Chasing Your Heart - Bab 212 Ingin Dia Mati.

Kecepatan mobil semakin lama semakin cepat. Arthur Sheng melihat rekaman yang diberikan pengawalnya, jelas sekali jalan yang dilalui semakin landai, hatinya semakin tak tenang.

Regina Mo sama sekali tak memikirkan apapun sekarang, wanita itu hanya berpikir untuk menginjak pedal gas, sambil tak henti-hentinya berdoa agak mobil melaju semakin cepat.

3 jam sebelumnya.

Arthur Sheng keluar dengan emosi, sedangkan Rizky yang di samping menatapnya dengan bingung.

"Bu, jangan menangis. Ayah akan membalas dendam ibu. Nantinya tidak ada lagi yang menyakiti ibu." Rizky berpikir sebentar lalu mengeluarkan permen kesukaannya, ingin menaruhnya di mulut Regina Mo.

Wajah Regina Mo memucat, ingin tersenyum tapi begitu bergerak wajahnya seperti kesakitan, "Ibu tidak makan ini, Rizky yang makan ya. Saat menjemput ibumu, kamu ingaf harus pakai baju apa?"

Rizky mengedipkan matanya, berpikir sebentar, "Baju ini, kan? Ibu belum berganti baju?'

Kepala Regina Mo langsung merasa kacau. Ada apa ini? Kenapa dirinya tak ingat apapun. Dirinya sudah menjemput Rizky pulang?

Regina Mo merasa lelah sekali, ingin bersandar pada sofa sambil menunggu kabar Arthur Sheng pulang. Tapi pada akhirnya rasa kantuk mengalahkannya, perlahan-lahan Regina Mo tertidur.

Tapi semenit kemudian, getaran ponsel menariknya kembali ke kenyataan.

Nomor telepon asing.

"Ini Regina, kan?" Dari ponsel terdengar suara seorang wanita, sepertinya wanita muda.

Regina Mo tak mengenali wanita itu.

"Halo, ini siapa?'

Orang tersebut tak langsung menjawab, malah tertawa keras lalu berkata: "Bagaimana rasanya hari ini? Apakah kamu curiga dan merasa bingung?"

Regina Mo langsung menegapkan tubuhnya, "Siapa kamu?"

"Aku beritahu, semuanya itu aku yang lakukan."

"Ibu mertuamu... aku yang membuatnya masuk ke rumah sakit, Jessy juga... aku yang menyuruh seseorang untuk memperkosanya. Oh ya! Masih ada seorang anak laki-laki yang sangat lucu, aku juga yang menjemputnya. Tadinya aku ingin membuatnya hilang, tapi dia terlalu pintar."

Hati Regina Mo langsung tercekat. Jika Rizky sungguh hilang bagaimana?

"Pantas saja Jessy buru-buru mencariku. Ternyata semuanya kamu yang lakukan. Apa maumu?"

Orang yang berada di sebrang terdiam sebentar, lalu suaranya agak membesar, "Tak ada, hanya ingin memberitahumu sesuatu. Aku tahu rahasia terbesar ibumu, jika kamu tahu, kamu pasti akan kemari sekarang."

Tubuh Regina Mo kaku, lalu dengan cepat merasa relaks kembali: "Bagaimana aku tahu kalau ucapanmu benar?"

Sepertinya wanita itu sedang berbicara dengan orang lain, beberapa saat kemudian baru menjawab: "Kalau tak percaya tak apa. Aku hanya memberimu waktu 3 menit. Jika kehilangan kesempatan ini, kamu akan terlambat bertahun-tahun."

Regina Mo menggertakkan giginya, menatap serius Rizky yang ada di samping, "Tunggu, aku segera kesana."

Regina Mo mematikan panggilan tersebut lalu ragu beberapa detik. Regina Mo menatap kunci mobil di meja, agak ragu, tapi teringat sakit ibunya, Regina Mo memantapkan hati mengambil kunci tersebut, memberitahu Rizky lalu pergi.

Mobil melesat dengan cepat di jalan tol. Regina Mo melihat mobilnya semakin jauh meninggalkan kota, jalanan semakin lebar, dalam hatinya dia tak tahu apakah keputusannya sudah benar. Hanya saja untuk menyesal, rasanya sudah terlambat.

"Sekarang kamu belok kiri." Suara wanita di telepon mengontrol pergerakan mobil Regina Mo, tak henti-hentinya memberi perintah, wanita itu ingin menyingkirkan pengawal yang berada di belakang.

Regina Mo belok kiri dengan patuh lalu kembali belok kanan. Jalan yang terpencil muncul di depannya.

