Chasing Your Heart - Bab 184 Hanya Ingin Menculiknya

Meskipun demikian, Regina Mo harus melakukan apa yang harus dia lakukan, tidak ada orang lain yang bisa menolongnya.

Dengan sebuah tarikan nafas panjang, Regina Mo menjinjing barang-barang itu menuju ke pintu lift. Tubuhnya sudah basah dengan keringat, dia sekarang benar-benar bersyukur atas kecerdasan umat manusia. Tanpa lift, dirinya bisa-bisa seharian hanya sibuk di situ.

Sepanjang perjalanan sampai ke tempat parkir bawah tanah, tangan Regina Mo sudah kehilangan rasa-rasanya. Dia sudah duduk di dalam mobilnya dan berencana untuk pergi, dia sama sekali tidak ada maksud untuk menunggu di situ.

Regina Mo sudah tidak peduli lagi, dia pelan-pelan seorang diri lebih baik.

Hal di luar dugaan selalu datang saat lengah, saat Nyonya Sheng berdiskusi ingin pergi ke mana dengan Shanon Luo, mendadak, datang 2 orang lelaki mengenakan masker di wajahnya yang entah datang dari mana.

Kaca jendela mobil Shanon Luo belum ditutup, memberi kedua pria itu kesempatan, salah seorang dari mereka mengeluarkan pisau, dan mengancam dengan berkata: "Turun dari mobil! "

Shanon Luo dan Nyonya Sheng belum pernah mengalami hal seperti itu, mereka hanya bisa menyerah pada keadaan. Wajah mereka pucat pasi seiring mereka melangkah turun dari mobil.

Setelah mata mereka saling bertatapan, Nyonya Sheng ditarik ke depannya, dan pisau yang di genggamnya dia tempelkan di lehernya, "Kamu! "Salah seorang yang lain menggunakan jemari tangannya menunjuk ke arah Shanon Luo, "Keluarkan semua barang berhargamu, uang, kartu bank, jangan ada yang tertinggal. "

Wajah Shanon Luo dari awal sudah pucat kehilangan rona merahnya, tubuhnya gemetar, air mata mulai berkumpul di sudut matanya.

"Jangan lukai aku, aku bersedia memberikannya padamu, tolong lepaskan aku. "Dia berkata sambil mengeluarkan semua barang miliknya, ponsel, dompet, cincin di tangannya, kalung di lehernya, anting di telinganya, semua dia tanggalkan dan letakan di atas lantai.

Salah seorang perampok mengamatinya dengan cermat, "Apa masih ada barang berharga yang belum kamu tanggalkam? "

Shanon Luo dengan segera menggelengkan kepalanya, "Tidak ada, sudah tidak ada. "

Perampok itu masih tidak terlihat percaya, "Buka bajumu. "

Wajah Shanon Luo membeku, tapi dia merasa untung saja dirinya mengenakan selembar busana lebih banyak, kalau tidak dia tidak tahu lagi apa yang harus dia lakukan.

Baju dia buka separuh, perampok itu terlihat tidak sabar lagi, "Sudah, sudah, segera pergi, kalau sampai kamu berani melapor ke polisi, kamu tahu apa yang akan terjadi. "

"Aku tahu, aku tahu aku tidak boleh melapor ke polisi, kalian tenang saja. "

Shanon Luo merasa senang, dia kemudian melirik ke arah Nyonya Sheng yang sorot matanya penuh dengan permintaan tolong, suaranya bergetar berteriak padanya, "Jangan pergi, tolong aku, segera tolong aku. "Lalu dia memohon lagi: "Kalau kalian melepaskanku, aku akan memberi kalian 2 miliyar, dan aku tidak akan melapor pada polisi. "

Mata Shanon Luo berputar dengan cepat, kalau sekarang dia tidak segera pergi, bisa-bisa dia tidak akan bisa pergi lagi. Mereka merampoknya belum tentu karena benci, dirinya tidak mungkin mengorbankan diri, setelah berpikir sejenak, dia angkat kaki.

Suara memohon Nyonya Sheng dari belakangnya perlahan menjadi lirih, dirinya tidak memperdulikannya, kenapa dia perlu memperdulikannya?

Di sisi lain, Regina Mo tidak mengetahui apa-apa, dia masih sedang merapikan barang belanjaan. Barang-barang mereka terlalu banyak, dia membutuhkan banyak waktu untuk mengangkutnya dan meletakannya ke dalam mobil. Bagasi mobilnya kebetulan menghalangi dirinya, dan kedua mobil mereka berjarak terlalu jauh. Sampai ketika dia melihat Shanon Luo berlari sekencang-kencangnya, dia baru menyadari ada yang tidak beres.

Saat dia menutup pintu bagasi, dia baru mendapati Nyonya Sheng seorang diri sudah ditarik masuk ke dalam mobil perampok itu, wajahnya merah seakan sedang kesusahan bernafas.

