Chasing Your Heart - Bab 117 Lamaran

Melihat Rizky akan menarik kembali tangannya, dia dengan segera menariknya lagi, dan dengan paksa meletakannya dia atas tangannya.

Rizky merasa tidak nyaman, dia menatap ayahnya dengan tidak enak, Arthur Sheng mengangguk kecil padanya. Rizky lantas menerimanya dengan senang, "Terima kasih kakek buyut! "

Wajah Tuan Besar Sheng dan Nyonya Sheng dapat terlihat dengan jelas berubah kehijauan.

"Ayah, karena Arthur ada di sini menemanimu, kita akan pulang dulu. "

Tuan Besar Sheng tidak mengerti apa yang dia maksud, dia dengan tidak sabar mengibas-ngibaskan tangannya, "Pulanglah! "

Tuan Besar Sheng terkejut, apa dia ini sudah sungguh lupa?

Tampaknya juga tidak demikian.

Setelah kepergian mereka berdua, Tuan Besar Sheng ingin mengenal lebih jelas calon cucu menantunya, "Kalian tinggalah dulu di sini dan makan siang denganku. "

Regina Mo terkejut, tapi melihat senyuman di wajah Arthur Sheng, dia mengira tentunya tidak ada masalah.

Di meja makan, Regina Mo terus memperhatikan sopan santun, dia melakukan segala sesuatunya dengan lembut, dengar-dengar tata cara makan di setiap keluarga besar, sangatlah banyak, dia tidak tahu apa yang boleh dan tidak boleh dia lakukan.

Tuan Besar Sheng semakin lama mengenalnya, semakin suka, walaupun tampaknya dia sengaja melakukan segala sesuatu dengan ekstra hati-hati, tapi pada dasarnya dia memang mengetahuinya, beberapa pengetahuan umum juga dia ketahui, cara makannya elegan, semakin melihatnya, beliau semakin merasa tenang.

"Kalian berencana kapan kalian akan pulang ke rumah? "

Tuan Besar Sheng mendadak teringat pertanyaan ini, dia tidak ingin tinggal di sini seorang diri, kesepian.

Sudut bibir Arthur Sheng terangkat, tampaknya, kakeknya ini juga sudah tidak sabar, begitu beliau sudah angkat bicara, masalah yang nanti akan dia hadapi akan menjadi jauh lebih mudah baginya.

"Mungkin besok, hari ini kita akan pulang dulu untuk berkemas. "

Arthur Sheng khawatir Regina Mo masih tidak terbiasa, namun sekarang, tampaknya dia hanya bisa memundurkannya sampai besok.

Tuan Besar Sheng mengamati Rizky, "Malam ini apa kamu ingin menemani kakek buyut? "

Rizky tampak sangat ragu, "Tapi aku ingin bersama dengan ibuku. "

"Kalau begitu, kamu ajak ibumu untuk tinggal bersamamu di sini. "

Rizky juga menyukai tempat yang harum ini, matanya bersinar menatap Regina Mo, membuat hati Regina Mo tidak tahan.

Tak lama kemudian, Arthur Sheng memberi tanggapan sepasang mata penuh kasihan itu, dia berkata dengan tak berdaya: "Kali ini saja! "

Dengan begitu, Regina Mo dan Arthur Sheng tinggal sekamar, sedangkan Tuan Besar Sheng, demi memupuk hubungan baik dengan Rizky tidur bersama dengannya.

Bermain sampai jam 10 malam.

Keesokan harinya, ketiga orang itu dengan wajah yang masih mengantuk pulang ke rumah mereka untuk berkemas.

Arthur Sheng sungguh tidak tahan lagi, "Kakek, kita hanya akan pulang setengah hari, bukan setengah tahun, bagaimana kalau Rizky kita tinggal di sini saja? "

Mata Tuan Besar Sheng bersinar, saat dia melihat Rizky dari kejahuan sedang mencengkram tangan ibunya dengan erat, Tuan Besar Sheng tertunduk lagi, "Sudahlah, jangan bawa mereka pulang ke sini terlalu larut, biarkan aku seorang diri di sini, ditemani oleh bunga-bunga. "

Arthur Sheng menyambar pernyataannya tanpa ampun, "Itu hanya karena kakek terlalu banyak berpikir, dia perlu pergi ke sekolah sampai sore. "

Wajah Tuan Besar Sheng merah membara karena marah, hanya saja tidak ada orang lain yang melihatnya.

Di perjalanan pulang ke kota, mereka mengantar Rizky terlebih dulu ke sekolahnya, baru menuju ke tempat tinggal mereka.

"Aku menginginkan sebuah pernikahan besar, sekarang kakek sudah membuka mulutnya, selama sudah disetujui kakek, semua orang di rumah tidak akan ada yang menentangnya. "

Regina Mo duduk di atas tempat tidur, matanya berbinar, "Sungguh? "

Arthur Sheng mencubit hidungnya, "Tidak! "

"Aku akan mengemas barang. "

Regina Mo berbalik dengan marah dan mulai sibuk mengemasi barang.

Regina Mo mengemas barang-barang Rizky dulu, kemudian barang-barang Arthur Sheng, untung saja barang mereka tidak begitu banyak. Saat dia mulai mengemas barangnya sendiri, dia baru menyadari baju yang dia miliki sangatlah banyak.

"Arthur, bagaimana kamu bisa sebaik itu! "

Regina Mo berkata sambil menghela nafas.

Arthur Sheng tertawa, dengan begitu saja dia sudah merasa sangat tersentuh, nantinya dia bisa sungguh amat tersentuh.

Regina Mo tidak tahu apa yang sedang terjadi, begitu kepalanya panas, dia langsung menawarkan bibirnya.

Di saat seperti ini, kalau dia masih bisa menahan diri, dia bukanlah lelaki, Arthur Sheng dengan cepat memeluknya dan melemparnya ke atas tempat tidur, dan dengan penuh nafsu naik ke atasnya. Beberapa hari ini selalu sup daging, yang bahkan ampasnya pun belum dimakan, sekarang, begitu pintunya mulai digerakan, sudah pasti tidak bisa melepasnya lagi.

.........

Satu jam setelah diserang habis-habisan, Regina Mo terbaring di atas tempat tidur tanpa ingin bergerak sama sekali. Arthur Sheng merasa bersalah, dia merasa dia telah menjadi penjahat dalam apa yang terjadi barusan, mengemas pakaian.

Sekarang pulang ke rumahnya, dan orang rumahnya sudah menerima mereka, tapi bagaimana kalau sampai mereka mendapati dia bukan anak kandungnya?

Kalau sampai demikian, Arthur Sheng akan menjadi penjahat bagi keluarganya, lantas apa yang harus dia lakukan?

Regina Mo tidak bisa menahan diri untuk tidak melemparkan pandangannya pada Arthur Sheng.

"Apa kamu ini masih tidak puas? Aku bisa melihat sorot matamu, hanya saja kamu sekarang sudah tidak boleh melakukan gerakan yang terlalu agresif lagi, malam ini kita lanjutkan! "

Tubuh Arthur Sheng terlihat rileks, secara keseluruhan dia tampak lebih bertenaga lagi.

Regina Mo membalikan matanya, membalikan badannya dan pergi tidur.

Arthur Sheng bertindak sesuai dengan yang sudah dia katakan. Ketika Regina Mo masih tertidur, dia diam-diam keluar kamar, menelepon Tisno Wen, dan tidak sampai 10 menit kemudian, semua perangkat pernikahan yang ada, sudah didatangkan.

Di waktu yang sama, di sebuah kamar hotel, seorang pria tampan menggerayangi tubuh Jessy Liang. Hawa cabul memenuhi ruangan, bersamaan dengan suara erangan, kedua orang itu terengah-engah.

Setelah pulih, lelaki itu turun dari atas tubuh Jessy Liang, meraih rokok dari lemari di sebelah dan menghidupkannya.

Sedangkan Jessy Liang meraih ponselnya, dan memeriksanya.

"Eh? Arthur Sheng akan menikah. "

Lelaki itu menoleh dan menatap layar ponsel, "Apa yang aneh, toh cepat atau lambat hal itu juga akan terjadi. "

"Tidak usah mengkhawatirkan semua ini, toh tidak lama, semua yang dimiliki keluarga Sheng akan kembali padaku, bahkan cucu yang paling mereka banggakan, aku juga akan menghancurkan dia! "

Jessy Liang meletakan ponselnya, menoleh dan memeluk tubuh dia, "Hardi, kalau ada yang kamu butuhkan, katakan saja padaku. "

Hardi Sheng, paman ketiga Arthur Sheng menghidupkan rokoknya lalu menyeringai, "Sekarang aku hanya ingin memakanmu dengan buas. "

Tak lama kemudian, seluruh ruangan itu kembali dipenuhi bunyi-bunyian yang memekakan telinga.

Novel Terkait

The Great Guy

The Great Guy

Vivi Huang
Perkotaan
4 tahun yang lalu
Sederhana Cinta

Sederhana Cinta

Arshinta Kirania Pratista
Cerpen
5 tahun yang lalu
Istri Yang Sombong

Istri Yang Sombong

Jessica
Pertikaian
5 tahun yang lalu
Spoiled Wife, Bad President

Spoiled Wife, Bad President

Sandra
Kisah Cinta
4 tahun yang lalu
Half a Heart

Half a Heart

Romansa Universe
Romantis
4 tahun yang lalu
Cinta Yang Paling Mahal

Cinta Yang Paling Mahal

Andara Early
Romantis
4 tahun yang lalu
After The End

After The End

Selena Bee
Cerpen
5 tahun yang lalu
Love And Pain, Me And Her

Love And Pain, Me And Her

Judika Denada
Karir
4 tahun yang lalu