"Sebenarnya aku mau kemana?" Regina Mo tahu dirinya akan membawa dirinya sendiri ke tempat yang tak ada orang, tapi dia tak ada pilihan lain.

"Jalan saja. Jangan banyak tanya."

Evelly Mo memegang kepalanya sendiri yang masih ada luka dengan darah mengalir. Hatinya tak senang. Jika wajahnya terluka bagaimana? Tapi teringat rencana ini, Evelly Mo menahan rasa kesalnya.

Regina Mo tak henti-hentinya berputar, lajunya semakin cepat.

Di sisi lain ayah Mo juga melakukan persiapan.

"Sebentar lagi sebuah mobil Maybach akan kemari. Aku mau mengganti mobilmu. Kalau ditabrak tak akan terjadi sesuatu, kan?" Di tangan ayah Mo terselip satu batang rokok. Walaupun tersenyum, tapi senyuman itu beraura dingin.

Oki Ye duduk di sebelah kursi kemudi, wajahnya masih tampak dingin, "Ingin mati atau hidup?" Di matanya hanya ada kata mati dan hidup, tak ada kata lain.

Ayah Mo melihat ke arah depan, lalu menguarkan asap rokok, "Terserah. Kalau dia bisa keluar dari ancaman ini, maka itu keberuntungannya. Kamu bawa saja dia ke Eropa."

Mata dingin Oki Ye menatap ayah Mo, jelas sekali tak bersedia, "Aku sudah bilang, ini terakhir kalinya!"

"Masalah ini belum selesai!"

Oki Ye mendengus dingin, langsung menatap lurus ke depan, tak banyak bicara lagi, sambil menunggu orang yang sebentar lagi akan mati kemari.

Ayah Mo tahu Oki Ye setuju. Ayah Mo turun dari mobil, jalan sebentar lalu bersembunyi di dalam mobil yang berada di persawahan lalu memberikan perintah pada Evelly Mo.

Regina Mo merasa mobilnya kehilangan fungsi dan di depannya sekarang hanya jalan lurus, dirinya tak tahu akan kemana.

"Sebenarnya di mana?" Regina Mo sudah ingin menginjak pedal rem. Bagaimanapun juga di tempat ini seperti tak ada apapun.

Evelly Mo tersenyum, "Hadiahmu sampai!"

Regina Mo masih ingin bertanya sesuatu, tapi dia melihat sebuah mobil menerobos ke arahnya, entah datang darimana mobil itu.

"Ah!" Regina Mo ingin mengerem, tapi terlambat. Regina Mo hanya bisa memutar setir mobilnya, tapi jelas sekali orang di dalam mobil itu sedang mengarah ke arahnya dan menginginkan dirinya mati!

Jebakan! Ini jebakan!

Tapi sudah terlambat. Tawa puas Evelly Mo memenuhi mobil itu.

'Brakkkk!!'

Mobil yang disetir Regina Mo sudah terguling beberapa kali, bagian depan mobil penyok, lalu bahan bakar mobil perlahan-lahan mengalir keluar.

Bahkan jika Regina Mo memiliki airbag di dalam mobil, Regina Mo masih tak sadarkan diri.

Oki Ye menghentikan mobilnya, lalu kaki panjangnya turun dari mobil, berjalan dengan stabil mendekati mobil Regina Mo.

Kaca mobil sudah pecah, banyak yang jatuh ke tubuh Regina Mo. Tapi saat melihat wajah Regina Mo, Oki Ye terkejut, mirip sekali!

Bau bahan bakar tersebar di udara, hanya dengan satu api mobil ini akan meledak dan mobil ini sekarang sudah mengeluarkan asap. Beberapa menit kemudian, pasti mobil ini akan meledak.

Novel Terkait

My Goddes

My Goddes

Riski saputro
Perkotaan
4 tahun yang lalu
 Habis Cerai Nikah Lagi

Habis Cerai Nikah Lagi

Gibran
Pertikaian
4 tahun yang lalu
Lelah Terhadap Cinta Ini

Lelah Terhadap Cinta Ini

Bella Cindy
Pernikahan
4 tahun yang lalu
Beautiful Lady

Beautiful Lady

Elsa
Percintaan
3 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Penyucian Pernikahan

Penyucian Pernikahan

Glen Valora
Merayu Gadis
3 tahun yang lalu
Jalan Kembali Hidupku

Jalan Kembali Hidupku

Devan Hardi
Cerpen
4 tahun yang lalu
Baby, You are so cute

Baby, You are so cute

Callie Wang
Romantis
3 tahun yang lalu