Regina Mo tidak memperdulikan hal lain, dia langsung berlari menghampiri ketiga orang yang berada tidak jauh darinya itu, "Apa yang ingin kalian lakukan, segera lepaskan dia, culik saja aku. "

Nyonya Sheng melihat sosok Regina Mo juga tidak memperdulikan apa-apa lagi, bahkan dia membuang dendam lamanya. "Segera selamatkan aku. "

Regina Mo mengangguk, "Aku tidak peduli seberapa besar kalian, aku masih memiliki uang tunai denganku, ambilah, asalkan kalian bersedia melepaskan kami. "

Kedua perampok itu saling berpandangan, tanpa mengucapkan apa-apa.

Regina Mo mengira apa yang dia tawarkan masih tidak cukup, setelah dia berpikir, dia melanjutkan, "Aku masih memiliki ponsel, aku bisa mentransfer uang, kalian butuh berapa, akan aku kirim. "Khawatir mereka tidak akan mempercayainya, Regina Mo mengeluarkan ponselnya dan meletakan di atas lantai.

Menyaksikan itu semua, Nyonya Sheng merasa bingung, anak perempuan yang paling dia sayangi meninggalkannya, menantu yang paling dia benci berusaha sebisa mungkin untuk menyelamatkannya.

Regina Mo memutar otaknya, "Apa kalian tahu siapa dia? Dia adalah ibu dari Arthur Sheng, kalian pikir dengan sifat Arthur Sheng, kalau dia sampai tahu kalian menculik ibunya, apa yang akan dia lakukan? "

Dia berkata demikian bukan hanya omong kosong, Arthur Sheng di Kota A adalah sesosok yang mempunyai kuasa, tidak peduli di kalangan pencoleng maupun orang baik, semua orang segan mencari masalah dengannya.

Kedua perampok itu tercengang, sebelum Regina Mo mengatakan hal lain, salah seorang dari mereka berkata dengan marah: "Siapa Arthur Sheng? Aku tidak tahu, aku hanya ingin uang. "

Regina Mo sudah bisa mengendalikan emosinya, Arthur Sheng mereka tidak kenal, itu berarti mereka berasal dari luar daerah, orang-orang seperti ini adalah orang-orang yang putus asa.

"Lantas apa yang kalian inginkan? "

"Kami ingin menculiknya dan minta tebusan! "Seorang dari perampok itu menjawab, kemudian, menyeret Nyonya Sheng masuk ke dalam mobil.

"Tolong, Regina Mo, segera selamatkan aku, aku tidak ingin ikut dengan mereka. "Wajah Nyonya Sheng basah oleh air mata. Air mata sudah mulai bercucuran, hanya sorot mata yang memohon belas kasihan yang dapat terlihat dari mata itu.

Regina Mo panik, dia tidak memperdulikan apa-apa lagi, "Kalian tunggu, aku yang akan ikut dengan kalian, kalian lepaskan dia. "

Seorang dari perampok itu menoleh, "Usiamu masih terlalu muda, kalau di tengah jalan kamu diam-diam melarikan diri, apa yang harus kita perbuat? "

Regina Mo memaksakan diri untuk tenang, "Tapi usianya sudah tidak muda lagi, kalau sampai ada apa-apa dengannya di tengah jalan, akan membuat kalian repot. "

Kedua perampok itu saling berpandangan, Regina Mo merasa mungkin dia punya kesempatan, dia kemudian menambahkan: "Meskipun aku masih muda, tapi kalian berdua, ditambah lagi kalian memiliki pisau, aku hanya seorang gadis lemah. "

Kedua orang itu terkejut mendengarnya, mereka merasa apa yang dikatakan ada benarnya, mereka kemudian berkata pada Regina Mo: "Kamu, jangan macam-macam, jangan membawa apa-apa, ke sini. "

Novel Terkait

Love In Sunset

Love In Sunset

Elina
Dikasihi
5 tahun yang lalu
Mr Lu, Let's Get Married!

Mr Lu, Let's Get Married!

Elsa
CEO
4 tahun yang lalu
My Charming Wife

My Charming Wife

Diana Andrika
CEO
4 tahun yang lalu
His Second Chance

His Second Chance

Derick Ho
Practice
4 tahun yang lalu
Love at First Sight

Love at First Sight

Laura Vanessa
Percintaan
4 tahun yang lalu
Mr CEO's Seducing His Wife

Mr CEO's Seducing His Wife

Lexis
Percintaan
4 tahun yang lalu
Eternal Love

Eternal Love

Regina Wang
CEO
4 tahun yang lalu
Memori Yang Telah Dilupakan

Memori Yang Telah Dilupakan

Lauren
Cerpen
5 tahun yang lalu