujung jalan, dia melihat tempat di mana dia tinggal dulu, "Ini adalah tempat di mana aku tinggal sebelum aku pindah ke kota. "Dia menunjuk sebuah rumah yang kalau dibandingkan dengan rumah keluarga Sheng seperti sebuah istana dan gorong-gorong, dia menunjuk rumah itu dengan semangat sambil berseru pada Arthur Sheng.

"Hmph, ayo kita masuk. "Arthur Sheng menelan ludah, sampai di dalam dia sama sekali tidak mengucapkan apa pun yang sensasional, tapi tempat seperti ini, sungguh...dia berpikir sebaiknya merawat dia lebih baik lagi.

Regina Mo tertawa pahit sambil menariknya, "Apa yang sedang kamu lakukan? Aku tidak punya kunci. "

Langkah Arthur Sheng terhenti, "Kalau begitu apa yang harus kita perbuat? "

Regina Mo merasa kepandaiannya belakangan hari ini tidak terlalu bisa diandalkan, "Tentu kita perlu mencari kuncinya. "

Ketika Regina Mo berbalik, dia mendengar suara yang tidak asing tidak jauh dari tempatnya berdiri, sangat tajam, melengking.

"Yo, bukankah ini Regina? Ada apa, kamu tidak betah tinggal di kota lalu pulang ke desa? "Seorang wanita tua berwajah bulat keluar dari belakang tembok, hanya saja, saat dia melihat Arthur Sheng, suaranya tanpa dia sadari menjadi lirih.

Regina Mo ingat dengan orang ini, saat dia masih kecil dulu, dia sepanjang hari memakinya, dan juga diam-diam mengerjainya, tapi sekarang semuanya tidak penting lagi, dia juga tidak ingin membuat perhitungan dengannya.

"Kosbas, apa tempat yang dulu kami tinggali sudah disewa orang? "Regina Mo bertanya menggunakan nada sedatar mungkin.

Kosbas itu menatap wajah dingin Arthur Sheng dan terlihat mengecil, "Tidak, tidak ada, tempat itu sekarang sudah menjadi rumah bobrok, pemerintah tidak mengijinkan untuk menyewakannya, maka sekarang sudah dikosongkan 7-8 tahun. "

Regina Mo tertawa, tampaknya kali ini dirinya akhirnya menuai benih.

"Kalau begitu apakah aku boleh masuk dan melihat-lihat? "

Kosbas itu memperhatikan belakangnya, "Boleh, boleh saja, tapi kalian harus berhati-hati, beberapa hari yang lalu cuaca tidak bagus, beberapa tempat sudah lapuk. "

Regina Mo mengangguk, dia menerima kunci lalu mengajak Arthur Sheng masuk.

"Ah! "Regina Mo melihat sesuatu, saat dia menunduk, dia terkejut dan langsung melompat ke pelukan Arthur Sheng. Tikus, tikus mati, dia langsung melompat kaget, wajahnya pucat pasi.

Arthur Sheng tertawa pahit, menenangkannya: "Jangan takut! Dulu aku secara khusus memakan sesuatu seperti itu. "

Regina Mo mendengarnya semakin membenci dia, tapi mengingat apa yang ada di bawah kakinya, dia dengan berat hati tetap memeluk orang yang dulunya pernah memakan daging tikus itu.

Sarang laba-laba, kecoa, tikus, tempat itu sudah menjadi sebuah tempat di mana mereka berkumpul.

Tapi kondisi di dalam kamar jauh lebih baik, karena paling tidak pintu kamar selalu dalam keadaan tertutup.

Begitu memasuki kamar, Regina Mo langsung melepaskan diri darinya, dan langsung berlari ke tempat tidurnya mencari-cari barang miliknya. Beruntung sekali, saat dia menyibakan seprei tempat tidurnya, dia menemukan boneka yang sangat dia sukai di masa kecilnya.

"Arthur Sheng, lihat, ini adalah boneka favoritku saat aku kecil dulu, tapi saat ibu mengajaku pindah rumah, dia tidak memperbolehkanku membawanya, bahkan dia memukulku karena aku merengek, setelah itu aku sudah tidak pernah melihatnya lagi. "

Arthur Sheng sangat jarang melihat sisi kekanak-kanakan Regina Mo, seperti kembali ke masa kecilnya, polos dan bersemangat, ngotot meminta boneka itu.

Arthur Sheng mengangguk, dia berjalan berkeliling, akhirnya dia melihat sesuatu di tembok, sebuah sajak:

Sebaiknya tidak saling jumpa

Dengan begitu tidak akan saling cinta

Sebaiknya tidak saling kenal

Dengan begitu tidak akan saling rindu

Sajak pendek itu membuat Arthur Sheng menyeritkan dahinya.

Mendapati Arthur Sheng sedang terpaku membaca sajak yang tertulis di dinding, Regina Mo berjalan menghampirinya.

Arthur Sheng menunjuk sajak itu.

Regina Mo mengingat-ingat kemudian menggeleng, "Aku tidak tahu, tapi melihat tulisan ini, sepertinya ibuku yang menulisnya. "Tulisan tangan Ibu Mo mengandung kelembutan yang khas dari keluarganya, membuat tulisannya mudah dikenali.

Arthur Sheng mengangguk, "Tampaknya, ibu juga punya cerita yang panjang, sajak cinta seperti ini tidak dengan sembarang perasaan ditulisnya. "

Regina Mo mengedip-ngedipkan matanya, seakan memahami, tapi dia semakin merasa bingung.

Novel Terkait

Balas Dendam Malah Cinta

Balas Dendam Malah Cinta

Sweeties
Motivasi
4 tahun yang lalu
Cinta Seorang CEO Arogan

Cinta Seorang CEO Arogan

Medelline
CEO
4 tahun yang lalu
1001Malam bersama pramugari cantik

1001Malam bersama pramugari cantik

andrian wijaya
Merayu Gadis
4 tahun yang lalu
My Tough Bodyguard

My Tough Bodyguard

Crystal Song
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Chasing Your Heart

Chasing Your Heart

Yany
Dikasihi
3 tahun yang lalu
Untouchable Love

Untouchable Love

Devil Buddy
CEO
5 tahun yang lalu
Cinta Adalah Tidak Menyerah

Cinta Adalah Tidak Menyerah

Clarissa
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu