Chasing Your Heart - Bab 70 Mencari Alasan untuk Melewati Malam

Ibu Mo tertunduk, menunjukan kepalanya yang sudah dipenuhi berhelai-helai benang silver, silver berkilauan menyinarkan cahaya yang hangat, membawa kepedihan yang ditempa selama bertahun-tahun: "Ibu awalnya mengira ibu bisa merawatnya seorang diri, mengurangi beban hidupnya, lagipula, di masa-masa sekarang ini kamu sendiri juga sedang berat-beratnya. Tidak kusangka ternyata aku ini tidak begitu banyak berguna, saat dia tertidur, dia mimpi buruk sampai membuatnya terjaga! "

Regina Mo merasa hatinya perih, kehidupan ibunya selama ini selalu sangat susah, tapi dia belum juga membahagiakannya di hari tuanya, dan malah selalu membuat ibunya itu cemas dan khawatir, dia merasa tidak enak.

"Ibu, ibu jangan banyak pikiran, nanti kalau hal serupa terjadi lagi di kemudian hari, segera hubungi aku. Pekerjaanku memang penting, tapi kalian adalah yang nomor satu dalam hatiku! "Mendengar perkataan Regina Mo tersebut, ibu Mo menjadi tenang.

Regina Mo kemudian mendorong ibunya pulang ke kamarnya untuk beristirahat dan berpesan padanya, lalu dia baru keluar dari kamarnya.

Saat dia sampai di luar, dia mendapati Arthur Sheng sedang duduk di ruang tamu dengan sebotol bir yang sudah dibuka di tangannya, dia tampak sedang banyak pikiran.

Regina Mo menarik nafas dalam-dalam, kemudian tersenyum sambil melangkah mendekat, bukankah dia harus menghadapi apa yang memang harus dihadapi?

"Apa yang terjadi hari ini, aku berterima kasih padamu! "Dia lagi-lagi membantunya keluar dari permasalahan yang dia hadapi dan mengantarnya pulang. Regina Mo merasa dia sungguh sering merepotkan Arthur Sheng.

Arthur Sheng tidak menanggapinya, dia malah bertanya dengan dingin: "Apa kamu ini sangat tidak yakin dengan kontrak kita yang akan datang? " Dia mengetahuinya dari Tisno kalau wanita ini pergi bekerja sebenarnya karena dia merasa tidak ada pilihan lain, dia takut akan kelanjutan kontraknya.

Ditanya seperti itu, Regina Mo tercengang.

"Jawab pertanyaanku! "Arthur Sheng menuang bir, dia mengangkat gelasnya. Dia kemudian bangkit berdiri, tubuhnya yang tinggi besar memberi Regina Mo perasaan tertekan.

Regina Mo perlahan tersadar, rupanya hal yang seharusnya dia tahu, dia sudah tahu, benar juga, tidak ada hal yang bisa disembunyikan daripadanya.

Tatapannya bertemu dengan mata hitam lelaki itu, awalnya dia ingin mengatakan sesuatu, meskipun kali ini mereka bisa mengelabuhi ayah dan ibu dari lelaki itu, mereka masih bukanlah suami-istri yang sah, tapi tidak tahu mengapa, saat menatap sepasang mata hitam itu, seketika dia tidak mampu mengutarakan apa-apa, semua perkataannya tertahan di dalam perutnya.

"Aku pasti akan melakukan sesuai dengan perjanjian, tenang saja! "

Melihatnya yang tampaknya ingin mengatakan sesuatu, Arthur Sheng dapat menebak kira-kira apa yang ingin dia katakan, tapi dia juga tidak berusaha mengejarnya, dia malah meletakan gelasnya, lalu berkata: "Pergi buatkan aku teh! "

Begitu mendengarnya, Regina Mo bingung, dia merasa otaknya tidak mampu mengikuti kecepatan cara pikir lelaki itu.

"Kenapa masih diam di situ! "

Regina Mo baru tersadar, dia segera balik badan kemudian mematuhi perintah Arthur Sheng.

Melihat tampang bodoh wanita itu, senyuman mengembang di wajahnya, di bawah sorot sinar lampu, senyumnya sungguh mengejutkan.

Regina Mo dengan patuh membuatkan teh untuk Arthur Sheng, walaupun dia tidak tahu kenapa lelaki itu mendadak ingin minum teh, tapi dia juga tidak menanyakannya.

Keduanya duduk bersebelahan di atas sofa tanpa masing-masing mengucapkan apa pun. Arthur Sheng dengan santai memainkan tehnya, mengisi kekosongan.

Regina Mo di sisi lain, menguap beberapa kali menahan kantuk, dia sangat ingin bertanya pada Arthur Sheng sebenarnya apa dia ingin pulang, tapi setiap kali kata-katanya sudah sampai ke dalam mulutnya, dia selalu lupa bagaimana cara dia membuka mulutnya, maka dia hanya bisa menemaninya dalam kesunyian.

Tiba-tiba petir menyambar, Regina Mo terkejut bukan main, dia menengok ke luar jendela, tetes demi tetes air hujan turun. Hujan membasahi bumi,

Jemari tangan Arthur Sheng memeluk cangkir teh di hadapannya, dia dengan tenang menikmati tehnya, dia bergumam dengan datar, "Sekarang turun hujan, tampaknya malam ini aku harus tinggal di sini! "

Mendengarnya Regina Mo sangat terkejut, apa lelaki ini sedari tadi menikmati tehnya sambil menunggu hujan turun supaya dia mendapatkan alasan untuk bermalam di sini?

Tapi dengan cuaca seperti itu di luar, dia juga tidak mungkin mengusirnya pulang!

Namun begitu teringat terakhir kalinya Arthur Sheng bermalam di sini, Regina Mo langsung merasa pusing, seorang lelaki dan perempuan yang masih lajang, tinggal di dalam ruangan yang sama, ditambah lagi status mereka yang tidak jelas. Tapi Arthur Sheng juga tidak terlihat bernafsu!

Yang lalu perang hampir saja pecah karena sepercik api, kali ini......

Tapi kali ini Arthur Sheng ternyata mengambil inisiatif untuk tidur di sofa, ini membuatnya terkejut, namun dia juga takut Arthur Sheng mendadak berbuat nekat, maka dia juga tidak berani terlelap.

Tengah malam dia terjaga ketika mendapati selimutnya tersibak dari kakinya, dia menarik selimutnya, dan saat hendak ingin meneruskan tidurnya, tatapannya tanpa dia sadari menyapu ruangan, dan jatuh pada sesosok pria yang tertidur bersama dengannya.

Selimut yang Arthur Sheng kenakan sepertinya tanpa sengaja dibuangnya ke lantai. Regina Mo menyeritkan dahinya, dan dengan hati-hati mendekati lelaki itu, dan menyelimutinya.

Regina Mo sedang akan melangkah menjauh, ketika tangannya secara tiba-tiba ditarik. Seketika tubuhnya menjadi kaku.

Dia mengira Arthur Sheng terbangun, tapi saat dia menoleh, dia mendapati mata lelaki itu masih terpejam, dan gerakan barusan dilakukannya secara tidak sadar.

Regina Mo hendak melepaskan diri dari cengkraman tangan lelaki itu, ketika dia mendengar lelaki itu menggigau dalam tidurnya: "Jangan pergi! "

Regina Mo seketika merasa rohnya terbang meninggalkan tubuhnya, dia dengan segera menoleh menatap lelaki itu, tapi lelaki itu masih terlelap, seakan semua itu terjadi di bawah sadarnya.

Mungkin dia bahkan tidak tahu siapa yang dia genggam tangannya!

Sinar dari luar ruangan menerobos masuk melalui jendela dan menyinari wajah lelaki itu. Tidak tahu apakah karena sorot lampu temaram itu, atau karena dia sedang tertidur, wajah lelaki itu terlihat sangat lembut, tidak dingin seperti biasanya.

Kapan dia kembali terlelap, Regina Mo sudah tidak bisa mengingatnya lagi.

Keesokan paginya, Regina Mo terbangun dengan kage. Dia mendapati dirinya terlelap di atas tempat tidur, dia bengong beberapa saat ketika menemukan Arthur Sheng sudah tidak berada di situ.

Dia sejenak tidak bisa mengingat dengan jelas, apakah semalam dia tidur di sofa atau di tempat tidur!

Saat turun, ibunya sedang mempersiapkan makan pagi, melihatnya, Regina Mo dengan segera berkat: "Ibu, kenapa ibu repot-repot seperti ini? Biar aku saja! "

Ibu Mo tertawa, dia menghentikan Regina Mo membantunya, dan meneruskan apa yang dia kerjakan sambil tersenyum: "Tidak apa-apa, pagi ini aku membuatkan mie untuk Alex, setelah dia selesai makan, aku hanya membereskan meja makan saja! "

Begitu mendengarnya, Regina Mo menyalahkannya: "Ibu, kakimu seperti itu, tidak usah mengurus ini itu, bagaimana kalau nanti sakit ibu bertambah parah? "

Regina Mo yang bermaksud baik, tapi ketika mendengarnya ibu Mo merasa sedih: "Aku sudah tua, dan kesehatanku juga tidak baik, semua-semua tidak bisa aku lakukan untuk membantumu, aku juga terus membuatmu kelelahan, sekarang, aku hanya bisa melakukan hal-hal ini, bukankah ini lebih baik daripada hidup sebagai sesuatu yang tidak berguna? '

Regina Mo hatinya kacau, dia terharu, dia kemudian mendekap tubuh ibunya yang kurus lemah itu, dan berkata sambil terisak: "Ibu, ibu jangan berkata sembarangan! "

"Sudah, sudah, kamu juga sudah lapar bukan? Aku juga akan menyiapkan semangkuk untukmu! "

Novel Terkait

The Campus Life of a Wealthy Son

The Campus Life of a Wealthy Son

Winston
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Ternyata Suamiku Seorang Sultan

Tito Arbani
Menantu
4 tahun yang lalu
Don't say goodbye

Don't say goodbye

Dessy Putri
Percintaan
4 tahun yang lalu
Takdir Raja Perang

Takdir Raja Perang

Brama aditio
Raja Tentara
3 tahun yang lalu
Asisten Wanita Ndeso

Asisten Wanita Ndeso

Audy Marshanda
CEO
3 tahun yang lalu
Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Cintaku Yang Dipenuhi Dendam

Renita
Balas Dendam
5 tahun yang lalu
More Than Words

More Than Words

Hanny
Misteri
4 tahun yang lalu
Mi Amor

Mi Amor

Takashi
CEO
4 tahun yang lalu